OLEH :
C1118012/VA.KEPERAWATAN
2021
1. KONSEP DASAR PEYAKIT
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).
Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau manarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam
berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Menurut Dalami,dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
Jadi, dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial
merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam
berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
B. Etiologi
Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak-percayaan
individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang
lain, merasa tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak
seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri,
lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,
2011). Beberapa penyebab isolasi sosial, menurut Stuart (2007):
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respons sosial madaptif. Beberapa orang percaya bahwa
individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua.Norma keluarga mungkin tidak
mendukung hubungan dengan pihak luar keluarga.Pesan keluarga
seringkali tidak jelas.
b. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini akibat dari transiensi norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan
penderita penyakit ironis, isolasi bisa terjadi karena mengadopsi horma,
perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
c. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladatif.
Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotranmitter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.
2. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor pretisipasi isolasi sosial , menurut Direja (2011)meliputi:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor, sosial budaya, yaitu stres yang di
tinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk mengatasinya.
Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna.
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Tidak mengikuti kegiatan..
3) Banyak berdiam diri di kamar.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
7) Kurang spontan.
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9) Ekpresi wajah kurang berseri.
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11) Mengisolasi diri.
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu.
14) Retensi urine dan feses.
15) Aktifitas menurun.
16) Kurang enenrgi (tenaga).
17) Rendah diri.
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi
tidur).
E. Pohon masah
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Alasan Masuk
3. Keluhan Utama
4. Faktor Prediposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
b. Riwayat Pengobatan
c. Riwayat Penganiayaan
d. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
5. Pemeriksaan Fisik
6. Psikososial
7. Status Mental
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Gangguan Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial: TUM: Klien dapat Setelah dilakukan interaksi selama 1. Bina hubungan saling percaya
Menarik Diri berinteraksi dengan ...x... klien menunjukkan tanda - dengan:
orang lain. tanda percaya kepada/terhadap a. Beri salam setiap interaksi.
TUK: perawat: b. Perkenalkan nama, nama
1. Klien dapat 1. Wajah cerah, tersenyum panggilan perawat dan tujuan
membina 2. Mau berkenalan perawat berkenalan.
hubungan saling 3. Ada kontak mata c. Tanyakan dan panggil nama
percaya. 4. Bersedia menceritakan kesukaan klien.
perasaan. d. Tunjukkan sikap jujur dan
5. Bersedia mengungkapkan menepati janji setiap kali
masalahnya. berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas.
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
2. Klien mampu Setelah dilakukan interaksi selama 1. Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan ...x... klien dapat menyebutkan a. Orang yang tinggal serumah/
penyebab minimal satu penyebab menarik teman sekamar klien.
menarik diri diri dari: b. Orang yang paling dekat
1. Diri sendiri dengan klien dirumah atau di
2. Orang lain ruang perawatan.
3. Lingkungan c. Apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut.
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah atau di
ruang perawatan.
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain.
2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain.
3. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien mampu Setelah dilakukan interaksi selama 1. Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan ...x... dengan klien dapat a. Manfaat hubungan sosial
keuntungan menyebutkan keuntungan b. Kerugian menarik diri
berhubungan berhubungan sosial, misalnya: 2. Diskusikan bersama klien tentang
sosial dan a. Banyak teman manfaat berhubungan sosial dan
krerugian b. Tidak kesepian kerugian menarik diri
menarik diri. c. Bisa diskusi 3. Beri pujian terhadap kemampuan
d. Saling menolong. klien mengungkapkan
Dan kerugian menarik diri perasaanya.
misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisa diskusi
4. Klien dapat Setelah dilakukan interaksi selama 1. Observasi perilaku klien saat
melaksanakan ...x... klien dapat melaksanakan berhubungan sosial
hubungan sosial hubungan sosial secara bertahap 2. Beri motivasi dan bantu klien
secara bertahap dengan: untuk berkenalan atau
1. Perawat berkomunikasi dengan:
2. Perawat lain a. Perawat lain
3. Klien lain b. Klien lain
4. Kelompok c. Kelompok
3. Libatkan klien dalam Terapi
aktivitas kelompok sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.
5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
6. Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang
dilaksanakan.
4. Klien mampu Setelah dilakukan interaksi selama 1. Diskusikan dengan klien tentang
menjelaskan ...x... klien dapat menjelaskan perasaanya setelah berhubungan
perasaannya perasaanya setelah berhubungan sosial dengan:
setelah sosial dengan: a. Orang lain
berhubungan 1. Orang lain b. Kelompok
sosial. 2. Kelompok 2. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya.
SP 3 1. Mengevaluasi
jadwal kegitan
harian pasien.
2. Memberikan
kesempatan pada
klien berkenalan.
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
SP 4 1. Mengevaluasi
jadwal kegitan
harian pasien.
2. Memberikan
kesempatan pada
klien berkenalan.
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
D. EVALUASI
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
TIM.
Dermawan D Dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Direja, A. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: nuha
medika.
Keliat, B. A. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.
Riyardi S dan Purwanto T. (2013). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA
ILMU.
Stuart, Gail.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi V. Jakarta: EGC.