Anda di halaman 1dari 1

Ana sudah memasuki kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan melanjutkan kuliah.

Suatu sore,
Ana berbincang-bincang dengan ayah, ibu, dan neneknya di ruang tamu. Mereka menanyakan
keputusan Ana untuk memilih jurusan kuliah. Baik sang ayah dan ibu Ana , ternyata memiliki
pilihan jurusan masing-masing dan tak mau memperhatikan keinginan Ana pribadi.

Dialog

Ayah : Jadi, sudah kamu pikirkan matang-matang kamu mau melanjutkan kuliah di jurusan
apa?
Ana : Sudah yah.
Ibu : Jadi, kamu mau kuliah jurusan apa nak? (datang ke ruang tamu sambil menghidangkan
teh untuk ayah dan nenek Ana).
Ana : Ana inginnya kuliah jurusan seni yah, Bu.
Ayah : Apa? Kamu ingin kuliah seni? Mau jadi apa nanti kamu setelah lulus kuliah?
Ibu : Iya, kamu mau kerja apa setelah lulus nanti? Kuliah itu jangan cuma cari senangnya
saja. Perhatikan juga masa depan kamu nantinya.
Ayah : Kenapa kamu ingin ngambil kuliah jurusan seni?
Ana : Ana ingin mengembangkan bakat Ana jadi pelukis yah.
Ayah : Itu kan bisa kamu lakukan tanpa harus kuliah. Kamu bisa sering melukis sambil
kuliah jurusan yang lain (menampakkkan wajah kesal).
Ibu : Benar kata Ayah kamu. Dengarkan itu Ana! Ibu tak mau membiayai kuliah kamu jika
kamu memilih jurusan seni. Ibu maunya kamu kuliah jurusan ekonomi.
Ari : Tapi ?
Ibu : (memotong kata-kata Ari) Sudah, Ibu juga maunya kamu nanti setelah kuliah bisa
bekerja di kantor. Lihat sekarang ini, mana ada pelukis yang hidupnya sejahtera?
Nenek : Ayah dan Ibu kamu memang ada benarnya Ana. Pikirkan lagi betul-betul. Jangan
sampai kamu menyesal. Soal bakat, kamu bisa mengasahnya di luar jurusan kuliah.
Ayah : Nah, itu dia. Nanti kan kamu bisa ikut kegiatan kampus yang bertema seni.
Ari : Baik ayah, akan Ana akan pikirkan lagi nanti (menunduk lesu sambil merenung).

Anda mungkin juga menyukai