DISISUSUN OLEH :
Nama : Delta Triani
Nim : (Po.71.24.3.19.043)
Kelas : Tingkat 2 B
2. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang
menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan
pada awal kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar
mama. Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat. sehingga pada akhir
kehamilan kadar oksitosin meninggi dimana berikatan dg reseptor oksitosin yg terletak di
dlm miometrium yaitu dlm membran plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah
golongan obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam
membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan
persalinan , Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup
kuat Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis
posterior melepaskan oksitosin. Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia
kehamilan. Stimulus sensoris pada serviks, vagina, dan payudara secara refleks
melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Sensitivitas uterus terhadap oksitosin
meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan.
Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian oksitosin meningkatkan
kontraksi fundus uteri meliputi peningkatan frekuensi, amplitudo dan lamanya kontraksi.
Partus dan laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak ada oksitosin, tetapi persalinan
menjadi lebih lama dan refleks ejeksi susu (milk ejection) menghilang. Oksitosin dianggap
memberikan kemudahan dalam persalinan serta memegang peranan penting dalam refleks
ejeksi susu.
Mekanisme Cara Kerja
Oksitosin diabsorsi denagn cepat melalui mukosa mulut sehingga memungknkan
oksitosin diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap did /
cadangan untuk penggunaan pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino peptidase
dalam plama ( oksitosin atau vasopresinase ) meniongkat 10x dan menurun setelah
persalinan. Enzim mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida
enzim meregulasi kosentrasi oksitosin.
Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric
rumah sakit, namun potensi oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan
tekana darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-
eklamsia aau penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun.
Pemberian infuse oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang menghadapi
resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan melpresentasi atau solosio
plasenta atau denagn resiko rupture uteri yang tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang
terus-menerus pada kasus dengan resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen. Jika
pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini
mungkin terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga
pemberian oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih
cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhn ya
terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.
Farmakologi
a. Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini
tergantung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah, efek
oksitosin terhadap uterus juga berkurang. Progestin digunakan secara luas di klinik untuk
mengurangi aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis meskipun efektivitasnya tidak
jelas. Pada kehamilan trimester I dan II aktivitas motorik uterus sangat rendah, dan
aktivitas ini secara spontan akan meningkat dengan cepat pada trimester III dan mencapai
puncaknya pada saat persalinan. Oksitosin dapat memulai atau meningkatkan ritme
kontraksi uterus pada setiap saat, namun pada kehamilan muda diperlukan dosis yang
tinggi. Oksitosin menyebabkan pengelepasan prostaglandin pada beberapa spesies, tetapi
tidak jelas apakah ini merupakan efek primernya atau berhubungan dengan kontraksi
uterus.
b. Kelenjar Mama
Bagian alveolar kelenjar mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu mioepitel.
Kontraksi mioepitel menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar ke dalam sinus
yanng besar, sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di namakan ejeksi susu. Mioepitel
sangat peka terhadap oksitosin. Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi
susu, bila oksitosin endogen tidak mencukupi. Juga berguna untuk mengurangi
pembengkakan payudara pasca persalinan.
c. Sistem Kardiovaskuler
Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan terlihat relaksasi otot polos
pembuluh darah secara langsung. Terjadi penurunan tekanan sistolik dan terutama
penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan tekanan diastolik, warna kulit menjadi
merah, dan aliran darah ke ekstermitas bertambah. Bila dosis besar diberikan terus
menerus secara infus, maka penurunan tekanan darah akan diikuti sedikit penggian
tekanan darah tetapi menetap. Dosis oksitosin untuk indikasi obstetrik, tidak jelas
menimbulkan penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah jelas terjadi pada
penderita yang mendapat dosis besar, yang diberikan selama anestesia dalam. Otot polos
yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah uterus, pembuluh darah dan miopitel kelenjar
payudara.
Fafrmakokinetik
Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian parenteral. Pemberian oksitosin
intranasal, meskipun kurang efisien lebih disukai daripada pemberian parenteral. Oksitosin
diabsorpsi dengan cepat melalui mukosa mulut dan bukal sehingga memungkinkan
oksitosin diberikan sebagai tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap
dicadangkan untuk penggunaan pasca-persalinan.
Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam plasma(oksitosinase atau sistil
aminopeptidase) meningkat sepuluh kali dan menurun setelah persalinan. Enzim ini
menginaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida. Enzim ini diduaga
meregulasi konsentrasi oksitosin lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhnya terhadap
eliminasi kadar oksitosin dalam plasma. Di duga sumber oksitosinase ini adalah plasenta.
Waktu paruh oksitosin sangat singkat, antara 12-17 menit. Penurunan kadar plasma
sebagian besar disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati. Penggunaan klinik adalah :
1. Untuk diagnosa janin mengalami gangguan atau tidak, terjadinya sirkulasi pada
placenta.
2. Untuk terapi; Mempercepat proses persalinan, tidak mungkinnya keluar janin
secara sempurna, meningkatkan pancaran air susu ibu, perdarahan setelah melahirkan,dan
sulitnya air susu keluar.
Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi , sobeknya uterus
karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin dalam darah). Dan
mempunyai kontra indikasi,prematur dan keadaan janin abnormal. Pada janin yang tidak
normal tdk boleh diberi oxytocin.
Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1. Indikasi oksitosik.
2. Induksi partus aterm
3. Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
4. Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
5. Uji oksitoksik
6. Menghilangkan pembengkakan payudara.
b. Kontra Indikasi
1. Kontraksi uterus hipertonik
2. Distress janin
3. Prematurisasi dan gawat janin
4. Letak bati tidak normal
5. Disporposi sepalo pelvis
6. Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
7. Obstruksi mekanik pada jalan lahir
8. Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
9. Resistensi dan mersia uterus
10. Uterus yang starvasi
11. Cara pakai dan dosis
3. Misoprostol / Prostagladin
Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen manusia pada sekitar tahun
1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat,
sang penemu memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi
layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis.
Rumus bangun prostaglandin adalah asam alkanoat tak jenuh yang terdiri dari 20 atom
karbon yang membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam lemak dan asam
arakidonat. Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1 dan MMP-3.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan tempat kerjanya
berbeda- beda, serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid lain, neurotransmitor,
hormon serta obat- obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrim dan cairan
menstrual dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid. Sesudah senggama ditemukan
PG yang berasal dari semer; dalam sistem produksi wanita. PG (prostaglandin) ini diserap
dari vagina dan cukup untuk menghasilkan kadar dalam darah, yang menimbulkan efek
fisiologis. Walaupun PG (prostaglandin) ini sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun
status peranan fisiologiknya pada saat menstruasi dan kehamilan masih diperdebatkan.
Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek farmakologik; dosis
farmakologik relatif tinggi dan lebih nyata. Pada manusia PG berperan penting dalam
peristiwa persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang terjadinya
persalinan, pada setiap usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan, konsentrasi PG
dalam darah perifer dan cairan amnion meningkat.
Framakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena kerjanya terbatas pada
organ penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang sama. Prostaglandin yang terdapat
pada uterus, cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di bidang
keperawatan penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF merangsang
kontraksi uterus baik hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi jaringan uterus
tidak hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat dari PGF2α .
Prostaglandin memperlihatkan kisaran dosis- respons yang sempit dalam menimbulkan
kontraksi fisiologik, dan ini memudahkan terjadinya hipertoni uterus yang
membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan yang cermat dan
meningkatkan kecepatan infus secara sedikit demi sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian PGE2 DAN PGF2α ke dalam
rongga uterus dengan menggunakan kateter atau suntikan memberikan hasil yang baik,
disertai efek samping yang ringan. Sebaliknya untuk menghentikan kehamilan
muda(menstruasi yang telat beberapa minggu); diperlukan dosis yang sangat besa,
sehingga menyebabkan efek samping yang berat, dan derajat keberhasilan yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh sekilas dan diduga kerjanya
melalui pusat pengatur suhu di hipotalamus. Dosis besar PGF2α menyebabkan hipertensi
melalui kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2 menimbulkan vasodilatasi.
Prostaglandin terdapat merata di dalam miometrium dan bekerja secara sinergis dengan
oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian prostaglandin lokal pada serviks,
menyebabkan serviks matang tanpa mempengaruhi motilitas uterus.
Indikasi Dan Kontra Indikasi
a. Indikasi
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
3. Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
4. Induksi abortus terapeutik
5. Uji oksitosin
6. Menghilangkan pembengkakan mamae
b. Kontra Indikasi
1. Terdapat ruptura membran amnion
2. Adanya riwayat sikatris
3. Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina
selama kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa perdarahan,
prostaglandin tidak digunakan
4. Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma
5. jika ada infeksi pada jalan lahir
6. Pada kehmilan melintang sungsang atau miring
Mekanisme Cara Kerja
Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan. Substansi
ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek samping
. Dosis Dan Cara Pakai
1. Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
2. Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
3. Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
4. Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV
Efek samping
1. Hiperstimulasai uterus
2. Pireksia
3. Infalamasi
4. Sensitisasi terhaap rasa nyeri
5. Diuresis+kehilangan elektrolit
6. Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang
terjadi )
7. Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal
8. Sakit persisten pada punggung bwah dan perut