Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Siti Aisyah 152201093
2. Heni Mardalena 152201095
3. Theresia Lumban Batu 152201096
4. Yosi Febri Kurnia DPR 152201098
5. Irma Irwanti C 152201099
6. Winda Winengsih 152201100
7. Zulika Lukita Sari 152201101
8. Elsy Tamara 152201102
9. Ni’matul Ulya 152201104
10. Sulistiyani 152201105
11. Qurrota A’yun 152201106
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas tidur yang baik merupakan sebuah keinginan bagi setiap orang. Sayangnya,
dalam kondisi kehidupan yang serba sibuk dan cepat seperti sekarang ini, kualitas tidur yang
baik jarang dimiliki oleh banyak orang, sehingga kualitas dan kuantitas tidur menjadi
kurang. Kualitas dan kuantitas tidur yang kurang dapat mengakibatkan terjadinya rasa
kantuk yang berlebihan dan penurunan tingkat atensi di siang hari, serta dapat menimbulkan
konsekuensi serius lainnya seperti peningkatan angka kejadian kecelakaan mobil dan motor
(Steven, 2015).
Tidur berfungsi sebagai restorative (mengembalikan ke keadaan sebelumnya),
homeostatic (kecenderungan untuk tetap stabil dalam keadaan tubuh organisme normal),
penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal (Kaplan & Sadock, 1997). Kualitas
tidur seseorang tidak tergantung pada jumlah atau lama tidur, tetapi bagaimana pemenuhan
kebutuhan tidur orang tersebut. Indikator tercukupinya pemenuhan kebutuhan tidur
seseorang adalah kondisi tubuh waktu bangun tidur, jika setelah bangun tidur merasa segar
berarti pemenuhan kebutuhan tidur telah tercukupi (Potter & Perry, 2009) Kualitas tidur
yang baik dan teratur menyebabkan aktifitas tubuh dan aktifitas keseharian akan berjalan
normal. Orang yang memiliki kualitas tidur yang baik dan sehat membantu menjaga
kesehatan fisik, kesehatan mental serta kualitas hidup secara umum. Sebaliknya, orang yang
mengalami gangguan tidur seperti insomnia akan berpengaruh buruk terhadap aktifitas
kesehariannya (Kaplan & Sadock, 1997).
Kaplan & Sadock (1997) mengatakan bahwa sepertiga dari orang dewasa di Amerika
mengalami suatu jenis gangguan tidur selama hidupnya. Gangguan tidur bisa berupa
insomnia, hypersomnia, dan parasomnia. Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau
mempertahankan tidur. Hypersomnia merupakan tidur yang berlebihan dan mengantuk yang
berlebihan di siang hari, sedangkan parasomnia merupakan gangguan tidur yang buruk yang
tampak secara tiba-tiba selama tidur.
Kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status kesehatan,
lingkungan, diet, gaya hidup, obat-obatan, dan stres psikologi (Asmadi, 2008). Stres bisa
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor
organisasional, dan faktor pribadi (Robbins & Judge, 2015). Stres psikologis bisa
disebabkan oleh banyak hal, diantaranya status ekonomi, hubungan kekerabatan, kecemasan
dalam menghadapi permasalahan hidup dan depresi (Robbins & Judge, 2015). Stres
psikologi dapat dialami oleh setiap orang, tak terkecuali bagi seorang siswa. Bagi para
siswa, stres psikologi sering terjadi ketika siswa tersebut mengalami kecemasan saat
berpisah dengan orang tua. Menurut 4 penelitian Allen et al (2010), anak-anak yang
dipisahkan dari rumah atau dari orang tua maka anak itu akan mengalami kecemasan, karena
mereka berpikir bahwa hal tersebut akan merugikan diri mereka, seperti merasa diculik,
dititipkan dan dibuang. Hal ini berdampak pada rasa takut tidur sendirian, dan perilaku-
perilaku yang ditunjukkan oleh anak yang mengalami perpisahan seperti marah, menangis,
tidak mau dipisahkan dari orang tuanya yang berakibat pada berkurangnya kualitas hidup.
Kecemasan pada siswa-siswa saat berpisah dengan orang tua sebenarnya merupakan suatu
respon yang normal, tergantung bagaimana individu tersebut mengelola kecemasan yang
dialaminya. Salah satu cara dalam mengelola kecemasan yaitu berteman atau bersahabat
dengan banyak orang (Baker & Hudson, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Buckner, et al., (2008) mengatakan bahwa kecemasan
sangat erat hubungannya dengan insomnia. Studi ini mengatakan bahwa kecemasan sosial
dapat mempengaruhi tingkat insomnia seseorang yang didahului oleh perasaan depresi.
Seorang anak yang mengalami gangguan psikososial, cemas, dan depresi lebih berpotensi
mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami psikososial,
cemas dan depresi (Simola, et al 2012). Penelitian dari Babson et al. (2010), lebih dari 25%
Kelompok remaja usia 11-17 tahun diketahui memiliki gangguan tidur. Gangguan tidur ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penggunaan narkoba, gangguan alcohol,
merokok, ketidakstabilan emosi, kecemasan, dan depresi. Studi ini menunjukkan bahwa
ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi kualitas tidur seorang remaja. Kualitas tidur
yang buruk merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat Amerika Serikat, karena
dapat menurunkan produktifitas hidup. Kualitas tidur yang buruk pada masa remaja akan
mempengaruhi kecemasan orang tersebut ketika dia dewasa (Babson et al., 2012).
Berbagai upaya dalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan untuk membantu
seseorang yang menderita gangguan tidur yaitu dengan penatalaksanaan farmakologis atau
non-farmakologis. Secara farmakologis, penatalaksanaan gangguan tidur yaitu dengan
memberikan obat dari golongan sedatif-hipnotik seperti benzodiazepin (ativan, valium, dan
diazepam) (Schmitz et al., 2013). Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat, akan tetapi
jika diberikan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan efek berbahaya bagi
kesehatan. Terapi non-farmakologis untuk penderita gangguan tidur diantaranya akupresur,
aromaterapi, akupuntur, relaksasi sentuhan dan lain sebagainya.
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa terapi akupresur efektif dalam
mengatasi insomnia. Penelitian yang dilakukan Majid (2014) menunjukkan bahwa akupresur
dapat berpengaruh terhadap kualitas tidur hal ini dibuktikan bahwa setelah dilakukan
akupresur terjadi penurunan frekuensi responden yang mengalami gangguan tidur dan terjadi
peningkatan frekuensi responden dengan kualitas tidur baik.
Berdasarkan uraian di atas, kelompok kami tertarik untuk membahas tentang
akupresur untuk mengatasi insomnia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud insomnia?
2. Apa yang dimaksud akupresur
3. Titik akupresur mana saja untuk mengatasi insomnia?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. INSOMNIA
1. Pengertian Insomnia
Di dalam buku “Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III” (2001)
juga menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan
secara kuantitas dan kualitas yang berlangsung untuk suatu kurun waktu tertentu.
Sedangkan Joewana (1988) mengatakan bahwa insomnia adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak dapat tidur seperti yang diharapkan. Menurut Alimul (2006), insomnia
suatu keadaan ketidakmampuan mendapat tidur yang baik, baik kualitas maupun
kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Sedangkan
menurut Pinel (2012), insomnia adalah semua gangguan menginisiasi dan
mempertahankan tidur.
2. Kriteria Insomnia
a. Induksi tidur
b. Terbangun dimalam hari
c. Bangun lebih awal dari yang diinginkan
d. Total durasi tidur
e. Kualitas tidur secara keseluruhan
f. Rasa nyaman disiang hari
g. Fungsi fisik dan mental disiang hari
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insomnia
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang
memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi
(infeksi limpa) akan memrlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi
keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak
bisa tidur.
b. Keletihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktifitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk
menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut melihat pada
seseorang yang telah melakukan aktifitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang
tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya
diperpendek.
Menurut Mubarak (2007) penyebab insomnia dibagi kedalam tujuh bagian yaitu:
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal, namun demikian keadaan sakit juga bisa menjadikan seseorang kurang
tidur atau tidak dapat tidru, seperti asma, bronchitis, asam lambung, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Seseorang yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
terbangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama tahap Rapid
Eye Movement (REM).
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas, seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidur.
f. Alkohol
Alkohol menekankan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain adalah:
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada beberapa hal yang menyebabkan
insomnia antaranya kondisi psikologis misalnya kecemasan, stres, kelelahan, kafein,
alkohol, obat-obatan, dan penyakit yang diderita.
B. AKUPRESUR
Akupresur adalah salah satu bentuk pengobatan tradisional keterampilan dengan cara
menekan titik-titik akupunktur dengan penekanan menggunakan jari atau benda tumpul di
permukaan tubuh, dalam rangka mendukung upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Akupresur adalah pemijatan dengan menggunakan jari. Akupresur berasal dari pengobatan
Cina, akupresur dilakukan dengan pemijatan pada titik akupuntur (acupoint) (Sukanta,
2008).
Akupresur merupakan teknik pijat dengan cara memberikan tekanan pada titik-titik
tertentu di tubuh. Terapis akupresur menekan titik-titik ini menggunakan jari, telapak
tangan, atau alat khusus yang terbuat dari kayu. Prinsip akupresur sebenarnya mirip
dengan akupunktur, yakni melancarkan aliran energi chi yang terdapat dalam tubuh Anda.
Aliran energi chi yang terhambat dipercaya menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan,
termasuk insomnia.
Salah satu manfaat akupresur adalah mengatasi atau mengurangi insomnia. Teknik
pijat ini dapat melancarkan peredaran darah, sistem getah bening, serta kinerja hormon.
Dengan tubuh yang rileks dan sirkulasi yang lancar, tidur menjadi lebih nyenyak sehingga
kualitas tidur pun meningkat.
Cara kerja akupresur untuk mengatasi insomnia yaitu dengan menekan titik-titik
tersebut di atas sehingga akan mempengaruhi sel saraf pusat dan meningkatkan pengeluaran
serotonin sehingga mengaktifkan kelenjar pineal yang mempengaruhi SCN (entrains
suprachiasmatic nucleus) di hipotalamus anterior sehingga terjadi penurunan sleep latency,
nocturnal awakening dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur (Iswari dan Wahyuni,
2013).
f. Titik Yintang
Terletak di tengah alis, tepat di atas hidung
g. Titik An Mian
An Mian ada di kedua sisi leher. Untuk menemukannya, letakkan jari di belakang
setiap daun telinga, dan gerakkan jari tepat di belakang tonjolan tulang. Tekanan
ringan sudah cukup.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Izki Rofiqoh (2018) Terapi akupresur
dilakukan pada titik Neiguan (PC6), Shen men (HT7), dan San yin jiao (SP6) dilakukan
sebanyak 12 kali terapi yang diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Serta terapi herbal
setiap hari selama 28 hari dengan menggunakan simplisia daun putri malu (Mimosa pudica)
dengan dosis 10 gram yang direbus dengan 750 mL air, diminum sehari 1 kali sebanyak 200
mL sebelum tidur. Dari hasil setelah pemberian terapi kombinasi akupresur pada titik
Neiguan (PC6), Shenmen (HT7), dan Sanyinjiao (SP6) serta pemberian herbal putri malu
(Mimosa pudica) dapat memberikan hasil yang baik terhadap pasien dengan keluhan
insomnia. Pasien merasa lebih tenang, relaks, dan pasien merasa mudah mengantuk pada
malam hari.
Nathazia Meylana dalam penelitiannya, terbukti bahwa terdapat perbedaan antara
terapi akupresur dan aromaterapi lavender dalam mengatasi insomnia pada wanita
perimenopause. Hasil uji statistik perbedaan skor insomnia sebelum dan setelah diberikan
terapi akupresur dan aromaterapi lavender dalam mengatasi insomnia pada wanita
perimenopause menggunakan uji idenpendent t- test didapatkan hasil p value 0,0008 (p <
0,05) yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan terapi akupresur
dan aromaterapi lavender dalam mengatasi insomnia pada wanita perimenopause.Terapi
akupresur lebih efektif dalam mengatasi insomnia pada wanita perimenopause dengan nilai
rata-rata sebesar 9,85 lebih besar dibandingkan rata-rata aromaterapi lavender yang sebesar
8,00. Akupresur diberikan selama 6 hari pemijatan dilakukan 40 kali disetiap titiknya selama
10 menit dan aromaterapi lavender diberikan selama 7 hari, dihirup selama 10 menit.
C. SUMBER
https://www.alodokter.com/mengenal-akupresur-dan-manfaatnya-untuk-tubuh-
anda#:~:text=LI4%20atau%20titik%20usus%20besar,atau%20otot%20betis%20bagian%20bawah.
https://www.kafekepo.com/titik-titik-tekanan-mana-yang-membantu-anda-tertidur/
https://hellosehat.com/pola-tidur/insomnia/titik-akupresur-untuk-insomnia/#gref
https://media.neliti.com/media/publications/70787-ID-efektivitas-akupresur-dan-aromaterapi-
la.pdf
http://repository.unair.ac.id/78400/