Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH BERDAYA

PADA TANGGAL 01 s/d 07 FEBRUARI 2021

OLEH :

NI PUTU KARISMA DEVI

C1118012/VA.KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2021
1. KONSEP DASAR PEYAKIT
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).
Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau manarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam
berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Menurut Dalami,dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
Jadi, dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial
merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam
berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

B. Etiologi
Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak-percayaan
individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang
lain, merasa tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak
seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri,
lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,
2011). Beberapa penyebab isolasi sosial, menurut Stuart (2007):
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respons sosial madaptif. Beberapa orang percaya bahwa
individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua.Norma keluarga mungkin tidak
mendukung hubungan dengan pihak luar keluarga.Pesan keluarga
seringkali tidak jelas.
b. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini akibat dari transiensi norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan
penderita penyakit ironis, isolasi bisa terjadi karena mengadopsi horma,
perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
c. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladatif.
Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotranmitter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.
2. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor pretisipasi isolasi sosial , menurut Direja (2011)meliputi:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor, sosial budaya, yaitu stres yang di
tinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk mengatasinya.
Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

C. Proses terjadinya masalah ( respon adaptif dan maladaptif )

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara


yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan
Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:
a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu
menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
member,dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling Ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama
dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon
maladaptive tersebut adalah:
a. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang
lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari
orang lain.
d. Isolasi Sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

D. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna.
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Tidak mengikuti kegiatan..
3) Banyak berdiam diri di kamar.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
7) Kurang spontan.
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9) Ekpresi wajah kurang berseri.
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11) Mengisolasi diri.
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu.
14) Retensi urine dan feses.
15) Aktifitas menurun.
16) Kurang enenrgi (tenaga).
17) Rendah diri.
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi
tidur).

E. Pohon masah

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah

F. Penatalaksanaan ( terapi psikofarmaka dan terapi keperawatan )


1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat
mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-
masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
1. Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
2. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu
semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan
dengan BAB dan BAK.
3. Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
4. Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian
5. Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
6. Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7. Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti
dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak
merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
8. Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku
pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan
gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini
yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1. Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan
sebagainya.
2. Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur
sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada
kesulitan dan sebagainya.
3. Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling
menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
4. Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih
dari dua orang).
5. Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah
sakit.
6. Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan
petugas maupun orang lain.
7. Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien
yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori
lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak
membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Alasan Masuk
3. Keluhan Utama
4. Faktor Prediposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
b. Riwayat Pengobatan
c. Riwayat Penganiayaan
d. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
5. Pemeriksaan Fisik
6. Psikososial
7. Status Mental
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Gangguan Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
C. Rencana Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial: TUM: Klien dapat Setelah dilakukan interaksi selama 1. Bina hubungan saling percaya
Menarik Diri berinteraksi dengan ...x... klien menunjukkan tanda - dengan:
orang lain. tanda percaya kepada/terhadap a. Beri salam setiap interaksi.
TUK: perawat: b. Perkenalkan nama, nama
1. Klien dapat 1. Wajah cerah, tersenyum panggilan perawat dan tujuan
membina 2. Mau berkenalan perawat berkenalan.
hubungan saling 3. Ada kontak mata c. Tanyakan dan panggil nama
percaya. 4. Bersedia menceritakan kesukaan klien.
perasaan. d. Tunjukkan sikap jujur dan
5. Bersedia mengungkapkan menepati janji setiap kali
masalahnya. berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas.
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
2. Klien mampu Setelah dilakukan interaksi selama 1. Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan ...x... klien dapat menyebutkan a. Orang yang tinggal serumah/
penyebab minimal satu penyebab menarik teman sekamar klien.
menarik diri diri dari: b. Orang yang paling dekat
1. Diri sendiri dengan klien dirumah atau di
2. Orang lain ruang perawatan.
3. Lingkungan c. Apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut.
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah atau di
ruang perawatan.
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain.
2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain.
3. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien mampu Setelah dilakukan interaksi selama 1. Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan ...x... dengan klien dapat a. Manfaat hubungan sosial
keuntungan menyebutkan keuntungan b. Kerugian menarik diri
berhubungan berhubungan sosial, misalnya: 2. Diskusikan bersama klien tentang
sosial dan a. Banyak teman manfaat berhubungan sosial dan
krerugian b. Tidak kesepian kerugian menarik diri
menarik diri. c. Bisa diskusi 3. Beri pujian terhadap kemampuan
d. Saling menolong. klien mengungkapkan
Dan kerugian menarik diri perasaanya.
misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisa diskusi
4. Klien dapat Setelah dilakukan interaksi selama 1. Observasi perilaku klien saat
melaksanakan ...x... klien dapat melaksanakan berhubungan sosial
hubungan sosial hubungan sosial secara bertahap 2. Beri motivasi dan bantu klien
secara bertahap dengan: untuk berkenalan atau
1. Perawat berkomunikasi dengan:
2. Perawat lain a. Perawat lain
3. Klien lain b. Klien lain
4. Kelompok c. Kelompok
3. Libatkan klien dalam Terapi
aktivitas kelompok sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.
5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
6. Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang
dilaksanakan.
4. Klien mampu Setelah dilakukan interaksi selama 1. Diskusikan dengan klien tentang
menjelaskan ...x... klien dapat menjelaskan perasaanya setelah berhubungan
perasaannya perasaanya setelah berhubungan sosial dengan:
setelah sosial dengan: a. Orang lain
berhubungan 1. Orang lain b. Kelompok
sosial. 2. Kelompok 2. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya.

6. Klien mendapat Setelah dilakukan pertemuan 1. Diskusikan pentingnya peran


dukungan selama ...x... keluarga dapat serta keluarga sebagai
keluarga dalam menjelaskan tentang: poendukung untuk mengatasi
memperluas 1. Pengertian menarik diri perilaku menarik diri
hubungan sosial. 2. Tanda dan gejal menarik diri 2. Diskusikan potensi keluarga
3. Penyebab dan akibat menarik untuk membantu klien mengatasi
diri perilaku menarik diri.
3. Jelaskan pada keluarga tentang:
4. Cara merawat klien menarik a. Pengertian menarik diri
diri. b. Tanda dan gejala menarik diri
Setelah dilakukan pertemuan c. Penyebab dan akibat menarik
selama ...x... keluarga dapt diri
mempraktekkan cara merawat d. Cara merawat klien menarik
klien kenarik diri diri
4. Latih keluarga cara merawat klien
menarik diri
5. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan.
6. Beri motivasi keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi.
7. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit.
7. Klien dapat Setelah dilakukan interaksi selama 1. Diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan ...x... klien menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak
obat dengan baik. 1. Manfaat minum obat. minum obat, nama, warna,
2. Kerugian tidak minum obat. dosis, cara, efek terapi, dan efek
3. Nama, warna, dosis, efek samping penggunaan obat.
samping dan efek terapi obat. 2. Pantau klien saat penggunaan
4. Mendemonstrasikan obat
penggunaan obat dengan benar. 3. Beri pujian jika klien
5. Klien menyebutkan akibat menggunakan obat dengan
berhenti minum obat tanpa benar.
konsultasi dokter. 4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
5. Anjurkan klien untuk konsultasi
kepada dokter/ perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
STRATEGI PELAKSANAAN

Diagnosa Kemampuan Merawat


Strategi Pelaksanaan
Keperawatan Pasien
Isolasi Sosial SP 1 1. Membina hubungan
saling percaya.
2. Mengidentifikasi
penyebab isolasi
sosial pasien.
3. Berdiskusi dengan
pasien tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain.
4. Berdiskusi dengan
pasien tentang
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien
cara berkenalan
dengan satu orang
6. Menganjurkan
pasien memasukkan
kegiatan latihan
berbincang-bincang
dengan orang lain
dalam kegiatan
harian.
SP 2 1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Memberikan
kesempatan kepada
pasien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan
satu orang.
3. Membenatu pasien
memasukkan
kegiatan berbincang-
bincang dengan
orang lain sebagai
salah satu kegiatan
harian.

SP 3 1. Mengevaluasi
jadwal kegitan
harian pasien.
2. Memberikan
kesempatan pada
klien berkenalan.
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
SP 4 1. Mengevaluasi
jadwal kegitan
harian pasien.
2. Memberikan
kesempatan pada
klien berkenalan.
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.

D. EVALUASI

Setelah dilakukannya tinndakan keperawatan, Segera di lakukan evaluasi


keperawatan yaitu evaluasi terhadap maslah isolasi sosial dan ecaluasi dari semua
tindakan yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
TIM.
Dermawan D Dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Direja, A. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: nuha
medika.
Keliat, B. A. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.
Riyardi S dan Purwanto T. (2013). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA
ILMU.
Stuart, Gail.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi V. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai