Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/272238007

Studi Pengaruh Kesehatan Terumbu Karang Terhadap Kelimpahan dan


Biomassa Ikan Ekonomis dan Ikan Herbivora di Taman Nasional Komodo,
Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

Conference Paper · November 2013

CITATIONS READS

0 1,674

3 authors, including:

Mochamad Iqbal Herwata Putra Julian Saputra


Conservation International Bogor Agricultural University
32 PUBLICATIONS   38 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Assessment of Geostrophic Flow Variability from Altimetry and Conventional Data View project

Savu Sea Marine Megafauna Project View project

All content following this page was uploaded by Mochamad Iqbal Herwata Putra on 15 February 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Studi Pengaruh Kesehatan Terumbu Karang Terhadap Kelimpahan dan Biomassa Ikan Ekonomis dan Ikan
Herbivora di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

Mochamad Iqbal Herwata Putra, Teo Andri Saputra , Julian Saputra *)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro


Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email: iqbalherwata@gmail.com

Abstrak
Studi pengaruh kesehatan terumbu karang terhadap kelimpahan dan biomassa ikan ekonomis dan ikan
herbivora di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2013 dilakukan agar mendapatkan
gambaran kesehatan terumbu karang, kondisi perikanan ekonomis dan ikan herbivora yang merupakan indikator
kesehatan terumbu karang di kabupaten manggarai barat. Materi penelitian adalah karang, ikan ekonomis , ikan
herbivora, invertebrata, dan dampak kerusakan. Penelitian dilakukan di 16 titik yang meliputi 3 pulau besar yaitu pulau
komodo, rinca dan padar yang dipilih dengan metode stratified random sampling. Seleksi site juga memperhatikan
wilayah terumbu karang yang terbuka (exposed), dan terlindungi (sheltered). Metode pengambilan data substrat
dilakukan dengan menggunakan metode PIT sepanjang 150 meter dan estimasi tutupan sejajar garis pantai.
Pengambilan data ikan menggunakan metode transek sabuk (belt transect) sepanjang 150 meter sejajar garis pantai
dengan menghitung jumlah ikan yang ditemui dan estimasi panjang total ikan serta dilanjutkan dengan longswim.
Hasil Penelitian menunjukan terdapat 40 spesies ikan, tersusun dari 11 famili. Famili dengan kelimpahan terbanyak
untuk ikan ekonomis adalah Lutjanidae sebanyak 245 individu dan untuk ikan herbivora adalah Acanthuridae
sebanyak 160 individu. Biomassa dan kelimpahan ikan ekonomis tertinggi berada di site Bongkahan Batu
745,6740821 Biomass/ha (kg) dan kelimpahannya 2331,136364 Density/ha dengan komposisi substrat HCL 13 %,
SC 19,33 %, OT 45,67 %, RB 22 %, sedangkan untuk biomassa ikan herbivora tertinggi berada di site Pulau Kambing
277,3366697 Biomass/ha (kg) dengan komposisi substrat HCL 4,667 %, SC 4,333 %, OT 10,333 %, RB 80,667
%,dan kelimpahan ikan herbivora tertinggi berada di site Bongkahan Batu 1145 Density/ha. Biomassa dan
kelimpahan ikan ekonomis tertinggi di Bongkahan Batu di duga dipengaruhi keragaman komposisi substrat karena
spesies yang berlimpah adalah Lutjanus Kasmira yang termasuk kelompok omnivora sehingga makananya berlimpah,
sedangkan untuk biomassa dan kelimpahan ikan herbivora tertinggi di duga pengaruh melimpahnya alga yang
merupakan makanan ikan herbivor.

Kata Kunci : Kesehatan Terumbu Karang, Biomassa Ikan, Kelimpahan Ikan, Taman Nasional Komodo

*) Penulis penanggung jawab


Pendahuluan Taman Nasional Komodo merupakan
daerah pesisir dan kepulauan yang mempunyai
Indonesia merupakan negara kepulauan
karakteristik laut yang unik berupa selat-selat
(archipelago state) terbesar di dunia, dengan
kecil yang berarus kuat, dengan kekayaan
jumlah pulau terbanyak (± 13.000) (KKP, 2010).
sumberdaya perairan yang tinggi. Namun,
Sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil
sumberdaya perairan Taman Nasional Komodo
yang tersebar dan mempunyai karakteristik yang
mulai terancam karena adanya praktek
berbeda-beda.
pemanfaatan perikanan yang tidak ramah
Potensi ikan karang Indonesia cukup besar lingkungan seperti penggunaan bom dan potas
yaitu 30 – 50 juta ekor per tahun (Dwiponggo, sehingga dapat merusak lingkungan, dan yang
1990). Naamin dan Sumiono (1985) sangat terkena dampaknya adalah terumbu
memperkirakan bahwa potensi lestari sumber karang. Salah satu upaya yang dapat
daya ikan karang sebesar 48.098 ton per tahun. dilaksanakan untuk mempertahankan kekayaan
Namun dengan kondisi perairan Indonesia yang keanekaragaman hayati terutama sektor
mempunyai tingkat biodiversitas tinggi perikanan di Taman Nasional Komodo, Efektifitas
mendorong nelayan untuk melakukan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
penangkapan dalam jumlah yang banyak, bisa diukur melalui monitoring. Monitoring
sehingga terjadi over exploitasi khususnya ikan- sumberdaya alam termasuk kegiatan koleksi dan
ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti analisis terhadap hasil pengamatan atau
kerapu (Pet, et al., 2005). pengukuran yang diambil secara berulang-ulang

Manggarai Barat merupakan kabupaten untuk mengevaluasi perubahan kondisi dan

pemekaran dari kabupaten Manggarai, Provinsi kemajuan ke arah pencapaian tujuan (Elzinga et

NTT dengan luas wilayah daratan 2927,50 km 2 al,1998)


2
dan wilayah laut sebesar 7.052,97 km ,dimana Penelitian ini bertujuan untuk melihat
terdapat sekitar 264 pulau baik itu besar maupun pengaruh kesehatan terumbu karang terhadap
itu kecil. Perairan di Kab. Manggarai Barat biomassa dan kelimpahan ikan ekonomis dan
terbagi dalam dua kawasan. Total luas herbivora, sehingga dapat dijadikan acuan untuk
2
keseluruhan 1.817 km dengan Luas Taman pengambilan kebijakan dalam pengelolaan
2
Daratan sekitar 603 km (60,300 ha) dan luas kawasan di Taman Nasional Komodo
taman laut sekitar 1.214 km2 (121,400 ha)
Materi dan Metode
termasuk dalam kawasan yang di kelola oleh
Taman Nasional Komodo. Secara geografis, Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5
Manggarai Barat terletak diantara 8’LU – – 10 April 2013 di 16 site dan dipilih secara acak
8.30’LS dan 119.30’ BT –120.30’ BT. Batas dengan metode stratified random sampling untuk
wilayah sebelah barat berbatasan dengan dijadikan site survei. Seleksi site juga
provinsi NTB, sebelah timur berbatasan dengan memperhatikan wilayah terumbu karang yang
Kab.Manggarai, Sebelah selatan berbatasan terbuka (exposed), atau terlindungi (sheltered).
dengan Laut Sawu, dan Sebelah Utara Pada titik yang sudah pernah dilakukan
berbatasan dengan Laut Flores. pendataan yaitu sejumlah 185 titik (Status of coral
reefs in and around Komodo National Park 2005) Jumlah titik dalam kategori
tidak dilakukan pendataan lagi. Jumlah titik yang % Tutupan = ----------------- x 100%
terpilih menjadi site survei adalah 16 titik yang Total jumlah titik dalam transek
mewakili 3 pulau yang berbeda.Namun dalam Dengan mengikuti standar pengkatogerian
survei ini jumlah titik yang disurvei hanya persen tutupan karang hidup berdasarkan
sejumlah 16 titik yang masuk ke dalam kawasan KEP04/MENLH/02/2001,yaitu 0-24,9% = buruk,
Taman nasional Komodo. 25-49,9% = sedang, 50-74,9% = baik, dan 75-
100% = sangat baik.
Estimasi tutupan substrat yang terbagi
dari Hard coral life, Soft Coral, Other dan Rubble
yang terbagi 4 segmen kemudian diolah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
S1+S2+S3+ S 4
% Tutupan = ----------------------
4
Rumus diatas digunakan untuk
menentukan kategori presentase tutupan
substrat baik Hard coral life, Soft Coral, Other dan
Gambar 1. Peta Cakupan Area survei
Rubble di site yang telah dilakukan monitoring
Pengambilan data kesehatan terumbu dengan menggunakan metode estimasi tutupan
karang (reef health) menggunakan dua metode, Analisis kesehatan terumbu karang akibat
yakni metode estimasi tutupan substrat dan Poin aktivitas perikanan dengan menggunakan metode
Intersept Transect (PIT). Estimasi tutupan Reef Check Echodiver. Salah satu indikator
substrat dilakukan pada kedalaman 4 - 12 meter. kesehatan terumbu karang pada metode ini
Pengamat empat kali berenang setiap lima menit, adalah indikasi ada tidaknya pecahan karang
mencakup jarak sekitar 50 - 100 m Setelah (rubble) yang disebabkan oleh pemboman, jaring
masing-masing pengamat berenang selama lima penangkap ikan (fish nets), penggunaan
menit, pengamat mencatat perkiraan untuk sianida,dan Boat/Anchor akibat jangkar nelayan.
cakupan persentase setiap kategori benthos, Pengambilan data ikan karang
mengestimasikan empat cakupan perkiraan pada menggunakan belt transek. Yaitu transek garis
satu site dan per site survei dengan dimensi pengamatan 2,5 meter ke kanan
Metode PIT digunakan untuk mengukur dan ke kiri serta 5 meter ke atas. Kemudian
tutupan invertebrata bentik yang menetap (Hill mencatat kelimpahan jenis ikan tingkat spesies
dan Wilkinson 2004). Metode ini dilakukan dan ukurannya dengan metode “Visual Census”
dengan cara membentangkan transect (roll dengan cara mencacah seluruh objek di
meter) sejajar dengan garis pantai di kedalaman sepanjang garis transek tersebut. Panjang garis
10 meter. Pengamat mencatat bentuk transek mengikuti transek pada karang (S.
pertumbuhan karang yang berada tepat di bawah English, C. Wilkinson and V. Baker, 1994).
transect dengan interval 0,5 meter sepanjang Transek sabuk dikombinasikan dengan
transek. Dalam mendapatkan persentase tutupan metode long swim, Pada saat kedua pengamat
terumbu karang digunakan rumus:
ikan telah mencapai bagian yang paling akhir dari transek.Panjang garis transek mengikuti transek
meteran transek 5 x 50 m. Metode long swim pada karang.Indikator invertebrata yang di ambil
terdiri dari 20 menit berenang pada kecepatan datanya meliputi invertebrata Banded Coral
berenang standar (sekitar 20 m per menit) secara Shrimp, Diadema Urchin, Pencil Urchin, Collector
paralel dengan tubir terumbu (reef crest) pada Urchin, Edible Sea Cucumber,Crown of Thorns,
kedalaman sekitar 3-5 m di depan terumbu (di Triton, Lobster, Giant Clam.
bawah tubir, sehingga memungkinkan untuk Pengukuran arus dengan metode
memantau secara serempak di daerah tubir, lagrange. Pengukuran biasanya dilakukan dari
rataan dan lereng terumbu di mana jenis yang dua tempat di pantai yang berbeda posisinya
lebih besar muncul di situ). Semua individu jenis sudah diketahui, sementara itu pelampung
yang berukuran besar (>35 cm TL).dihitung dan dilepaskan ditengah laut. Untuk interval waktu
ukuran mereka diestimasi di sepanjang areal 20 tertentu posisi pelampung diukur dari kedua
m. Ukuran transek yang optimal adalah 400 m x waktu tersebut sehingga pergerakan dapat
20 m. Dalam menggunakan metode ini, hal yang diamati dan dicatat.Kecepatan lagrange
sangat penting adalah jarak yang dilalui dicatat ditentukan dari :
secara akurat dan minimal panjangnya adalah
=
400 m.

Jumlah individu per unit sampling Pengukuran suhu permukaan dilakukan


Kelimpahan per hektar = ----------x 10.000 dengan cara insitu menggunakan termometer
2
Luasan unit sampling dalam m yang dicelupkan ke permukaan perairan dan
Nilai biomassa dilakukan melalui dilakukan 3 kali pengulangan. kemudian di rata-
perhitungan hubungan panjang-berat yang rata kan untuk mendapatkan nilai suhu.
diketahui untuk setiap jenis ikan dengan Pengukuran salinitas permukaan perairan
b
menggunakan rumus: W = aL ( Kulbickiet al, dilakukan dengan menggunakan alat
2005) Di mana: W = berat ikan dalam gram (g); L refraktometer dengan mengkalibrasi terlebih
= panjang ikan (fork length) dalam cm; a dan b = dahulu dengan aquades. Setelah itu kemudian
nilai konstanta ambil sampel air laut dengan menggunakan pipet
setiap jenis Nilai rata-rata biomassa dihitung dan teteskan di tempat sample nya kemudian cari
untuk setiap metode menggunakan rumus: tempat yang kondisi cahayanya cerah untuk b isa
W1 + W2 + ... + Wn membaca kadar salinitas di skala refraktometer,
Biomassa per hektar = ---------x 10.000 dan dilakukan 3 kali pengulangan kemudian di
2
Unit sampling dalam m rata-rata kan untuk mendapatkan nilai salinitas.
Dimana W1,2,n adalah biomassa per 1 ekor ikan Pengukuran kecerahan perairan dilakukan
target dengan alat secchi disk dengan yang di beri
Pengambilan data invertebrata indikator pemberat agar jatuh ke perairan tegak lurus.
menggunakan belt transek. Yaitu transek garis Catat kedalaman total terlebih dahulu. Kemudian
dengan dimensi pengamatan 2,5 meter ke kanan catat H total nya. H1 didapatkan dari pecelupan
dan ke kiri. Kemudian mencatat semua jenis secchi disk awal dan amati sampai secchi disk itu
invertebrata indikator berdasarkan metode Reef sudah tak terlihat kemudian catat panjang tali dari
Check Ecodiver yang terdapat dalam permukaan air ke secchi disk. Tarik kembali
secchi disk ke atas hingga terlihat kembali dan tertinggi yaitu batu bolong (72,50%) tidak di
catat panjangnya sebagai nilai H2.H2 di hitung temukan aktivitas perikanan dengan
agar mengurangi tingkat eror pada pengamat. menggunakan bom maupun aktivitas pariwisata
Kemudaian hitung kecerahannya dengan rumus (jangkar).
: Sedangkan Pada 7 lokasi lainnya yang
berkategori buruk, 5 di antaranya adalah tipe
terumbu tertutup (shelter), dapat diduga bahwa
Hasil dan Pembahasan asupan nutriennya sedikit. Pada 2 lokasi yang
lain yaitu, toro jerman dan padar selatan adalah
Dari 16 site yang di amati menggunakan tipe terumbu terbuka (exposed), akan tetapi di
metode time swim di 12 site. Dengan mengikuti temukan adanya indikasi aktivitas nelayan yang
standar pengkatogerian persen tutupan karang menggunakan bom, hal itu dapat di lihat dari hasil
hidup berdasarkan KEP-04 /MENLH/02/2001, pengamatan impact (dampak).
yaitu 0-24,9% = buruk, 25-49,9% = sedang, 50-
74,9% = baik, dan 75-100% = sangat baik. Dari
12 titik yang di survey, 12 site mendapat kategori
buruk yaitu Manta Alley, Toro Jerman, Padar
Kecil, Ngarai Lili Laut, Canibal Rock, Bongkahan
Batu, Padar Selatan, sedangkan 4 site
dikategorikan sedang yaitu Cristal Rock, Shot
Gun, Tatawa Kecil, Loh Namo, dan 1 site Gambar 3. Indeks kehadiran substrat dengan
dikategorikan baik yaitu batu bolong. metode PIT.
Untuk 4 site lain yang diamati, digunakan
metode PIT (Point Intercept Transect) pada 4
lokasi yaitu karang Makassar, tatawa besar,
pantai merah, dan pulau kambing. Dari keempat
site tersebut 2 diantaranya dapat dikategorikan
sedang yaitu karang Makassar (37%) dan tatawa
besar (47,6%). Pada lokasi karang Makassar di
temukan aktivitas pariwisata (jangkar) tingkat
medium. Dua lokasi lainnya yaitu pantai merah
(5%) dan pulau kambing (4,6%) masuk kedalam
Gambar 2. Diagram batang Tutupan karang
kategori buruk karena pada 2 lokasi tersebut
dengan menggunakan estimasi penutupan
selain lokasinya yang tertutup (shelter) banyak di
Pada 5 site (Batu Bolong, Shot Gun,
temukan aktivitas pariwisata (jangkar), perikanan
Tatawa Kecil, Crystal Rock dan Loh Namo)
(bom dan pukat harimau) hal tersebut di buktikan
dengan persen tutupan karang tertinggi terletak
dengan penemuan bekas jaring nelayan.
pada tipe terumbu terbuka (exposed), yang
Dari keseluruhan site dapat disimpulkan
artinya bahwa sirkulasi air laut pada tempat
bahwa daerah terumbu terbuka (exposed) lebih
tersebut cenderung baik yang memungkinkan
baik daripada daerah terumbu tertutup (shelter).
banyaknya suplai nutrien. Pada tutupan karang
Selain dari kedua kondisi tersebut disimpulkan
juga daerah utara memiliki tutupan karang yang
Banded coral shrimp 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
lebih baik dari selatan, hal ini disebabkan karena Diadema urchin 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 3,00 0,33 1,67
Pencil urchin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
adanya aktivitas nelayan yang menggunakan Collector urchin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sea cucumber 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 3,00 0,00
bom Crown-of-thorns 0,00 0,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Triton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Lobster 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
clam 0,33 0,67 0,67 0,67 0,00 0,00 0,33 0,33

Banded coral shrimp 3,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Diadema urchin 6,67 9,00 5,67 0,67 2,00 2,00 50,67 1,67
Pencil urchin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tabel 1. Penutupan karang keras di 3 pulau Collector urchin 2,33 2,67 0,00 0,00 1,67 0,00 0,67 0,00
Sea cucumber 0,00 0,00 0,67 0,00 2,67 1,00 2,33 0,00
Keanekaragaman karang lunak dan biota Crown-of-thorns 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00
Triton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
bentik lainnya merupakan salah satu indikator Lobster 0,00 0,00 0,00 0,67 0,00 0,00 1,67 1,00
clam 0,33 0,00 0,67 0,67 0,00 0,67 0,33 0,33
kesehatan karang. Namun demikian, terlalu
mendominasinya kategori ini bisa jadi indikator
Tabel 2. Tabel kemunculan Invertebrata di
yang kurang bagus. karena karang lunak dan
semua site
biota bentik lain bisa menjadi kompetitor
Dari 16 site yang di monitoring kelimpahan
pertumbuhan karang keras hidup. Lokasi dengan
invertebrate terbanyak adalah di site Padar
tutupan karang lunak dan biota bentik lainnya
Selatan dimana terjadi blooming bulu babi
yang terlalu tinggi biasanya menjadi indikasi
(Diadema urchin) yang berjumlah 50,67 per-
degradasi atau suatu lokasi sedang mengalami
transek. Diadema urchin menjadi indicator
pemulihan.
tercemarnya suatu perairan diduga disebabkan
Secara keseluruhan dari monitoring 16
oleh aktivitas manusia baik secara kimia maupun
site, site padar kecil di dominasi oleh
fisis, seperti pembuangan sampah sembarangan.
pertumbuhan karang lunak (soft coral) yaitu 60%.
Pengaruhnya dapat dilihat pada rendahnya
Dapat di simpulkan disini bahwa site padar kecil
presentase tutupan karang hidup (hard coral life)
merupakan site yang paling besar melakukan
di Padar Selatan yang dikategorikan buruk
pemulihan lokasi. Apabila hal ini terus terjadi
(2,33%). Selain itu lobster dan sea cucumber juga
maka pertumbuhan karang keras akan kalah
ditemukan lumayan banyak di Padar selatan,
berkompetisi dan site padar kecil akan di
dengan jumlah masing – masing 2,33 dan 1,67
dominasi oleh pertumbuhan karang lunak
per-transek, merupakan indikasi yang bagus
sehingga kelimpahan ikan di site tersebut akan
untuk pemulihan terumbu.
kecil karena tidak ada tempat pelindungan untuk
Dari 16 site monitoring, dengan indeks
ikan.
kerusakan terparah dinilai dengan angka 3,
Berbeda dengan site yang sudah di
impact yang paling parah terdapat di pulau
dominasi oleh pertumbuhan karang keras yaitu
Kambing dengan tingkat kerusakan karang akibat
batu bolong, dengan pertumbuhan karang keras
jangkar (1,33), akibat penggunaan pukat yang
72,50% dengan banyaknya pertumbuhan karang
merusak (2,33), juga ditemukan sampah general
keras maka banyak pula tempat perlindungan
disekitar site (2), jaring nelayan (0,33), dan
bagi ikan karang.
ditemukan juga coral disease (0,67). Akibat
impact yang parah ini menyebabkan tutupan
karang hidup di pulau Kambing menjadi rendah
(4,67%). Meskipun begitu, dengan keberadaan
makroalgae yang melimpah menyebabkan
banyak ditemukan ikan herbivore 277,33
biomass/ha (kg).

Coral damage: Boat/Anchor 0,00 0,00 2,00 0,67 0,00 0,00 1,33 0,00
Coral damage: Dynamite 0,00 2,00 0,33 2,00 0,00 1,67 1,00 1,67
Coral damage: Other 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 1,33 0,00
Trash: Fish nets 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Gambar 5. Grafik suhu
Trash: General 0,67 1,67 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00
Bleaching (% of coral population) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Bleaching (% of colony) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00 1,00 0,00 Data suhu yang di ambil diambil di 16 site
Coral Disease (% of coral affected if yes) 0,00 0,33 2,00 2,00 0,00 2,00 0,00 2,33
monitoring yang memiliki tingkat suhu tertinggi di
Coral damage: Boat/Anchor 0,33 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 1,33
Coral damage: Dynamite 2,33 2,00 0,67 1,67 2,00 0,67 1,00 0,00
tatawa besar dan range suhu pada saat
Coral damage: Other 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 2,33
Trash: Fish nets 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00 0,33
monitoring dilakukan berkisar 28 – 32 ˚C range
Trash: General 0,00 0,00 1,00 0,33 0,00 0,33 0,00 2,00
Bleaching (% of coral population) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
suhu di taman nasional komodo ini masih bisa di
Bleaching (% of colony) 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33 0,00
Coral Disease (% of coral affected if yes) 1,67 0,00 0,50 0,00 0,67 1,67 0,00 0,67
toleransi.

Tabel 3. Dampak kerusakan di setiap site Suharsono (1998) mengemukaan bahwa


kisaran suhu yang masih dapat ditoleransi oleh

Untuk indeks impact yang paling rendah karang berkisar antara 26–34° C. Nontji (1987)

terdapat di Batu Bolong yaitu hanya mengalami menjelaskan bahwa pertumbuhan karang akan

bleaching (0,33). Dengan sehatnya terumbu mencapai puncaknya pada rentang suhu antara
karang, di Batu Bolong dapat ditemukan hewan – 25–30° C, namun pada keadaan ekstrem
hewan yang jarang terlihat seperti penyu yang tertentu, dapat ditoleransi sampai kisaran suhu

berukuran sekitar 1,2 meter sedang mencari 36° C walau harus dalam waktu yang singkat

makan di sela – sela terumbu. saja

Gambar 4. Diagram batang Kecepatan


Arus
Gambar 6. Grafik salinitas
Dari data arus yang di ambil daerah yang
Salinitas di 16 site monitoring masih
terbuka (expose) memiliki kecenderungan lebih
dikatakan dalam kondisi baik karena range nya
kencang arus nya dibandingkan dengan daerah
masih 31.3 – 35 ppm. Salinitas di daerah terbuka
yang terlindung (shelterd) dikarenakan site
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan
monitoring tersebut berhadapan langsung dengan
dengan daerah yang tertutup. Dahuri (2003)
laut lepas, akan tetapi ditempat yang terbuka
mengemukakan bahwa banyak spesies karang
(expose) banyak ditemukan ikan pelagis seperti
peka terhadap perubahan salinitas yang besar.
Giant Travelly, Blue Fin Travelly, Napoleon,dsb
Umumnya terumbu karang tumbuh dengan baik
yang diduga memiliki banyak makanan dan
di sekitar wilayah pesisir pada salinitas 30–35‰.).
tempat yang cocok untuk habitatnya.
Gambar 8. Grafik total kelimpahan dan biomassa
Gambar 7. Grafik Kecerahan
ikan ekonomis
Perbedaan fluktuasi kecerahan pada stasiun
Jumlah biomassa dan kelimpahan ikan
penelitian dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
ekonomis paling tinggi adalah pada site
lain bahan terlarut yang berwarna (misalnya yang
Bongkahan batu sebanyak 745,6740821
dikenal yellow substance benda-benda yang
Biomass/ha (kg) dan kelimpahannya
tersuspensi seperti lumpur zooplankton dan
2331,136364 Density/ha dan yang paling rendah
hanyutan dari daratan. Kecerahan perairan akan
terdapat pada site Toro Jerman sebanyak
mencapai maksimal apabila angin yang bertiup
1,687271134 Biomass/ha (kg) dan
tidak begitu kencang, kecepatan arus rendah
kelimpahannya sebanyak 1,945525292
sehingga tidakterjadi pengadukan yang
Density/ha, faktor yang mempengaruhi
menyebabkan air menjadi keruh (bonnell, 2003).
perbedaan biomassa dan kelimpahan ikan
Best et al., (1989) menyatakan bahwa perairan
ekonomis di 16 site banyak faktornya,
yang jernih sangat memengaruhi pertumbuhan
diantaranya karena adanya pengaruh kesehatan
karang karena akan berpengaruh pada
terumbu karang , komposisi kondisi substrat, dan
kemampuan Zooxanthellae melakukan proses
ketersedian sumber makanannya, meskipun
fotosintesis
prosentase karang keras hidup di Bongkahan
Sutama (1986) mengemukakan bahwa Batu sebanyak 13 %, dan dikategorikan rendah
apabila nilai kecerahan berada di bawah 10 akan tetapi komposisi substrat dan biota lainnya
meter, maka akan sangat mengganggu penetrasi OT 45,67 % yang mengindikasikan substrat
cahaya ke dalam perairan sehingga pertumbuhan lainnya mengakibatkan sumber makanan bagi
karang tidak optimum. ikan ekonomis berlimpah.

Merujuk dari yang dikemukakan oleh .Sebagian besar site memiliki jumlah ikan
sutama (1986), kondisi kecerahan di site batu ekonomis yang sedikit dan cenderung berukuran
bolong yang memiliki kecerahan diatas 10 meter kecil yang diakibatkan aktifitas penangkapan
memiliki tutupan HCL (hard coral life) paling tinggi yang merusak dan kemungkinan menjadi
dengan nilai 72,50 %. penyebab utama. Hal ini diperparah dengan
rusaknya substrat yang menjadi habitat ikan

Dari data diatas perlu diadakan kegiatan


untuk menindak lanjuti untuk melihat
kemungkinan lokasi tersebut menjadi daerah (Acanthuridae dan Siganidae) juga merupakan
pemijahan ikan. Dengan melindungi daerah- ikan target konsumsi.
daerah yang menjadi daerah pemijahan ikan
Pulau kambing merupakan site yang
memungkinkan pemulihan kondisi perikanan
memiliki tingkat biomassa ikan herbivora yang
dengan mekanisme spill over dan transport
paling tinggi sebanyak 277,3366697 Biomass/ha
larvae.
(kg) dikarenakan pada daerah ini banyak sekali
makro alga yang tumbuh disekitar daerah
terumbu karang dan untuk arus sendiri tidak
terlalu kuat karena pada daerah ini merupakan
daerah tertutup (Shelter). Sedangkan untuk
tingkat kelimpahan ikan herbivora tertinggi berada
di site Bongkahan Batu sebanyak 1145
Density/ha.

Gambar 9. Grafik total kelimpahan dan biomassa Dengan setengah lokasi terumbu karang

ikan herbivora yang diamati memiliki kelimpahan dan biomassa


ikan herbivora yang rendah, tampak bahwa
Dari 16 site yang memiliki tingkat
penangkapan ikan yang berlebih tidak hanya
kelimpahan ikan herbivora di atas rata-rata hanya
mentarget ikan ekonomis, namun juga herbivora.
3 site yaitu di site Bongkahan batu, padar selatan
Kondisi dimana herbivora yang rendah
dan pulau Kambing hal ini disebabkan
merupakan hal tidak menguntungkan bagi proses
melimpahnya asupan makanan bagi ikan
rekrutmen dan pemulihan lokasi yang mengalami
herbivora yang diperoleh dari ketersediaan makro
kerusakan karang. Herbivora berperan penting
alga yang melimpah sedangkan pada kelimpahan
dalam menyediakan substrat bagi penempelen
yang paling rendah yaitu disite toro jerman
karang baru dengan mengkonsumsi alga yang
disebabkan oleh tingkat sedimentasi yang tinggi
menutupi permukaan substrat.Herbivora juga
sehingga terumbu karang sangat sulit untuk
mengontrol pertumbuhan alga sehingga populasi
tumbuh pada daerah ini dan menyebabkan
alga tidak meningkat dan menjadi kompetitor bagi
jumlah keapadatan ikan herbivora sangat sedikit.
karang.
Sedangkan untuk ikan-ikan ekonomis lebih
dipengeruhi oleh arus yang membawa asupan Kesemipulan

nutrien lain bagi ikan-ikan tersebut. Hasil analisa data dan pengkategorian

Ikan-ikan herbivora merupakan kelompok berdasarkan keempat faktor (persentase karang

ikan fungsional karena herbivora memainkan keras hidup, persentase karang mati, dijumpai

peran yang sangat penting bagi kesehatan dan bahwa sebagian besar site berada dalam kondisi

daya pulih karang. Kehadiran ikan herbivora tutupan karang keras hidup dibawah 50 %.

membantu membersihkan substrat karang Penelitian Biomassa dan kelimpahan ikan

penempelan bagi anakan dari alga epifit. Selain ekonomis tertinggi berada di site Bongkahan Batu

itu 2 dari 3 famili jenis ikan herbivora 745,6740821 Biomass/ha (kg) dan
kelimpahannya 2331,136364 Density/ha
sedangkan untuk biomassa ikan herbivora
tertinggi berada di site Pulau Kambing Ucapan Terimakasih
277,3366697 Biomass/ha (kg) dan kelimpahan
Penelitian ini tidak akan dapat berjalan
ikan herbivora tertinggi berada di site Bongkahan
tanpa dukungan penuh dari berbagai partner.
Batu 1145 Density/ha. Biomassa dan kelimpahan
Kami menyampaikan perhargaan
ikan ekonomis tertinggi di Bongkahan Batu di
setinggitingginya kepada Balai Taman nasional
duga dipengaruhi keragaman komposisi substrat
Komodo, Coral Triangle Center, Yayasan
karena spesies yang berlimpah adalah Lutjanus
Reefcheck Indonesia, WWF Indonesia, Dinas
Kasmira yang termasuk kelompok omnivora
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah,
sehingga makananya berlimpah, sedangkan
Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat,
untuk biomassa dan kelimpahan ikan herbivora
Divemag, Dive indonesia.
tertinggi di duga pengaruh melimpahnya alga
yang merupakan makanan ikan herbivor.

PUSTAKA

Anton W, Purwanto, Gede R Wiadnyana, Barmawi, Peter J Mous.2006. Monitoring Kesehatan Karang
Taman Nasional Wakatobi. Versi 2.0.TNC-WWF Program Bersama Wakatobi.

Clark, S. &Edwards, A.J. 1999.An evaluation of artificial reef structures as tools for marine rehabilitation in
the Maldives.Aquatic Conservation: Marine Freshwater Ecosystems, 9 : 5-21 Harrington, L., Fabricius, K.,
De’ath, G., Negri, A.P., 2004. Recognition and selection of settlement substrata determine post-settlement
survival in corals. Ecology 85, 3428–3437.

Hayward DC, Hetherington S, Behm CA, Grasso LC, Forêt S, et al. 2011 Differential Gene Expression
at Coral Settlement and Metamorphosis - A Subtractive Hybridization Study. PLoS ONE 6(10): e26411.
doi:10.1371/journal.pone.0026411

Khaifin & Prabuning, D. 2012. Laporan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang Flores Timur.

Kulbicki.M & Guillemot.N. 2005. A General Approach to Llength-Weight Relationship for New Caledonian
Lagoon Fishes. Cybium, 29(3): 235-252

Obura David, Marshall Paul, Setiasih Naneng, Grimsditch Gabriel. 2008. Draft Manual IUCN CCCR
Resilience assessment methodology: Resilience Assessment of coral reefs. IUCN – Climate Change and
Coral Reefs.

Wilson J.R & Green.A.2009. Metode Pemantauan Biologi untuk Menilai Kesehatan Terumbu Karang dan
Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia (terjemahan).Versi 1.0. Laporan TNC
Indonesia Marine Program No1/09. 46 hal

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai