JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018
1
TATA TERTIB LABORATORIUM KIMIA
3. Melakukan Percobaan
JANGAN PERNAH melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau percobaan TANPA
PENGAWASAN supervisor laboratorium (asisten atau dosen).
Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja SEBELUM bekerja di laboratorium.
Anda harus mengacu pada Safety Data Sheets (SDS) setiap kali bekerja dengan zat-
zat kimia tertentu.
Periksa semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat kerusakan, segera
laporkan kepada petugas laboratorium untuk segera diganti/diperbaiki.
Pilihlah tempat yang tepat untuk melakukan percobaan. Percobaan yang melibatkan
zat-zat berbahaya dan beracun harus dilakukan di dalam lemari asam.
DISKUSIKAN selalu setiap perkembangan dalam percobaan kepada asisten atau
dosen pemimpin praktikum.
JANGAN meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan, terutama percobaan
yang menggunakan bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah terbakar.
Kenakan label nama dan NIM di jas laboratorium agar mudah untuk dikenali dan
dihubungi.
Lakukan selalu pemeriksaan terhadap hal-hal yang menunjang keselamatan kerja
setiap kali selesai percobaan. PASTIKAN semua keran gas, keran air, saluran listrik
dan saluran vakum telah dimatikan sebelum anda meninggalkan laboratorium.
i
4. Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia di laboratorium kimia harus dianggap beracun dan berbahaya.
JANGAN MAKAN DAN MINUM DI LABORATORIUM! Cucilah tangan Anda
setiap akan meninggalkan laboratorium!
Selalu nyalakan lemari asam ketika bekerja di laboratorium. Kerjakan reaksi-reaksi
yang melibatkan senyawa yang mudah menguap dan mudah terbakar di dalam lemari
asam!
Jika Anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja Anda, tutuplah selalu
wadah yang digunakan untuk menyimpan zat tersebut!
Jika Anda menumpahkan zat kimia di meja Anda, segera bersihkan dengan lap kering
atau tissue. Buanglah tissue atau lap kotor di tempat sampah yang disediakan di dalam
lemari asam. Jangan buang sampah di dalam wasbak!!
Jika terkena brom, segeralah bilas dengan anti brom yang disediakan di laboratorium.
Kemudian setelah beberapa saat, bilaslah dengan air yang banyak.
Jika terkena fenol, segeralah bilas dengan anti fenol yang disediakan di laboratorium.
Kemudian setelah beberapa saat, bilaslah dengan air yang banyak.
Jika terkena asam sulfat pekat, laplah bagian tubuh Anda yang terkena asam sulfat
pekat dengan tissue kering atau lap kering. Kemudian setelah beberapa saat, cucilah
bagian tubuh Anda dengan air sabun dan air yang banyak.
Zat-zat kimia berikut sangat iritan, kecuali jika dalam konsentrasi encer: asam sulfat,
asam nitrat, asam hidroklorida (HCl), asam asetat dan larutan kalium hidroksida dan
natrium hidroksida. Berhati-hatilah!
Dimetilsulfoksida, walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali terserap oleh kulit. Berhati-
hatilah!
6. Kecelakaan
Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, beritahu segera dosen jaga
praktikum. Segera hubungi pihak medis jika lukanya cukup serius.
ii
KEWAJIBAN PRAKTIKAN
iii
Percobaan 1
Sampling Air Permukaan
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk melakukan pencuplikan sampel air permukaan dan air
limbah
B. Pengantar
Sampel yang diambil untuk digunakan sebagai contoh analisis harus memiliki
keterwakilan dari keseluruhan objek yang ingin kita uji. Dengan demikian pemilihan
lokasi sampling, pengambilan contoh dan juga penanganan contoh sebelum diuji menjadi
salah satu tahapan yang sangat penting. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan sampling yaitu: persiapan wadah dan alat sampling, penentuan lokasi dan
titik sampling, teknik pengambilan sampling, dan pengawetan contoh.
D. Prosedur
D.1 Wadah Contoh
Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau
teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
b) dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
c) bersih dan bebas kontaminan;
d) tidak mudah pecah;
e) tidak berinteraksi dengan contoh.
Lakukan langkah-langkah persiapan wadah contoh, sebagai berikut:
a) Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah contoh
harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan pengambilan
contoh.
b) Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan,
untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.
c) Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari
jenis contoh yang akan diambil
Lakukan pencucian wadah contoh sebagai berikut:
a) Peralatan harus dicuci dengan deterjen dan disikat untuk menghilangkan partikel
yang menempel di permukaan;
1
b) Bilas peralatan dengan air bersih hingga seluruh deterjen hilang;
c) Bila peralatannya terbuat dari bahan non logam, maka cuci dengan asam HNO 3
1:1, kemudian dibilas dengan air bebas analit;
d) Biarkan peralatan mengering di udara terbuka; Peralatan yang telah dibersihkan
diberi label bersih-siap untuk pengambilan contoh
CATATAN Untuk informasi yang lebih rinci, maka pengambilan contoh tidak
boleh secara komposit.
Keterangan gambar:
1) Sumber air alamiah
2) Sumber air untuk perkotaan
3) Sumber air untuk industri
4) Sumber air yang sudah tercemar
5) Lokasi masuknya air ke danau atau
waduk
2
b) sungai dengan debit antara 5 m3/detik - 150 m3/detik, contoh diambil pada dua
titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler
sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata
kemudian dicampurkan;
c) sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada
kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat
integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke
dasar secara merata lalu dicampurkan.
3
g) pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan
pengawetan
CATATAN 1 Untuk contoh yang akan di uji kandungan senyawa organiknya dan
logam runutan hendaknya tidak membilas alat 3 kali dengan contoh air tapi
digunakan botol yang bersih dan siap pakai.
CATATAN 2 Apabila pengambilan contoh dilakukan secara merawas, petugas
pengambil contoh berada di sebelah hilir.
D.3.2 Pengambilan contoh untuk pengujian oksigen terlarut
Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Cara langsung
a) Gunakan alat DO meter.
b) Cara pengoperasian alat, lihat petunjuk kerja alat.
c) Nilai oksigen terlarut dapat langsung terbaca.
2. Cara umum
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi, sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b) celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang, atau
dapat pula dengan menggunakan sifon;
c) isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian, kemudian botol ditutup;
d) contoh siap untuk dianalisa.
3. Cara khusus
Tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus, dilakukan sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b) masukkan botol ke dalam alat khusus;
c) ikuti prosedur pemakaian alat tersebut;
d) alat pengambil contoh untuk pengujian oksigen terlarut ini dapat ditutup
segera setelah terisi penuh.
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah- Bagian 57: Metoda pengambilan
contoh air permukaan. SNI 6989.57:2008
5
Percobaan 2
Total Suspended Solid (TSS) dan Total Disolved Solid (TDS)
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan nilai TSS dan TDS dalam sampel air
limbah dengan metode gravimetri.
B. Pengantar
Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel
koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang,
bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya
untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk
menyebarkan cahaya.
Total padatan tersuspensi (TDS) adalah semua bahan dalam sampel air yang lolos
melalui saringan membran berukuran pori minimal 2μm. TDS merupakan agregat dari
karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat dan garam-garam lainnya dari Ca, Mg,
Na, K, dan senyawa lainnya. TDS dipisahkan dari SS melalui teknik filtrasi laboratorium.
D. Prosedur
D.1 Preparasi sampel
Sampel ditempatkan pada wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.
Awetkan contoh uji pada suhu 4ºC, untuk meminimalkan dekomposisi
mikrobiologikalterhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak lebih dari 24
jam.
6
Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang
menempeldalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benar-
benar dihilangkan.
Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab untuk mencegah
penyumbatanoleh zat koloidal yang terperangkap pada saringan.
7
Catatan :
o Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar
diameter kertas saring atau kurangi volume contoh uji.
o Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg
sampai dengan 200 mg. Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil
minimum, perbesar volume contohuji sampai 1000 mL.
D.5 Perhitungan
( A−B )×1000
Kadar TSS ( mg/Liter )=
V sampel (mL)
dengan pengertian:
A adalah berat kertas saring + residu kering, mg;
B adalah berat kertas saring, mg.
(C−D )×1000
Kadar TDS (mg/Liter )=
V sampel (mL )
dengan pengertian:
C adalah berat cawan berisi padatan total setelah pemanasan, mg;
D adalah berat cawan kosong setelah pemanasan, mg.
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan
tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri. SNI 06-6989.3-2004
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah- Bagian 27: Cara uji padatan
terlarut total secara gravimetri. SNI 06-6989.27-2004
8
Percobaan 3
Kesadahan
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan nilai kesadahan total dalam sampel air
limbah dengan metode titrimetri.
B. Pengantar
Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air dengan kation penyebab
kesadahan yang konsentrasinya tinggi. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya
ion-ion logan bervalensi 2, seperti Mg, Ca, Fe, Sr, Mn. Tetapi penyebab kesadahan utama
adalah Ca dan Mg.
Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation
logamtertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 0,1, ion-
ion kalsiumdan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eriochrome
Black T (EBT),dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na 2EDTA
ditambahkan sebagaititran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk
senyawa kompleks, molekulindikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan
akan berubah warna dari merahkeunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat
kesadahan total (Ca + Mg).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji dibuat
cukuptinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai magnesium
hidroksida danpada titik akhir titrasi indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan
bereaksi dengankalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan didapat
kadar kalsiumdalam air (Ca).
Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara
mengurangkan hasilkesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh, yang dihitung
sebagai CaCO3.
9
D. Prosedur
D.1 Pembuatan indikator mureksid
Timbang 200 mg mureksid dan 100 g kristal natrium klorida (NaCl),
kemudiandicampur.
Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan
50mesh.
Simpan dalam botol yang tertutup rapat.
10
D.5 Pembuatan bahan pengompleks
Untuk contoh uji air yang mengandung ion-ion pengganggu memerlukan
bahanpengkompleks untuk menghasilkan perubahan warna yang jelas dan tajam pada
titik akhir titrasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari
bahan pengomplek seperti di bawah ini.
Inhibitor I
o Atur keasaman contoh uji menjadi pH 6 atau lebih tinggi, dengan
menggunakanlarutan penyangga atau NaOH 0,1 N.
o Tambahkan 250 mg serbuk natrium sianida (NaCN).
o Tambahkan larutan penyangga secukupnya sampai pH nya 10,0 + 0,1.
Inhibitor II
o Larutkan 5,0 g natrium sulfida nonahidrat (Na2S.9H2O) atau 3,7 g Na2S.
5H2Odalam 100 mL air suling.
o Simpan dalam botol yang tertutup rapat dengan karet. Hindarkan agar
tidakkontak dengan udara.
o CATATAN Inhibitor ini akan rusak akibat oksidasi oleh udara,
menghasilkan endapan sulfidayang mengaburkan titik akhir titrasi bila
terdapat logam berat dengan kadar tinggi.
D.6 Pembuatan Larutan standar kalsium karbonat (CaCO3) 0,01 M (1,0 mg/mL)
Timbang 1,0 g CaCO3 anhidrat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 mL.
Larutkan dengan sedikit asam klorida (HCl) 1 : 1, tambah dengan 200 mL
airsuling.
Didihkan beberapa menit, untuk menghilangkan CO2, lalu dinginkan.
Setelah dingin, tambahkan beberapa tetes indikator metil merah.
Tambahkan NH4OH 3 N atau HCl 1 : 1 sampai terbentuk warna orange.
Pindahkan secara kuantitaif ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian
tepatkansampai tanda tera.
11
D.7 Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat (Na2EDTA.2H2O =
C10H14N2Na2O8.2H2O) 0,01 M
Larutkan 3,723 g Na2EDTA dihidrat dengan air suling di dalam labu ukur 1000
mL,tepatkan sampai tanda tera.
V EDTA
Dengan pengertian
o MEDTA adalah molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/mL)
o VEDTA adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
o VCaCO3 adalah volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL)
o MCaCO3 adalah molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/mL)
12
MgEDTA hanya bermanfaat bila magnesium yang menggantikan logam-
logam berattidak signifikan (nyata) menyumbang pada kesadahan total.
o Dengan adanya logam berat atau polifosfat yang konsentrasinya lebih
rendah dariyang tercantum pada tabel1 di bawah ini dapat digunakan
inhibitor I dan II.
o Bila terdapat logam-logam berat yang konsentrasinya lebih tinggi dari
yangtercantum pada table 1, tentukan kadar kalsium dan magnesium
dengan metodenon-EDTA (Pengujian dilakukan 2 kali yaitu pengujian Ca
dan Mg total danpengujian Ca saja dengan metode titrimetri EDTA) dan
kadar kesadahan ditentukandengan perhitungan.
Pernyataan pada Tabel 1 hanya diperuntukan sebagai petunjuk kasar
dandidasarkan pada penggunaan 25 mL contoh uji yang diencerkan hingga
50 mL.
o Bahan organik yang tersuspensi atau berbentuk koloid juga dapat
mengganggu titikakhir titrasi.Gangguan ini dapat dihilangkan/diperkecil
dengan menguapkan contoh uji sampaikering pada steam bath (penangas
uap) dan pemanas muffle furnace pada suhu550°C hingga bahan-bahan
organik teroksidasi sempurna.
Larutkan residu yang diperoleh dalam 20 mL 1 HCl 1N, netralkan hingga
pH 7dengan NaOH 1N, dan tepatkan dengan air suling hingga 50 mL.
Dinginkan padasuhu kamar dan tentukan kadar kesadahannya.
Untuk contoh uji yang tercemar atau limbah cair, dilakukan destruksi lebih dahulu
menggunakan metode digesti asam nitrat-asam sulfat (HNO 3 – H2SO4) atau asam
nitratasam perklorat (HNO3 – HClO4), dengan cara seperti di bawah ini:
o Digesti HNO3 - H2SO4
Campur contoh uji dan pipet sejumlah volume yang sesuai ke
dalam labuerlenmeyer 125 mL atau beaker 150 mL.
Bila contoh uji belum diasamkan, tambahkan H2SO4 65%, metal
orange dan 5mL HNO3 65% sampai berubah warna menjadi merah
jingga.
Tambahkan beberapa butir batu didih, panaskan pelan-pelan hingga
mendidihpada hot plate dan uapkan hingga volumenya menjadi 15
mL sampai dengan20 mL.
Tambahkan 10 mL HNO3 65% dan 10 mL H2SO4 pekat.
Uapkan pada hot plate hingga tepat tampak uap putih pekat SO3.
Jika larutan tidak jernih, tambahkan 10 mL HNO3 65% dan ulangi
penguapanuntuk mengasapkan SO3.
Panaskan untuk menghilangkan semua HNO3 sebelum perlakuan
selanjutnyaSemua HNO3 akan hilang apabila larutan tersebut
menjadi jernih dan tak adalagi asap coklat/kecoklatan. Selama
digesti, contoh uji jangan sampai kering.
Dinginkan dan encerkan dengan air suling kira-kira 50 mL.
13
Panaskan hingga hampir mendidih untuk melarutkan perlahan-
lahan garam-garamyang terlarut.
Bila perlu disaring, kemudian pindahkan filtrat ke dalam labu ukur
100 mLbilas beaker dengan bantuan 5 mL air suling (sebanyak 2
kali), tambahkanhasil bilasan ini ke dalam labu ukur.
Dinginkan, encerkan dengan air suling hingga tanda tera dan
campurkansampai homogen.
Ambil sebagian dari larutan ini untuk keperluan penentuan
kesadahan.
14
4. Hindari contoh uji yang di digesti dengan HClO4 menguap
sampai kering.
D.11 Kalsium
Ambil 25 mL contoh uji air secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 mL dan encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.
Tambahkan 2 mL larutan NaOH 1 N (secukupnya) sampai dicapai pH 12 sampai
dengan pH 13.
Apabila contoh uji keruh, tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan KCN
10%.
Tambahkan seujung spatula atau setara dengan 30 mg sampai dengan 50 mg
indikator mureksid.
Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan
warna merah muda menjadi ungu.
Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
15
Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL,
encerkan contoh uji dengan air suling dan ulangi langkah di atas.
Ulangi titrasi tersebut 3 kali, kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA yang
digunakan.
Buat spike matrix dengan cara sebagai berikut :
o Ambil 15 mL contoh uji ditambah 10 mL larutan baku kalsium karbonat
1,0 mg/mL, dan encerkan dengan air suling hingga 50 mL, masukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL.
o Ambil 15 mL contoh uji ditambah air suling hingga 50 mL, masukkan ke
dalamerlenmeyer 250 mL
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah – Bagian 12: Cara uji kesadahan
total kalsium (Ca)dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri. SNI 06-6989.12-2004
16
Percobaan 4
Dissolved Oxygen (DO)
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan nilai DOdalam sampel air limbah dengan
metode yodometri (modifikasi azida).
B. Pengantar
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesis dan difusi dari atmosfer. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan
untuk kehidupan mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu
perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen
terlarut (DO). Semakin tinggi jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin
baik. Sebaliknya jika nilai DO yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Oksigen terlarut dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik.
D. Prosedur
D.1 Pembuatan larutan mangan sulfat
Larutkan 480 g MnSO4.4H2O atau 400 g MnSO4.2H2O atau 364 g MnSO4.H2O
dengan air suling dalam labu ukur 1000 mL dan ditanda bataskan
17
D.4 Pembuatan larutan asam sulfat 6N
Campurkan 1 bagian volume asam sulfat pekat kedalam 5 bagian air suling
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah – Bagian 14: Cara uji oksigen
terlarut secara yodometri (modifikasi azida). SNI 06-6989.2-2004
19
Percobaan 5
Sulfat
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar sulfat dalam sampel air limbah
dengan metode turbidimetri.
B. Pengantar
Metode ini digunakan untuk sampel air dan air limbah dengan kisaran kadar 1 mg/L
sampai dengan 40 mg/L dengan tebal kuvet 2,5 cm – 10 cm dan kisaran kadar 5 mg/L
sampai dengan 70 mg/L dengan tebal kuvet 1 cm. Prinsip metode ini adalah ion sulfat
(SO42-) dalam suasana asam bereaksi dengan BaCl2 membentuk kristal BaSO4 yang serba
sama. Sinar yang diserap oleh suspensi BaSO 4 diukur dengan spektrofotometri dan kadar
sulfat dihitung secara perbandingan pembacaan dengan kurva kalibrasi.
D. Prosedur
D.1 Pembuatan larutan buffer A
larutkan 30 g magnesium klorida heksahidrat, MgCl2.6H2O, 5 g natrium asetat
trihidrat,CH3COONa.3H2O, 1 g kalium nitrat, KNO3 dan 20 mL asam asetat,
CH3COOH (99%)dalam 500 mL air suling bebas sulfat dan ditandabataskan sampai
1000 mL.
20
D.3 Pembuatan larutan induk sulfat, SO42- 100 mg/L
Keringkan serbuk Na2SO4 anhidrat dalam oven pada suhu 105°C selama 24
jamkemudian dinginkan dalam desikator.
Timbang 1,479 g Na2SO4 anhidrat dan larutkan dengan air suling bebas sulfat
dalam labu ukur 1000 mL.Tepatkan sampai tanda batas dan kocok sampai
homogen.
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah – Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO42-
secara turbidimetri. SNI 06-6989.20-2004
21
Percobaan 6
Besi dan Mangan
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar zat besi (Fe) dan Mangan (Mn)
dalam sampel air limbah dengan metode spektrofotometri serapan atom.
B. Pengantar
Besi dan mangan yang terlarut dalam air terdapat dalam tingkat oksidasi +2. Ion
Fe dan Mn2+ akan bersenyawa dengan senyawa organik terlarut membentuk senyawa
2+
kompleks yang umumnya menjadi sulit dioksidasi. Besi atau mangan dapat larut dalam air
oleh karena adanya reaksi biologis pada kondisi reduksi anerobik. Jika air yang
mengandung besi dan mangan dibiarkan teroksidasi, maka akan terbentuk endapan
oksidanya yang tidak diharapkan.
D. Prosedur
Pengujian Besi
D.1 Preparasi sampel
Masukkan 100 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen kedalam gelas
kimia.
Tambahkan 5 mL asam nitrat.
Panaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh hampir kering.
Ditambahkan 50 mL air suling, masukan ke dalam labu ukur 100 mL melalui
kertas saring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling.
22
D.3 Pembuatan kurva kalibrasi
Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.
Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang
248,3 nm.
Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah di persiapkan.
D.4 Lakukan hal yang sama (D.1 – D.3) tetapi dengan mengganti Fe oleh Mn.
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah – Bagian 4: Cara uji besi (Fe)
dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 06-6989.4-2004
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan air limbah – Bagian 5: Cara uji mangan (Mn)
dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 06-6989.5-2004
23
Percobaan 7
Pb dalam Tanah
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar logam timbal (Pb) dalam sampel
tanah secara destruksi asam dengan metode spektrofotometri serapan atom.
B. Pengantar
Logam timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara
alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan
bantuan air hujan. Sehingga jumlah Pb yang ada di dalam badan perairan melebihi
konsentrasi yang semestinya, dan dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan
tersebut. Senyawa timbal dalam contoh uji tanah didestruksi dalam suasana asam sampai
terlarut semua, kemudian diukur kadarnya dengan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) secara langsung.
Alat yang digunakan adalah : AAS dengan lampu holow katoda Fe dan Mn, gelas
kimia 250 mL, pipet ukur 5 mL; 10 mL; 20 mL; 30 mL; 40 mL dan 60 mL, labu ukur 100
mL, corong pendek, pemanas listrik, kertas saring whatman 40, dengan ukuran pori θ 0.42
μm; dan botol semprot.
Bahan yang digunakan adalah : larutan induk timbal, Pb 1000 μg/ml; asam nitrat p.a,
HNO3 pekat; asam perklorat p.a, HClO4 pekat; air suling yang bebas bahan analit atau
mengandung timbal; batu didih; kertas saring kuantitatif dengan ukuran pori 8,0 μm.
D. Prosedur
D.1 Persiapan dan pengawetan contoh uji
Siapkan contoh uji dengan tahapan sebagai berikut:
a) Sediakan contoh uji yang telah diambil sesuai dengan metode Sediment Sampling
USEPA-600 (SOP#: 2016).
b) Buang benda-benda asing seperti potongan plastik, daun atau bahan lain yang
bukan contoh uji.
c) Kering udarakan contoh uji pada suhu ruang.
d) Gerus contoh uji dan dihomogenkan.
e) Simpan dalam botol gelas atau polietilen yang bertutup.
24
b) Tambahkan larutan asam nitrat, HNO3 1,0 N sampai tepat tanda tera.
D.2.3 Pembuatan larutan kerja dengan konsentrasi 0,0 μg/ml; 0,2 μg/ml; 0,4 μg/ml; 0,6
μg/ml; 0,8 μg/ml; dan 1,0 μg/ml
a) Pipet 0,0 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml; 5,0 ml larutan baku timbal, Pb 10
μg/ml kedalam 6 (enam) labu ukur 50,0 ml.
b) Tambahkan asam nitrat, HNO3 1,0 N ke dalam masing-masing labu ukur sampai
tanda tera.
CATATAN Konsentrasi tertinggi dari larutan kerja disesuaikan dengan kemampuan SSA,
dengan ketentuan linearitas kurva kalibrasi yang dihasilkan (r2) > 0,99.
D.3 Prosedur
D.3.1 Penentuan kadar timbal, Pb secara destruksi asam
a) Siapkan erlenmeyer volume 250 ml;
b) Timbang contoh uji yang sudah dihomogenkan sebanyak ± 3,00 g, masukkan ke
dalam erlenmeyer;
c) Tambahkan 25 ml air suling, aduk dengan menggunakan batang pengaduk;
d) Tambahkan 5 ml sampai dengan 10 ml asam nitrat, HNO3 pekat, aduk hingga
bercampur rata;
e) Tambahkan 3 butir sampai dengan 5 butir batu didih, tutup dengan kaca arloji;
f) Letakkan erlenmeyer tersebut diatas penangas listrik, atur suhunya pada 1050C
sampai dengan 1200C;
g) Panaskan sampai volume contoh uji tinggal + 10 ml;
h) Angkat dan dinginkan;
i) Tambahkan 5 ml asam nitrat, HNO3 pekat dan 1 ml sampai dengan 3 ml asam
perklorat, HClO4 pekat tetes demi tetes melalui dinding kaca erlenmeyer;
j) Panaskan kembali pada penangas listrik sampai timbul asap putih dan larutan
contoh uji menjadi jernih;
k) Setelah timbul asap putih, pemanasan dilanjutkan selama + 30 menit;
l) Jika larutan contoh uji belum jernih, ulangi langkah pada butir D.2.1 i) sampai
dengan k);
m) Dinginkan contoh uji. Saring dengan kertas saring kuantitatif dengan ukuran pori
8,0 μm. Tempatkan filtrat contoh uji pada labu ukur 100 ml dan tambahkan air
suling sampai tanda tera. Filtrat contoh uji siap diukur ke dalam spektrofotometer
serapan atom (SSA).
n) Lakukan pengukuran blanko:
1) Siapkan erlenmeyer volume 250 ml;
2) Pipet 25 ml air suling, masukkan ke dalam erlenmeyer tersebut;
3) Lakukan langkah pada butir D.2.1 d) sampai dengan m).
o) Pembuatan spike matrix:
1) Siapkan erlenmeyer volume 250 ml;
2) Masukkan + 3,00 g contoh uji yang telah dihomogenkan ke dalam
erlenmeyer, tambahkan 2 ml larutan baku timbal, Pb 10 μg/ml;
25
3) Lakukan langkah pada butir D.2.1 d) sampai dengan m).
D.3.2 Penentuan kadar Air
a) Timbang dan catat berat cawan porselin yang akan digunakan;
b) Masukkan contoh uji ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang sebanyak + 5 g;
c) Panaskan contoh uji pada oven dengan suhu 105oC selama 2 jam;
d) Masukkan ke dalam desikator selama 30 menit atau sampai dingin;
e) Timbang dan catat berat cawan;
f) Ulangi langkah pada butir D.3.2 c) sampai dengan d) minimal 3 (tiga) kali atau
sampai mencapai berat konstan.
D.5 Perhitungan
D.5.1 Kadar timbal, Pb
a) Buat kurva kalibrasi berdasarkan hasil pembacaan absorbansi kadar larutan kerja dari
alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA);
b) Tentukan kadar timbal, Pb contoh uji dengan cara memplotkan hasil pengukuran
timbal, Pb pada kurva kalibrasi;
c) Hitung kadar timbal, Pb dengan perhitungan sebagai berikut:
c.1 untuk perhitungan dalam berat kering contoh uji:
C ×V × fp
Pb=
1−K
B( )
100
c.2 untuk perhitungan dalam berat basah contoh uji:
C ×V
Pb=
B
26
dengan pengertian:
Pb adalah kadar timbal, Pb dalam sedimen (μg/g);
C adalah kadar timbal, Pb yang diperoleh dari kurva kalibrasi (μg/ml);
V adalah volume akhir (ml);
B adalah berat contoh uji (g);
Ka adalah kadar air (%);
fp adalah faktor pengenceran (bila tidak ada pengenceran maka fp = 1).
D.5.2 Kadar air :
Csb−Cst
Ka= ×100 %
Csb
dengan pengertian :
Ka adalah kadar air (%);
Csb adalah berat contoh uji sebelum dipanaskan (berat kering udara) (g);
Cst adalah berat contoh uji setelah dipanaskan (berat kering) (g).
D.5.3 Persen perolehan kembali (%recovery)
A−B
R= ×100 %
C
Keterangan:
R adalah persen recovery (%) ;
A adalah kadar contoh uji yang di spike (μg/g);
B adalah kadar contoh uji yang tidak di spike (μg/g);
C adalah kadar standar yang diperoleh (target value) (μg/g);
E. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Sedimen– Bagian 3: Cara uji timbal (Pb)
secarabndestruksi asam dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA. SNI 06-6992.3-
2004
27