Anda di halaman 1dari 8

Bab 1 Hakikat Profesi Guru

A. Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru


1. Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara tegas menyatakan
seorang guru yang layak mengajar adalah mereka yang memiliki kompetensi pedagogis,
profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Hal ini menuntut setiap orang
yang merasa sebagai guru atau tenaga pendidik untuk selalu berupaya menyesuaikan tuntutan
kualifikasi dan kualitas kompetensi guru dengan peraturan perundang-undangan tersebut di
atas.

2. Apakah Kriteria Profesi Itu


Suriansyah (2008) menyebutkan beberapa kriteria umum yang menentukan apakah
suatu pekerjaan disebut profesi atau tidak, yaitu:
a. pekerjaan itu melakukan pelayanan umum dan vital,
b. pekerjaan itu memiliki pendidikan khusus,
c. anggotanya harus mengontrol pemasukannya ke dalam kelompok terpilih,
d. mereka harus setia mematuhi kode etik yang pelaksanaannya diamati oleh semua
anggota kelompok profesi.

B. Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi


1. Pendidikan Khusus
Secara yuridis formal, guru memang merupakan jabatan profesi karena guru dilihat
dan sisi pendidikan, maka seorang guru atau calon guru harus melalui pendidikan di LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) seperti FKIP, STKIP atau universitas yang
mendapat perluasan mandat untuk menghasilkan tenaga pendidik dan non tenaga pendidik
seperti di Universitas Negeri Malang (UM Malang), Universitas Negeri Jakarta (UNJ),
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas
Negeri Medan (UNIMED) dan lain-lainnya.

2. Pengakuan Masyarakat
Pada sebagian masyarakat, pengakuan terhadap pentingnya guru dijabat oleh yang
berasal dari pendidikan guru sudah terasa, namun sebagian lainnya masih semu. Tetapi secara
yuridis, pengakuan bahwa jabatan guru sebagai jabatan profesi sudah tampak dari berbagai
aturan yang mensyaratkan sertifikasi pendidik dan lain-lain seperti disebutkan di atas, yang
pada intinya menyebut profesi guru. Dengan penjelasan tersebut apa yang dapat Anda
simpulkan, sudahkan guru memenuhi syarat kedua dari kriteria profesi, yaitu pengakuan
masyarakat dan pemerintah.
3. Pengakuan Pemerintah
Dari beberapa kutipan pasal-pasal dalam UUGD tersebut jelas bahwa dari perspektif
pengakuan pemerintah yang tertuang dalam sejumlah peraturan turunan dari UUGD tersebut
guru merupakan pekerjaan profesi yang mempersyaratkan profesionalisme.

4. Kode Etik Profesi


Yang dimaksud dengan kode etik jabatan ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur
tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan profesinya seperti yang diharapkan oleh
masyarakat dan negara.

C. Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru


1. Syarat pribadi
a. Fisik, harus memiliki kesehatan fisik yang baik
b. Psikis, yaitu kesehatan rohani yang optimal dari seorang calon guru.
c. Watak, yaitu sikap yang baik terhadap profesi, berdedikasi dan bertanggung jawab
terhadap tugasnya.

2. Syarat akademis,
Syarat akademis seorang guru merupakan sejumlah pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mengajar dan mendidik.

D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional


1. Tugas dan Fungsi Guru
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterammpilan pada siswa.

BAB 2 Bimbingan dan Konseling


A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Rochman Natawidjaja (1978) yang mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976), memberikan makna konseling adalah
suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor)
membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam
hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang
akan datang.

B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah


Tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh dan
mandiri, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan
emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan
kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal
di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara
khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan
kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller, 1969).

C. Prinsip Bimbingan dan Konseling


Bimbingan konseling membutuhkan suatu prinsip atau aturan main dalam
menjalankan program pelayanan bimbingan. Menurut Prayitno dan Amti (1994) prinsip
bimbingan konseling yaitu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah,
program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.
Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling mencakup prinsip sasaran
layanan, prinsip permasalahan individu, prinsip program pelayanan dan yang terakhir prinsip
tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Apabila keempat prinsip tersebut dilaksanakan secara
utuh maka layanan bimbingan dan konseling akan tercapai sesuai keinginan konselor dan
klien.

D. Asas Bimbingan dan Konseling


1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas Alih Tangan

E. Landasan Bimbingan dan Konseling


1. Landasan Filosofis
2. Landasan Religius,
3. Landasan Psikologis
4. Landasan Sosial-Budaya
5. Landasan Pedagogis
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB 3 Administrasi Sekolah


A. Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah
Administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses pengelolaan dan pengendalian
usaha kerja sama sejumlah orang pada lembaga pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, murid,
karyawan bahkan orangtua murid dengan mendayagunakan berbagai sumber dan metode
serta alat tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

B. Fungsi Administrasi
1. PLanning (Perencanaan
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Directing (Pengarahan)
4. Coordinating (Pengoordinasian)
5. ControLLing (Pengawasan)
6. Communicating (Pengomunikasian).
C. Kegiatan-kegiatan Administratif Guru di Sekolah
Beberapa aspek yang tergolong dalam kegiatan pengelolaan dalam administrasi
pendidikan, khususnya dalam bidang garapan administrasi sekolah yang mencakup:
“Pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan
keuangan, pengelolaan alat pengajaran, pengelolaan perlengkapan dan pengelolaan hubungan
sekolah dengan masyarakat”. Hal ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap aparat
pendidikan termasuk guru (dan calon guru), karena bidang-bidang garapan tersebut terkait
langsung dengan tugas sehari-hari sebagai guru atau sebagai pimpinan pendidikan.

BAB 4 Supervisi Pendidikan


A. Perlunya Pembinaan Guru
Perlunya pembinaan guru pada saat dia sudah bertugas sebagai guru secara nyata di
lapangan pendidikan (sekolah- sekolah) yaitu sebagai berikut: guru (lebih-lebih bagi mereka
yang baru bertugas) masih memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengendalikan dan
menganalisis tingkah laku siswanya dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga guru sulit memisahkan, merefleksikan dan
menyadari tingkah lakunya pada saat dia sedang melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar. Karena itu adanya bantuan dari kepala sekolah/supervisor atau pengawas sekolah
sangat membantu mereka untuk dapat mengobservasi, merefleksi dan menganalisis tingkah
laku mengajarnya tersebut.

B. Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi


Istilah supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua kata, yaitu: super
yang artinya di atas dan vision mempunyai arti melihat, maka secara keseluruhan supervisi
diartikan sebagai ‘’melihat dari atas’’. Dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah -- sebagai pejabat yang
berkedudukan di atas -- atau lebih tinggi dari guru – untuk melihat atau mengawasi pekerjaan
guru.
Ada tiga fungsi pokok supervisi, yaitu:
1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran
2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan
pembelajaran
3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.

C. Tanggung Jawab Pembinaan Profesionalisme Guru


Pelaksanaan pembinaan guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan pengawas
sekolah, tetapi mengingat setiap hari guru berada di sekolah, maka pimpinan langsungnya
sehari-hari adalah kepala sekolah, oleh sebab itu maka kepala sekolah bertanggung jawab
untuk membina guru-guru di sekolahnya agar dapat berperan secara profesional dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru.

D. Pendekatan Supervisi Pendidikan


Pendekatan supervisi sering dikelompokkan menjadi dua pendekatan, yaitu:
pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact).
Pendekatan supervisi pada dasarnya adalah pendekatan dalam proses pembinaan guru yang
berkaitan dengan bagaimana seorang pembina berinteraksi dengan orang-orang yang dibina
agar proses pembinaan dapat mencapai hasil yang optimal. Karena itu pendekatan selalu
terkait dengan aspek psikologis orang yang dibina dan psikologis pembina itu sendiri.

BAB 5 Manajemen Berbasis Sekolah


A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan era informasi dengan tingkat persaingan yang sangat ketat ini
maka pembangunan bidang pendidikan, mutlak harus terus- menerus ditingkatkan dan
disempurnakan baik kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana
serta lebih-lebih penyempurnaan yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan
pendidikannya, khususnya manajemen dan penyelenggaraan proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Dengan demikian diharapkan program pendidikan dan program
pembelajaran di tingkat sekolah senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan manusia
Indonesia.

B. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah


Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) adalah suatu konsep di mana kekuasaan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang
paling dekat dengan terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS
pada hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah
diberikan kepada sekolah itu sendiri.
Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga sekolah.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua murid, masyarakat,
pemerintah dan unsur lainnya tentang mutu pelayanan di sekolah serta mutu sekolah itu
sendiri.
4. Meningkatkan suasana kompetisi yang sehat dan positif antarsekolah tentang
penyelenggaraan sekolah yang bermutu.

Sedangkan manfaat yang akan diperoleh oleh lembaga pendidikan/sekolah dengan


diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut:
1. Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah
2. Manajemen berbasis sekolah mengupayakan penyelenggaraan sekolah,
3. Memberikan kesempatan bagi sekolah meningkatkan kinerja staf secara optimal dan
fleksibel.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat secara lebih mendalam dan komprehensif
5. Dengan adanya kewenangan pengelolaan sumber daya, sekolah dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
6. Dengan diberikan kesempatan kepada sekolah mengembangkan kurikulum secara
luas, guru didorong berinovasi dengan melakukan berbagai pembaruan cara dan metode
pembelajaran, sehingga dapat mempercepat peningkatan mutu hasil belajar.

C. Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah


Prinsip-prinsip tersebut adalah 1) Keterbukaan, 2) Kebersamaan 3) berkelanjutan, 4)
Menyeluruh, 5) Pertanggungjawaban, 6) Demokratis, 7) Kemandirian sekolah, 8)
Berorientasi pada mutu, 9) Pencapaian standar minimal, 10) Pendidikan untuk semua.

D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif Teoretik


Sekolah sebagai sistem harus menekankan proses belajar mengajar sebagai
pemberdayaan siswa, yang dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan perilaku
mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, proses pemberdayaan siswa dalam
belajar, bukan hanya berarti terjadinya transper ilmu dari guru kepada siswa dan siswa
mampu menjawab soal-soal yang diberikan guru secara tepat, tetapi jauh dari itu
pemberdayaan siswa dalam belajar mencakup pula pembelajaran yang dapat menumbuhkan
daya kreativitas, rasionalitas (nalar) dan jiwa ilmuwan, yaitu selalu ingin tahu, mencoba dan
menemukan sesuatu. Hal ini perlu ditumbuhkembangkan.

E. Kondisi yang Mendukung Implementasi MBS di Sekolah


Agar pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dapat dilaksanakan secara optimal,
harus didukung oleh berbagai cara, yaitu:
1. Adanya dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
sekolah seperti: masyarakat dan orangtua murid, pemerintah daerah kabupaten/kota dan
bahkan dunia usaha serta LSM yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di sekolah.
2. Lembaga pendidikan mempunyai kemampuan dalam inovasi atau pembaruan,
sehingga segala aktivitasnya akan selalu dapat menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan
masyarakat.
3. Pendidikan di sekolah mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat,
4. Pelayanan pendidikan dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal dengan
memerhatikan perbedaan individu.
5. Lingkungan sosial sekolah mendukung pencapaian visinya, artinya visi sekolah
mendapat dukungan dari lingkungan sosial,
6. Potensi sumber daya sekolah dan masyarakat mendukung tercapainya target yang
ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai