Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Nia Sari 18401241050
Ahmad Muflih 18401241055
Firdha Nissa Azhari 18401244006
Cici Frisiliawati 18401244008
Ayu Listia Ningrum 18401244022
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mengenai hak pakai atas tanah?
2. Apa saja subjek hak pakai atas tanah?
3. Bagaimana asal hak pakai atas tanah?
4. Bagaimana analisis kasus Sengketa Hak Pakai?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai hak pakai atas tanah
2. Untuk mengetahi subjek hak pakai atas tanah
3. Untuk mengetahui asal hak pakai atas tanah
4. Untuk mengetahui analisis kasus Sengketa Hak Pakai
BAB II
PEMBAHASAN
Pemberian Hak Pakai atas tanah terhadap pemegang Hak Pakai tidak
sama dengan pemberian hak atas tanah bagi Hak Guna Usaha dan Hak Guna
Bangunan. Pemberian Hak Pakai atas tanah memiliki ciri tersendiri yang tidak
akan dijumpai pada hak-hak selain Hak Pakai tersebut. Hal ini sesuai Pasal 39
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 diatur mengenai subjek yang
dapat mempunyai Hak Pakai atas tanah yaitu:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Badan hokum yang didirikan menurut hokum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
3. Departemen, Lembaga Pemerintah non-Departemen dan Pemerintah
Daerah.
4. Badan-badan keagamaan dan sosial.
5. Orang-orang asing yang berkedudukan di Indonesia.
6. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
7. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan Internasional.
Subjek hukum ini dapat diklasifikasi menjadi empat golongan, yaitu :
Sejalan dengan pemberian kepada orang atau badan hukum yang dapat
menguasai tanah dengan Hak Pakai, adalah apabila pemegang Hak Pakai tidak
lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur dala Pasal 39 ayat 1 di atas, wajib
dalam satu tahun pemegang hak melepaskan atau mengalihkan hak itu pada
pihak lain yang memenuhi syarat Pasal 40 (ayat 1). Oleh karena itu, apabila
satu tahun Hak Pakai itu tidak dilepaskan atau dialihkan, hak tersebut hapus
karena hukum dengan ketentuan hak-hak pihak lain yang terkait di atas tanah
tersebut tetap diperhatikan (Pasal 48 ayat 2).
1. Tanah negara.
2. Tanah Hak Pengelolaan.
3. Tanah Hak Milik Pasal 41 ayat (1).
Sementara itu, bagi Hak Pakai atas tanah Milik terjadi dengan
pemberian tanah oleh pemegang Hak Milik yang dibuat oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah. Pemberian Hak Pakai tanah Milik wajib didaftarkan dalam buku
tanah pada Kantor Pertanahan. Oleh karena itu, Hak Pakai atas tanah Hak Milik
mengikat pihak ketiga sejak saat pendaftarannya di Kantor Pertanahan. Tata
cara pemberian dan pendaftaran Hak Pakai atas tanah Hak Milik diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Presiden (Pasal 43 ayat (1, 2, dan 3).
Hak pakai atas tanah negara dan hak pakai atas tanah hak pengelolaan
diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanah tersebut digunakan
untuk keperluan tertentu. Hak Pakai yang diberikan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan selama dipergunakan untuk keperluan tertentu diberikan
kepada:
1. Departemen, lembaga pemerintah non departemen dan pemerintah daerah.
2. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional
3. Badan keagamaan dan badan social.
Berdasarkan Pasal 45 ayat (1) tahun 1996 PP 40 tentang jangka waktu bagi
hak pakai atas tanah Negara adalah 25 (dua puluh lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Setelah jangka waktu
hak pakai atau perpanjangannya berakhir maka dapat diberikan pembaharuan
hak pakai atas tanah yang sama. Adapun syarat perpanjangan atau
pembaharuan hak pakai atas tanah negara dan hak pakai atas tanah hak
pengelolaan menurut Pasal 46 PP 40 tahun 1996 adalah sebagai berikut:
Selain itu, PP 40 tahun 1996 mengatur jangka waktu yang berbeda untuk
Hak Pakai atas rumah yang dibangun berdasarkan perjanjian dengan
pemegang Hak Milik, jangka waktu perjanjian tersebut tidak boleh lebih dari
25 (dua puluh lima) tahun perjanjian tersebut dapat diperpanjang selama 25
(dua puluh lima) tahun. Perpanjangan selama 25 (dua puluh lima) tahun harus
dibuat dalam perjanjian terpisah antara orang asing dan pemegang hak milik.
A. Kesimpulan
Dalam UUPA Pasal 41 ayat (1), hak pakai didefinisikan sebagai: Hak
untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,
yang bukan perjanjian sewa-untuk bangunan yang dimiliki oleh pemegang hak
sewa tidak diperbolehkan untuk dialihkan kepada pihak lain tanpa izin dari
pemilik tanah.
Grashinta, Dyah Ayu. (2010). “Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik Sebagai
Alternatif Bagi Warga Negara Asing Untuk Memiliki Rumah Tinggal Di
Indonesia Dalam Menunjang Kepentingan Investasi”. Skripsi. Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia.Nurjanah, Siti;
Wahyudi, Bambang dan Purwanto. 2019. Resolusi Konflik Lahan PT kereta Api
Indonesia (Persero) dengan Warga RW 12 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan
dalam Perebutan Lahan di Wilayah Daerah Operasi 1 Jakarta. Bogor: Universitas
Pertahanan.