Anda di halaman 1dari 4

6. 8.

1 Difusi Molekuler dan Difusi Turbulen


Bahkan di dalam suatu fluida yang benar-benar tenang, jika suatu substansi terlarut terdistribusi
secara tidak merata, maka substansi tersebut akan menunjukkan sedikit difusi gradien
konsentrasi bahkan terdistribusi. Difusi molekuler seperti ini dihasilkan dari pergerakan molekul-
molekul secara individual. Bahkan suatu distribusi panas bisa tercapai dengan cara yang sama; di
area temperatur yang lebih tinggi molekul-molekul memiliki energi kinetik yang lebih tinggi.
Difusi molekuler dari panas terjadi ketika energi kinetik molekul-molekul yang lebih tinggi ini
bergerak (mendifusi) gradien temperatur ke dalam area yang temperaturnya lebih rendah dimana
molekul-molekul tersebut encounter (menentang) molekul-molekul yang bergerak lebih lambat
dan mentransmisikan sebagian dari kelebihan energinya ke molekul-molekul yang bergerak lebih
lambat tersebut. Seperti inilah proses konduksi terjadi di dalam suatu fluida.
Air di lautan biasanya bergerak, kebanyakan dalam bentuk turbulen; jarang dalam bentuk aliran
laminar. Perbedaan antara keduanya ditunjukkan oleh gambar 4. 7 di bawah ini

Ilustrasi untuk membedakan aliran (a) laminar dan (b) turbulen

Bila fluida bergerak oleh aliran laminar, maka percampuran terjadi terutama oleh difusi
molekuler. Turbulensi (gambar 4. 7 (b) di atas dapat membawa air dengan karakteristik yang
sangat berbeda ke dalam close proximity. Hal ini melibatkan percampuran yang sangat besar,
seperti mengaduk air di dalam bak air yang dengan sangat cepat mencapai temperatur merata dan
bahkan seperti distribusi garam-garam di dalam bak. Oleh karena itu, di lautan, percampuran
terjadi terutama dalam bentuk difusi turbulen yang dalam banyak orde magnitude lebih cepat
dibanding difusi molekuler. Namun demikian, keacakan apakah percampuran terjadi karena
difusi molekuler atau difusi turbulen, difusi haruslah berlangsung untuk “menurunkan gradien”
temperatur atau konsentrasi, misalnya, dari temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang
lebih rendah atau dari konsentrasi garam-garam terlarut, nutrien, gas-gas terlarut yang lebih
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perlu dicatat bahwa kecepatan difusi turbulen jauh lebih
besar dibanding kecepatan difusi molekuler.
Di lautan, turbulensi dapat terjadi dalam berbagai proses, seperti gerakan gelombang yang
disebabkan oleh angin, convective overturn yang disebabkan oleh perbedaan densitas; arus
gunting lateral atau vertikal (misalnya kecepatan yang bervariasi dengan kedalaman atau dengan
arus); pergerakan air di atas dasar laut yang tak beraturan atau di sepanjang tanjung yang tak
beraturan; arus tidal yang bervariasi dari waktu ke waktu sama halnya dengan posisi dan
pergerakan arus yang berputar-putar.
Lautan jauh lebih luas yang garis terpanjangnya bisa hingga 10.000 km dibanding kedalamannya
yang kira 5 km dan gradien horizontal temperatur bisa sampai beberapa orde magnitude yang
lebih kecil dari gradien vertikal. Temperatur bisa berubah 10oC atau lebih di kedalaman 1 km,
sementara umumya membutuhkan perjalanan ribuan km secara horizontal untuk mengalami
perubahan temperatur 10oC. Skala percampuran turbulensi horizontal lebih besar dari skala
percampuran turbulensi vertikal, yang cenderung berlawanan dengan kedalaman. Singkatnya,
efek stratifikasi densitas adalah menghambat atau menekan/menahan percampuran vertikal.
6. 8. 2 Stratifikasi dan Mikrostruktur
Instrumen yang dapat memberikan profil temperatur dan salinitas secara berkesinambungan di
lautan mengungkap gambaran stratifikasi skala yang halus yang dikenal sebagai mikrostruktur
lautan. Profil seperti langkah yang mana lapisan homogen air dipisahkan oleh interface tipis
dengan gradien temperatur dan salinitas yang terjal/curam telah ditemukan di banyak area. Skala
dari gambaran ini bervariasi, ada lapisan setebal 20 – 30 m (gambar 6. 8 a) sementara ada lapisan
lain memiliki ketebalan lebih 0,2 – 0,3 m (gambar 6. 8 c dan d) yang dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 6. 8. berikut adalah profil temperatur (a), (b), dan (c) dan profil salinitas (d), di suatu lokasi
tanjung di California. Profil (a) – (c) secara berturut-turut berkembang menunjukkan skala halus
stratifikasi yang dapat dideteksi. Mikrostruktur dapat terjadi pada tiap kedalaman tetapi yang paling
umum terjadi di dalam dan di atas thermocline.

Perpanjangan lateralnya bisa mencapai puluhan kilometer tebal lapisan dan mungkin ratusan
meter tebal lapisannya. Temperatur bisa meningkat atau menurun dengan kedalaman pada profil
mirip langkah ini, tetapi dimana temperatur meningkat dengan kedalaman (suatu inversi
temperatur) salinitas juga meningkat dengan kedalaman, karena itu interface antar lapisan tidak
akan stabil. Dimana temperatur menurun dengan kedalaman, salinitas bisa meningkat atau
menurun dengan kedalaman.
Oleh karena densitas meningkat di sepanjang tiap langkah, mikrostruktur secara vertikal stabil
dan hal ini cenderung menghambat percampuran vertikal. Difusi molekuler akan mengeliminasi
perbedaan antar lingkungan lapisan air, memberikan waktu yang cukup. Namun demikian,
persistensi batas yang jelas antar lapisan di mikrostruktur lautan menyiratkan bahwa beberapa
proses yang berfungsi memelihara kontras sepanjang lapisan, menahan efek difusi molekuler.
Berbagai hipotesis telah diusulkan untuk mikrostruktur lautan dan untuk proses-proses yang
berfungsi memelihara. Perlu dipahami dengan baik bahwa proses-proses yang berbeda
mendominasi skala yang berbeda di bagian lautan yang berbeda. Sehubungan dengan hal
tersebut, disini digambarkan dua mekanisme yang mirip untuk memelihara mikrostruktur lautan.
6. 9. Salt fingering (pencampuran garam) dihasilkan dari apa yang dikenal sebagai double
diffusion (difusi ganda) atau double diffusive (difusif ganda) percampuran panas dan garam.
Difusi molekuler panas beberapa kali lebih cepat dibanding difusi molekuler garam. Oleh karena
itu, jika pada awalnya terdapat suatu sistem dengan dua lapisan dimana air asin hangat yang
kurang dense berada di atas air yang lebih dense, air asin yang lebih dingin dan kurang asin,
difusi panas turun ke bawah secara cepat dibanding garam. Gambar 4. 9 di bawah ini
menunjukkan bagaimana proses ini mengurangi densitas dari lapisan yang lebih rendah dan
meningkatkan densitas lapisan atas yang menyebabkan ketidakstabilan sistem. Hasilnya adalah
suatu pola konveksi dari sel-sel air asin yang tenggelam berubah dengan munculnya sel-sel dari
air yang kurang asin.

Gambar 6. 9 Suatu situasi stabil secara gravitasional menjadi tidak stabil dimana air asin hangat (biru
muda) berada di atas air kurang asin yang lebih dingin (biru dongker) menghasilkan suatu langkah
tambahan dalam profil densitas. (a) Semakin cepat difusi panas berlangsung (panah pendek) dibanding
difusi garam, menyebabkan (b) dan (c), pengembangan salt finger (panah panjang) bila profil densitas
menjadi tidak stabil. (d) Detil skematik profil densitas menunjukkan satu langkah ekstra di dalam
“thermohaline staircase” (tangga termohalin) yang terbentuk setelah “kejadian” salt fingering. Garis
putus-putus sebelum dan garis utuh setelah (before and after).
Skala konveksi sel-sel ini hanyalah orde sentimeter, maka efek dari salt fingering bukanlah
memecahkan/memutuskan stratifikasi, tetapi menciptakan “thermohaline staircase” dari jenis ilustrasi
dalam gambar 4. 8 di atas dan membuat mikrostruktur lebih halus secara progresif dan lebih detail oleh
penambahan langkah-langkah intermediate (menengah).(gambar 4.9(d)).
6. 10. Pemutusan gelombang internal
Kita memahami bahwa mikrostruktur stabil secara gravitasional seiring naiknya densitas dengan
kedalaman pada tiap langkah. Dimanapun air stabil, osilasi dapat terjadi jika air tersebut digantikan secara
vertikal. Gelombang internal yang dihasilkan yang dapat mempropagasi energi diseluruh lautan dengan
cara yang sama seperti ditunjukkan oleh gelombang permukaan.
Gelombang seperti ini dapat terjadi di interface antara lapisan-lapisan yang berbeda densitasnya yang
tentu saja bersinggungan dengan kecepatan “gunting besar”, misalnya, dimana air berada di atas dan di
bawah interface akan bergerak dengan arah yang berlawanan atau dengan arah yang sama pada kecepatan
yang berbeda.“Gunting besar” ini dapat menyebabkan ketidakstabilan lokal dalam bentuk
gelombang/ombak atau pemecah ombak yang menyebabkan terjadinya turbulensi percampuran air
dengan segera di atas atau di bawah interface. Sama seperti salt fingering, efek dari hal ini adalah
terciptanya lapisan intermediate antara dua lapisan asalnya dan karena itu akan terbentuk dua langkah
yang lebih kecil pada profil vertikal di tempat salah satu langkah yang lebih besar. Hal ini dapat
berkesinambungan secara tidak menentu dengan langkah-langkah selanjutnya pada profil vertikal yang
terbentuk pada tiap kesempatan.

Anda mungkin juga menyukai