KATA PENGANTAR
Puji syukur keahdirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia –
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Lokasi Taman Lansia
di Kecamatan Gubeng” sebagai tugas besar dari mata kuliah Analisis Lokasi dan
Keruangan. Laporan ini berisi deskripsi terkait analisis lokasi pada taman lansia di
Kecamatan Gubeng.
Penulis berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penyusunan dan penyelesaian laporan ini dan terimakasih yang sebesar – besarnya
kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan
Riswan Septriayadi Sianturi S.Si., MM., M.Sc., Ph.D. dan Vely Kukinul Siswanto ST.,
MT., M.Sc. yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Demikian laporan Analisis Lokasi dan Keruangan ini yang kiranya masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan masukan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................5
DAFTAR TABEL......................................................................................................................6
BAB I.........................................................................................................................................7
PENDAHULUAN......................................................................................................................7
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................8
1.3 Tujuan..........................................................................................................................8
1.4 Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................................8
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................................................9
BAB II......................................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................10
2.1 Kriteria Lokasi Taman untuk Masyarakat Lansia.....................................................10
2.2 Standar Taman Menurut SNI-03-6981-2004.............................................................17
2.3 Teori Central Place...................................................................................................18
2.4 Metodologi Penelitian...............................................................................................19
BAB III.....................................................................................................................................20
GAMBARAN UMUM.............................................................................................................20
3.1 Gambaran Umum Wilayah........................................................................................20
3.1.1 Batas Wilayah dan Administrasi Kecamatan Gubeng.......................................20
3.1.2 Gambaran Umum Wilayah Studi.......................................................................22
3.1.3 Fungsi dan Skala Pelayanan...............................................................................23
BAB IV....................................................................................................................................24
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................................................24
4.1 Analisis Kesesuaian Lokasi Taman Lansia Menurut Kriteria...................................24
4.2 Analisis Rekomendasi Lokasi Taman Lansia di Kecamatan Gubeng.......................32
4.3 Implikasi Teori..........................................................................................................42
BAB V......................................................................................................................................43
PENUTUP...............................................................................................................................43
5.1 Kesimpulan................................................................................................................43
5.2 Saran..........................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................44
3
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman termasuk dalam salah satu aspek yang penting dalam perkotaan. Taman disini
bisa jadi penyeimbang dari pembangunan kota yang ada. Taman adalah sebuah tempat yang
terencana dibuat oleh manusia, biasanya diluar ruangan, dibuat untuk menampilkan
keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk alami.
Dalam lingkup perkotaan, taman merupakan salah satu dari komponen RTH. Dengan
adanya peraturan pemerintah mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang terbuka hijau
adalah ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam
bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau (Trancik, 1986)1. Beberapa
manfaat yang diharapkan dari adanya taman sebagai RTH di kawasan perkotaan yaitu : (1)
sebagai sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah, (2) menumbuhkan rasa bangga
dan meningkatkan prestise daerah, (3) sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja,
dewasa dan manula, (4) memperbaiki iklim mikro, (5) meningkatkan cadangan oksigen di
perkotaan.
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta.
Sebagai kota metropolitan, Kota Surabaya berkembang dengan pesat sehingga fasilitas-
fasilitas di dalamnya juga ikut berkembang pesat, salah satunya adalah fasilitas kesehatan
atas lansia. Kota yang baik dapat mengakomodir kebutuhan penghuninya termasuk
kebutuhan masyarakat lansia, Salah satunya dalam hal taman bagi lansia sebagai sarana
aktivitas sosial. Taman lansia sangat diperlukan dalam sebuah perkotaan karena masyarakat
kalangan lansia sangat membutuhkan fasilitas ini, sebagai peningkat kualitas hidup,
kesehatan, bahkan meningkatkan tingkat produktifitas lansia (Darmojo, 1999)2.
1
Mannan. Abdul, “Penyediaan Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau (Rth) di Kawasan Kaidipang
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara”. Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI). Universitas
Ichsan Gorontalo (Februari, 2018).
2
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS, “Analisa Kriteria Pertimbangan Lokasi Taman”,
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17368-Presentation-1673460.pdf, Diakses pada tanggal 5 Mei
2020)
Di Surabaya bahkan memiliki Taman Lansia yang terletak di Kecamatan Gubeng.
Sebagai lokasi rekreasi alternatif untuk para lansia, taman ini bernuanasa segar dan indah
dengan tanaman yang beragam warna. Selain keindahan bunga dan rindangnya pohon
untuk sekadar berteduh dari matahari, Taman Lansia Surabaya memiliki fasilitas khusus
bagi para manula berupa batu refleksi yang hampir menghubungkan seluruh taman. Taman
Lansia didirikan tahun 2007, sehingga diperlukan suatu studi untuk menganalisis faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan lokasi taman ini. Sehingga bisa diketahui
apakah lokasi yang dipilih memenuhi kriteria faktor lokasi yang sesuai dengan standard dan
teori yang relevan , sehingga diharapkan dapat membantu menjawab dalam penentuan
lokasi Taman yang tepat.
1. Apakah lokasi Taman Lansia di Kecamatan Gubeng saat ini sudah sesuai dan
memenuhi kriteria?
2. Dimana lokasi penempatan Taman Lansia di Kecamatan Gubeng yang memenuhi
kriteria?
3. Bagaimana peran teori lokasi central place dalam penentuan lokasi Taman Lansia di
Kecamatan Gubeng?
1.3 Tujuan
Menjawab tida rumusan masalah, maka terdapat tiga tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian analisis lokasi Taman Lansia di Kecamatan Gubeng ini, diantaranya adalah :
Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkup serta sistematika penulisan
Bab III Gambaran Umum Wilayah Studi, merupakan bab yang menjabarkan
gambaran umum wilayah studi Taman Lansia.
Bab V Penutup, merupakan bab akhir dari makalah ini yang berisi mengenai
kesimpulan dari keseluruhan isi makalah, rekomendasi, dan implikasi teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Turel, dkk (2006), jarak tempuh ideal masyarakat lansia menuju taman
adalah 5-10 menit berjalan kaki, yaitu sekitar 220-400 m. Namun, masyarakat lansia
muda masih mampu berjalan sejauh 800 m selama 10 menit. Sedangkan Fobker dan
Grotz (2006) menyatakan bahwa jarak tempuh berjalan kaki yang mampu ditempuh
oleh masyarakat lansia adalah 300-500 m dari permukiman penduduk.
Selain itu, jarak tempuh ini dapat bertambah dengan tersedianya kendaraan umum
yang melintas dari rumah ke tujuan, masyarakat lansia tua dapat menempuh jarak 1-2
km dengan menggunakan kendaraan umum, sedangkan masyrakat lansia muda dapat
menempuh jarak 2-5 km (Fobker dan Grotz, 2006). Francis dan Marcus (1998)
menyatakan bahwa kedekatan dengan perhentian bus, halte, dan zebracross juga
merupakan pilihan bagi masyarakat lansia. Sehingga, faktor keberadaan jalur
angkutan umum yang melewati taman, perhentian bus, halte, dan zebracross menjadi
salah satu faktor yang patut dipertimbangkan.
Masalah keamanan juga menjadi faktor dalam pemilihan lokasi taman lansia.
Ketakutan akan kriminalitas dapat mengubah dan membatasi aktivitas masyarakat
lansia apabila suatu lokasi maupun kawasan dianggap tidak aman (Bromley dkk,
2000). Maka, pemilihan lokasi yang tidak sepi dengan tingkat kriminalitas rendah
perlu dilakukan dalam menentukan taman lansia.
Selanjutnya, faktor kenyamanan juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
untuk taman lansia. Menurut Grahn, 1991; Reneman et al, 1999.;Mens en Ruimte,
1999 dalam Herzele (2002), bahwa terdapat kebutuhan yang besar oleh masyarakat
lansia untuk mendapati tempat yang tenang dan damai Maka, diperlukan luasan yang
tepat untuk menunjang kenyamanan masyarakat lansia sebagai preferensi awal
pemilihan taman.
- Aksesibilitas - siteplan
- toilet umum yang bersih
- Aksesibilitas
- Kelandaian
- Zebra cross dengan garis
yang tebal
- Vegetasi yang tinggi
- Trotoar dengan tinggi maks
15 cm
- Tingkat krimintalitas rendah
- Adanya komunitas lansia
- Adanya rute berjalan yang
nyaman
- Jarak parkir ke taman
- Adanya street furnitur
- kelandaian
Berdasarkan pustaka yang telah dijabarkan, maka dapat dikaji kriteria apa saja yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi taman lansia menjadi empat poin
utama seperti tertera pada table dibawah ini :
Dari table aspek-aspek terkait, dapat dimampatkan lagi sehingga didapatkan table analisis
karakteristik taman guna menilai penentuan lokasi taman lansia.
Teori Central Place diperkenalkan pertama kali pada tahun 1933 oleh seorang
geographer Walter Christaller, yang menjelaskan distribusi spasial kota dalam suatu
ruang. Teori Central Place menggunakan konsep dasar threshold dan range. Dalam
memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa,
seperti makanan, minuman, pelayanan kesehatan, taman, dll. Untuk memperoleh
kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak
tempuh tersebut disebut range. Di sisi lain, pihak penyedia pelayanan jasa ingin
memperoleh keuntungan yang maksimal. Maka mereka harus memilih lokasi yang
strategis, yaitu sebuah pusat pelayanan kebutuhan penduduk dengan jumlah
partisipasi yang maksimum. Maka mereka mempertimbangkan threshold (jumlah
minimal penduduk berpartisipasi).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait teori Christaller adalah teori tersebut
berdasar pada sebuah asumsi dimana model tersebut tidak dapawt diterapkan pada
situasi yang realistis. Asumsi yang digunakan adalah:
1. Permukaan bumi datar, tak terbatas, dan memiliki sumber daya yang
homogen dimana tersebar secara merata atau dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan kondisi geografis;
2. Tidak terdapat batasan administrasi dan politis yang dapat menyimpangkan
perkembangan permukiman;
3. Tidak terdapat eksternal ekonomi yang mengganggu pasar;
4. Populasi tersebar secara merata diseluruh area dan tidak terdapat pusat
permukiman;
5. Banyak pedagang kecil menawarkan produk yang sama dan tidak ada
keragaman produk;
6. Semua pembeli memilik daya beli yang sama;
7. Biaya transportasi sama ke semua arah dan ragamnya sebanding dengan jarak;
GAMBARAN UMUM
Aksesibilitas
Keamanan
Kenyamanan
Komunitas dan Hubungan Sosial
Maka dilakukan beberapa analisis guna mengetahui kesesuaian lokasi Taman Lansia
yang terletak di Kelurahan Gubeng, berdasarkan kriteria-keriteria berikut ini :
Aksesibilitas :
a. Jalan lokal
b. Dekat dengan permukiman
c. Terdapat jalur angkutan umum/halte/zebracross
Keamanan :
a. Status tingkat kriminalitas rendah
Kenyamanan :
a. Luas taman > 1000m2
Komunitas dan hubungan sosial
a. Jumlah penduduk berusia lansia pada taman
b. Terdapat fasilitas khusus masyarakat lansia
1. Aksesibilitas
a. Jalan disekitar Taman Lansia adalah Jl. Raya Gubeng, Jl. Kalimantan dan
Jl. Biliton. Kelas fungsi jalannya masing-masing adalah:
- Jl. Raya Gubeng : Arteri Primer3
- Jl. Biliton : Kolektor
- Jl. Kalimantan : Lokal
3
Dinas PU Bina Marga Dan Pematusan Kota Surabaya, “Data Jalan Kota Surabaya”
Gambar 4 Peta Penggunaan Lahan pada Sekitar Taman Lansia
Taman
Lansia
Permukiman
c. Terdapat jalur angkutan umum yang dilalui oleh beberapa lyn yakni : lyn
F, lyn G, lyn N, lyn T1, lyn T1, lyn T2, lyn W. adapun halter
pemberhentian bus di dekat Taman Lansia yang ditunjukkan pada gambar
peta poin (a). adapun zebracross yang memfasilitasi pejalan kaki
2. Keamanan
Status keamanan dari Kecamatan Gubeng adalah sedang. Dilihat dari jumlah
banyaknya tindak kejahatan dan kriminalitas yang terjadi4:
- Jumlah kasus tindakan pencurian dan pemberatan di Kecamatan
Gubeng tergolong sedang
4
Anindita Ramadhani, “Pemetaan Wilayah Berdasakan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis
Korespondensi di Kota Surabaya”, 2017
(Sumber : Literatur Studi Pemetaan Wilayah Berdasakan Tindak Kriminalitas
Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya, 2017)
- Jumlah kasus tindakan pembunuhan di Kecamatan Gubeng tergolong
sedikit
3. Kenyamanan
Gambar 6 Taman Lansia Tampak Atas
( Sumber : olvialeorinza.blogspot.com )
Sesuai standar SNI, luas taman minimum adalah 1000m2, luas dari Taman
Lansia saat ini adalah 2000 meter persegi5.
4. Komunitas dan Hubungan Sosial
a. Jumlah penduduk berusia > 65 tahun di Kelurahan Gubeng adalah
sebanyak 453 jiwa, sedangkan keseluruhan peduduk berusia lanjut di
Kecamatan Gubeng adalah sebanyak 4506 jiwa6.
b. Tidak terdapat fasilitas penunjang komunitas lansia seperti panti jompo
atau posyandu lansia di Kelurahan Gubeng.
5
Anonim, “Pesona Taman Kota Surabaya”, https://wisataman.wordpress.com/pesonatamankotasurabaya-
tamansurabaya-tamankota-taman-kotasurabaya/taman-kota-surabaya-2/taman-surabaya-timur/ (diakses
pada 19 Mei 2020)
6
BPS Gubeng Dalam Angka, 2019
Analisis Karakter Taman Lansia
Setelah penjabaran kondisi eksisting Taman Lansia yang terletak di Kelurahan
Gubeng, maka dilakukan metode character appraisal seperti table dibawah guna
menilai kesesuaian lokasinya saat ini :
Dari analisis diatas, kriteria yang tidak terpenuhi adalah poin keamanan, dimana
Kecamatan Gubeng memiliki angka kriminalitas sedang yang dapat membahayakan
pengunjung Taman Lansia. Kemudian perihal aksesibilitas, kekurangan dari Taman
Lansia saat ini adalah jalan disekitarnya yang merupakan arteri primer dan jalan
kolektor yang cukup bising, namun dari segi penyediaan akses Taman Lansia sudah
memenuhi kriteria. Kriteria “komunitas” sudah terpenuhi, namun tidak maksimal
karena tidak adanya fasilitsa penunjang lansia sepertip anti jompo atau posyandu
lansia.
7
Anonim, “Pesona Wisata Surabaya”, https://pesonawisatasurabaya.wordpress.com/wisata-ke-taman-kota/,
(diakses pada 19 Mei 2020)
Gambar 7 Peta Tata Guna Lahan Eksisting RDTR UP. Dharmawangsa
MOJO
BARATAJAYA
Analisis ketersediaan lahan RTH pada tiap-tiap kelurahan didasarkan dengan melihat
peta eksisting untuk melihat kemungkinan pengalih fungsian lahan RTH menjadi
Taman Lansia. Berikut adalah deskripsi dari analisis ketersediaan lahan RTH di tiap-
tiap kelurahan :
a. Ketersediaan Lahan RTH Kelurahan Baratajaya
Melihat peta tata guna lahan, terdapat lahan RTH seluas 36.881m2 yang saat ini
berfungsi sebagai Taman Flora. Sehingga apabila ingin membuat Taman Lansia
di Kelurahan Baratajaya cukup dengan membagi sebagian segmen dari Taman
Flora untuk dirubah konsepnya agar dapat menunjang kebutuhan lansia.
Poin yang didapatkan dari Taman Flora satu poin melebihi Taman Lansia.
Kelebihannya adalah terdapat fasilitas penunjang lansia berupa Posyandu Lansia
Sekar Melati RW II. Sama seperti Taman Lansia di Kelurahan Gubeng, kekurangan
Taman Flora adalah pada poin aksesibilitas karena jalan disekitarnya merupakan jalan
koletor yang ramai.
RTH DI KELURAHAN MOJO
Keriteria Kategori Kondisi Standar / Kesesuaian
Kriteria Ketentuan (Poin)
Aksesibilitas Klasifikasi RTH dilalui oleh Jalan Klasifikasi V
Jalan Klanggru Lor dan Jalan jalan yang
Dharmahusada Selatan yang baik untuk
merupakan jalan lokal. kaum lansia
adalah jalan
lokal, karena
situasi
kendaraan
tidak sepadat
jalan-jalan
utama
(kolektor dan
arteri),
sehingga lebih
mudah untuk
dilewati oleh
kaum lansia
Kedekatan Lokasinya berada di tengah Taman V
dengan permukiman dharmahusada sebaiknya
Permukiman dan perdagangan jasa. dekat dengan
permukiman
untuk
mempermudah
jangkauan
kaum lansia.
Jalan Jalan Klanggrus Lor dan Taman V
Angkutan Dharmahusada selatan tidak sebaiknya
Umum, dilalui oleh angkutan umum, dilewati oleh
Halte, namun berjarak 75m dari jalur angkutan
Zebracross Jalan Dharmahusada yang umum dan
dilalui Lyn O. Tidak memiliki halte
memrlukan zebracross serta
karena lokasinya berada zebracross.
didalam permukiman dengan
hanya dikelilingi jalan lokal.
Poin yang didapatkan dari RTH Kelurahan Mojo satu poin melebihi Taman Lansia.
Kekurangan RTH Kelurahan adalah tidak terdapat komunitas atau fasilitas penunjang
lansia. Kelebihannya adalah kriteria aksesibilitas terpenuhi.
Dari kedua analisis RTH diatas, kami meyimpulkan bahwa yang lebih berpotensi
untuk menjadi lokasi taman lansia adalah Kelurahan Mojo, hal ini dikarenakan jumlah
penduduk berusia lansia di Kelurahan Mojo lebih besar dari pada Kelurahan
Baratajaya meskipun poin yang didapatkan bernilai sama.
4.3 Implikasi Teori
Teori yang relevan dalam penentuan lokasi Taman Lansia yaitu teori central place
oleh Christaller. Dalam teori Christaller disebutkan bahwa suatu lokasi dapat
melayani berbagai kebutuhan yang terletak pada suatu tempat yang disebutnya
sebagai tempat pusat. Tempat pusat yang dimaksud merupakan kelurahan dengan
fasilitas yang mendukung kegiatan lansia paling memenuhi kriteria. Dari hasil anaisis
didapatkan kelurahan dengan poin kesesuaian terhadap kriteria paling besar adalah
Kelurahan Mojo. Maka Kelurahan Mojo diprediksikan paling berpotensi menjadi
lokasi taman lansia sehingga dapat menjadi sentral dari kegiatan lansia di daerah
sekitarnya. Apabila dilakukan buffer sejauh 200m dan 2.000m, pelayanan RTH Mojo
apabila dijadikan taman lansia akan mencakup seluruh Kelurahan Mojo, sebagian
Kelurahan Airlangga dan Kertajaya.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa, lokasi Taman Lansia yang berada di Kelurahan Gubeng saat ini
dinyatakan kurang sesuai karena tidak memenuhi kriteria aksesibilitas, kemanan, dan
komunitas.
Menurut analisa rekomendasi, terdapat dua opsi lokasi untuk penempatan taman
lansia, yakni Kelurahan Mojo dan Baratajaya.
Taman Flora di Kelurahan Baratajaya memiliki kelebihan berupa adanya fasilitas
penunjang lansia berupa Posyandu Lansia Sekar Melati RW II. Namun
kekurangannya adalah fungsi jalan disekitarnya merupakan jalan koletor yang ramai.
RTH Kelurahan Mojo memiliki kelebihan berupa fungsi jalan disekitarnya yang
merupakan jalan lokal sehingga lebih bersahabat untuk lansia. Namun kekurangan
RTH Mojo adalah tidak terdapat komunitas atau fasilitas penunjang lansia.
5.2 Saran
Pemerintah kota maupun instansi di Kecamatan Gubeng harus mengupayakan
penurunan angka kriminalitas sehingga lebih menjamin keamanan masyarakat yang
berkegiatan di taman lebih terjamin khususnya lansia. Sebenarnya, penempatan taman
lansia akan lebih baik jika disetiap kelurahan ada, mengingat kemampuan dan
kemauan lansia dalam mengakses taman dengan berjalan kaki hanya sejauh 200m.
Kami memiliki saran bahwa untuk selanjutnya pembangunan taman-taman khusus
seperti taman lansia, taman pendidikan pelajar dan yang lainnya, perlu agar
memperhatikan faktor-faktor terkait dengan pengadaan taman berperuntukan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Daftar Taman Kota Surabaya Timur. Retrieved from Web Pesona Taman
Kota Surabaya: https://wisataman.wordpress.com/pesonatamankotasurabaya-
tamansurabaya-tamankota-taman-kotasurabaya/taman-kota-surabaya-2/taman-
surabaya-timur/
Anonim. (2015, September 14). Transportasi. Retrieved from Pemerintah Kota Surabaya:
https://surabaya.go.id/page/0/8263/transportasi
Badan Statistik Kota Surabaya. (2019). Kecamatan Gubeng Dalam Angka 2019. Surabaya:
Badan Statistik Kota Surabaya.
Karimah, P. A. (2017). Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan
Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya. Surabaya: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Mannan, A. (2018). Penyediaan Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kawasan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Arsitektur, Kota
dan Permukiman.
Ramadhani, A. (2015). Penataan Taman Lansia di Kota Surabaya Berdasarkan
Karakteristik Kebutuhan Masyarakat Lanjut Usia. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Institut Tekologi Sepuluh Nopember.