Anda di halaman 1dari 9

MATERI 1

Tujuan manusia sebagai makhluk tuhan

Manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna karena Allah SWT memberi manusia kemampuan
untuk berpikir dan berkehendak sendiri. Dengan kemampuan berpikir dan kehendak sendiri inilah
manusia bisa menjadi lebih baik dari malaikat, atau mungkin sebaliknya.

Tindakan Allah sebagai Tuhan yang telah memiliki semesta alam merupakan hal mutlak dan tidak
perlu persetujuan dari siapapun. Sebagai perbandingan, kita sebagai manusia terbiasa memelihara
hewan ternak, mengembangbiakkannya lalu menyembelihnya sebagai makanan tanpa merasa bersalah
sedikit pun sebab merasa berhak melakukannya. Padahal, kuasa kita pada hewan ternak itu amatlah
sedikit sebab bukan kita yang memberi dan menjamin kehidupan hewan itu tetapi semuanya dilakukan
hanya oleh Allah.

Namun, anehnya manusia kerap merasa lebih begitu spesial sehingga seolah Tuhan sekalipun harus
meminta persetujuan padahal dirinya sendiri juga seutuhnya mutlak milik Tuhan sehingga Tuhan lebih
berkehendak melakukan apapun untuk dirinya.

Maka dari itu, sangat penting bagi kita sebenarnya apa tujuan manusia diciptakan menurut agama
Islam. Dengan mempelajari hal tersebut maka kita seharusnya akan lebih tahu bagaimana Tuhan telah
menciptakan kita untuk apa dan mengapa diciptakan.

1. Sebagai pengurus (Khalifah) bagi planet bumi

Tujuan manusia diciptakan salah satunya adalah dibentuk sebagai pengurus (khalifah) di planet bumi
ini. hal tersebut telah dinyatakan dalam firman Allah :

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". (QS. Al-Baqarah: 30)

2. Untuk menyembah Allah

Tujuan manusia diciptakan juga memiliki tujuan agar manusia dapat menyembah Allah sebagai
pencipta mereka. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-
Dzariyat: 56)

Untuk lebih memberikan penjelasan tentang ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang tafsir
dari ayat tersebut.

“Sesungguhnya Aku menciptakan mereka hanyalah supaya Aku memerintah mereka menyembahku,
bukan karena Aku butuh terhadap mereka. Makna ayat itu adalah bahwa Allah menciptakan manusia
supaya menyembah Dia saja, tak menyekutukan dengan yang lain. Siapa yang taat pada Allah, maka
Allah akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Siapa yang bermaksiat pada-Nya, Allah akan
menyiksanya dengan parah.” (Ibnu Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr, VII, 425.

3. Agar manusia mengetahui maha kuasa Allah

Tujuan manusia diciptakan antara lain juga agar mengetahui bahwa seluruh bumi, tata surya, dan
isinya telah terbentuk berkat maha kuasa Allah SWT. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah
berikut ini:

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS at-Thalaq: 12)

4. Sebagai bukti kelayakan saat di Akhirat

Tujuan manusia diciptakan juga akan menjadi bukti kelayakan manusia akan ditempatkan di mana
nanti saat di akhirat. Akhirat mempunyai dua tempat yang bertolak belakang, yakni surga dan neraka.
Allah bisa saja langsung menciptakan manusia untuk seketika ditempatkan di keduanya tanpa alasan apa
pun, tetapi Allah tak melakukannya. Allah memilih membuat manusia hidup di dunia terlebih dahulu
untuk melihat sendiri amal perbuatannya sehingga layak di tempat mana. Allah telah berfirman :

“Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan bumi, agar Ia membalas orang-orang yang berbuat
buruk sebab apa yang mereka kerjakan dan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan
kebaikan.” (QS. An-Najm: 31).

Dari kemenangan dan kesabaran menghadapi berbagai kesusahan itulah kita dapat membuktikan
“kelayakan” kita untuk menjadi penghuni surga. Meskipun sebenarnya amal perbuatan manusia tak
cukup untuk menebus surga yang begitu sempurna, namun kemurahan Allah membuat kita tahu bahwa
melakukan amal kebaikan, bersyukur terhadap nikmat dan bersabar terhadap musibah adalah hal yang
dapat membuat kita mendapat balasan surga.

Itulah di antara alasan yang dinyatakan secara eksplisit dari Alquran tentang kenapa Allah menciptakan
manusia. Dari informasi itu, kita jadi tahu tujuan hidup di dunia ini untuk apa dan seharusnya kita fokus
untuk memenuhinya dan tak ada opsi lain bagi manusia.
MATERI 2

TUGAS MANUSIA TERHADAP DIRISENDIRI

Muroqobah yakni keyakinan senantiasa (hati kita)diawasi (oleh Allah), diketahui (hati kita oleh Allah)dan
diperhatikan hati kita oleh AllahMunasabah yakni proses introspeksi diri kita sendiriMujahadah yakni
upaya kerja keras untuk meraihyang kita cita-citakan

menuntut ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43)

Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatuyang bisa menimbulkan bahaya dan kesengsaraan(Q.S.
al-Tahrim: 6)Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

TUGAS MANUSIA TERHADAP ORANGLAIN

Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan(Q.S. al-Maidah: 2)Bertanggung jawab terhadap amar
ma’ruf nahimunkar (Q.S. Ali Imran: 104 dan 110)Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’:
135)Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yanglemah, termasuk di dalamnya adalah para fakir
danmiskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60, al-Nisa’: 2), orang yang cacat tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-
11)Sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain (QS. Al Kafirun ayat 6)

TUGAS MANUSIA TERHADAPLINGKUNGAN

mengkulturkan natur (membudayakan alam),yakni alam yang tersedia ini agar dibudayakan,sehingga
menghasilkan karya-karya yangbermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia.menaturkan kultur
(mengalamkan budaya),yakni budaya atau hasil karya manusia harusdisesuaikan dengan kondisi alam,
jangan sampaimerusak alam atau lingkungan hidup, agar tidakmenimbulkan malapetaka bagi manusia
dan lingkungannya

mengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya),yakni dalam berbudaya harus tetap komitmendengan


nilai-nilai Islam yang rahmatanlil-’alamin, sehingga berbudaya berartimengerahkan segala tenaga, cipta,
rasa dankarsa, serta bakat manusia untuk mencari danmenemukan kebenaran ajaran Islam
ataukebenaran ayat-ayat serta keagungan dankebesaran Ilahi.
MATERI 3

Hakikat Agama dan Komponen dalam Beragama (Hal Hakikat dilarang dan
diperintahkan)

1. Hakikat Agama
 Agama dalam kehidupan tidak brada dalam ruang hampa. Ia tidak sekadar
mengisi kekosongan batin, tapi juga memberi corak kehidupan, bahkan
menjadi acuan dalam pencarian makna hidup.
 Jika agama belum membuahkan keteguhan hati dan ketenangan batin,
berarti agama baru sebatas formalitas (kepemelukan pasif), atau bisa jadi
kepemelukan aktif tetapi belum menemukan maknanya yang hakiki,
sehingga keberagaman hanya semu, melelahkan, dan tak bermakna.
 Maka, memahami hakikat agama sangat penting, tidak sebatas kognitif
(pengetahuan) saja.
 Tidak juga sebatas pemahaman tekstual, tetapi harus menyentuh sisi
filosofis, psikologis, dan sosiologis.
 Beragama adalah fitrah manusia
“Maka hadapkanlah wajahmu denga lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptkan manusia menurut fitrah itu”.
 Umumnya orang mewariskan agama kepada keturunannya. (QS. Al-
Baqarah, 2:132-133).
 Lalu membekali mereka tuntunan hidup sejak dini, lewat pendidikan agama
dari keluarga sampai sekolah.
 Agama adalah ajaran yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui
seorang Rasul. (QS.At-Taubah 9:33).
 Ayat-ayat kitab suci (al-Qur`an), menambah keyakinan terhadap agama.
 Agama adalah pengikat antara manusia dengan Tuhan dan antara manusia
dengan manusia dalam sebuah komunitas sakral yang disebut ummah
(umat).
 Dalam Al-Qur`an, agama (al-din) memiliki berbagai makna, antara lain:
pahala, hukum, ketaatan, kecenderungan, dan tunduk. (QS. At Taubah: 29)
 Agama yang benar bersumber dari Tuhan, sementara agama batil berasal
dari selain Tuhan.
 Lalu, apakah kepatuhan terhadap agama hanya karena rasa takut akan
siksa (neraka)-Nya dan berharap balasan (surga)-Nya.
 Bagaimana jika Tuhan tidak menciptakan surga dan neraka sebagai
balasan, apakah manusia tetap patuh terhadap agama?
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi 2:

- Agama wahyu dan budaya.


Ciri-ciri Agama Wahyu (langit)
1. Tidak tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
2. Disampaikan oleh manusia pilihan Allah. Utusan itu bukan menciptakan
agama, melainkan menyampaikannya.
3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
4. Ajarannya tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah.
5. Konsep ketuhanannya monotheisme mutlak (tauhid).
6. Kebenarannya universal, berlaku bagi setiap manusia, masa, dan keadaan.

Ciri-ciri Agama Budaya (ardhi)


1. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.
2. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul).
3. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada tapi mengalami
perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
4. Ajarannya dapat berubah, sesuai perubahan akal pikiran masyarakatnya
(penganutnya).
5. Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi
adalah monotheisme nisbi.
6. Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap
manusia, masa, dan keadaan.

Agama sebagai kebenaran


 Kepercayaan melekat pada pribadi manusia, manusia tidak dapat hidup
dengan wajar tanpa kepercayaan/iman.
 Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak melepaskan diri dari faktor
kepercyaan/iman.
 Kepercayaan ditemukan dalam beragama.

2. Komponen dalam Beragama (hal yang diperintahkan dan dilarang)


A. Hal-hal yang diperintahkan:
1. Bertauhid secara murni. (al-Anbiya’ : 22)
2. Berbakti kepada kedua orang tua, menghubungkan silaturrahim dan
menghormati tetangga.
3. Berupaya memenuhi dan membantu kebutuhan sesama Muslim dan
meringankan beban mereka.
4. Memberi salam kepada setiap muslim yang kita jumpai, menghadiri
undangan, menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, berziarah
kubur, dan mendoakan sesama kaum muslimin.
5. Berlaku adil kepada orang lain.
“Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih kepada takwa…” [Al-Maa-idah:8]
6. Berikhtiar mencari rizki.
7. Berlaku amanah, menepati janji, berbaik sangka (husnuzh zhan), tidak
tergesa-gesa, dan berlomba-lomba dalam kebajikan.

B. Hal-hal yang dilarangan:


1. Syirik
2. Kekafiran, kefasikan, dan menuruti hawa nafsu.
3. Islam melarang bid’ah.
4. Riba.
5. Takabbur, dengki, ujub (bangga diri), hasad, mencela, memaki orang
lain dan menganggu tetangga.
6. Islam melarang perbuatan menggunjing (ghibah), yaitu membicarakan
keburukan orang lain dan mengadu domba (namimah).
7. Banyak berbicara yang tidak berguna, menyebarluaskan rahasia orang
lain, memperolok-olok dan menganggap remeh orang lain.
8. Mencaci maki dan memanggil dengan panggilan yang buruk.
9. Banyak tertawa.
10. Berkhianat, berbuat makar, ingkar janji.
11. Durhaka kepada kedua orang tua dan memutus hubungan silaturrahim.
12. Bertato, menggerik bulu wajah, mencukur alis, menyambung rambut
(sanggul) dan memakai pakaian yang tidak menutup aurat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Allah melaknat wanita yang bertato, wanita yang meminta ditato,
wanita yang menggerik bulu wajah, wanita yang mencukur bulu alis
matanya dan wanita yang mengikir giginyaa agar tampak cantik,
mereka telah mengubah ciptaan Allah”.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW melaknat wanita yang


menyambung rambut dan meminta disambung rambutnya.
“ada dua golongan penduduk Neraka, yang belum pernah aku lihat
keduanya, yaitu satu kaum yang memegang cemeti seperti ekor sapi
untuk mencambuk manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, ia berjalan berlenggak-lenggok dan kepalanya dicondongkan
seperti punukunta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga,
padahal sesungguhnya aroma surga dapat tercium sejauh perjalanan
begini dan begini”.
13. Minum keras dan perjudian.
“wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr (minuman
keras), berjudi, (berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan
anak panah, adalah perbuatan kejimtermasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu beruntung. Denga
minuman keras dan judi itu syaitan bermaksud hendak menimbulkan
perrmuusuhan dan kebencian diantara kamu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu
berhenti?” [Al- Maa-iddah: 90-91]
14. Promosi palsu dan dusta, curang dalam takaran dan timbangan.
15. Saling menjauhi, bermusuhan, acuh tak acuh, dan tidak bertegur sapa.
“tidak halal bagi seorang muslim untuk membiarkan saudaranya lebih
dari tiga hari, keduanya bertemu tetapi saling memalingkan muka. Dan
yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam”.
16. Islam melarang onani, zinah, homoseks, lesbian dan membunuh jiwa
yang diharamkan.
“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-
isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya
mereka (dalam hal ini) tiada tercela. Tetapi barang siapa mencai yang
dibalik (zina dan sebagainya) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas”. [Mukminun: 5-7].
17. Menyogok (menyuap) atau menerima sogokan.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menyuap
dan orang yang menerima suap”.

MATERI 4
Nilai agama dalam Profesi Keperawatan dan Sosial Masyarakat

1. Konsep Keperawatan dalam agama


Allah menurunkan Al-Qu’ran untuk menjadi pedoman hidup. Al-Qur’an diturunkan
sebagai obat dan rahmat. Selain berbicara hidup mati, dunia akhirat, islam juga
berbicara tentang kesehatan. Di masa Nabi sudah ada ilmu kesehatan/keperawatan,
tapi belum semaju sekarang. Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan keperawatan dalam
islam seperti Rufaidah binti Sa’ad Al-asalmiya, Ummu Attiyah, yang ikut membantu
Rasul mengobati kaum muslimin yang terluka. Di masa Rasulullah ilmu pengetahuan
mengalami kemajuan terutama dalam dunia keperawatan. Dalam ajaran Islam yang
beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai-nilai kesehatan seperti pentingnya
menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan makanan, cara makan minum, mencuci
tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
2. Pengertian Keperawatan
 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia.
 Menurut keislaman keperawatan adalah suatu manifestasi dari ibaah yang berbentuk
pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
3. Komponen-komponen Paradigma Keperawatan dalam Islam
Paradigma keperawatan dalam islam memiliki 4 komponen :
1) Manusia dan Kemanusiaan
Dalam al-Qur’an manusia diistilahkan dengan Al-Basyar dan An-Naas. Al-Basyar,
menggambarkan manusia dalam bentuk fisik : diciptakan dari tanah, dapat dilihat,
memakan sesuatu, mendengar, berjalan dan berusahan memenuhi kebutuhan
hidupnya. An-Naas, mengindikasi bahwa manusia adalah makhluk social. (QS. Al-Hujurat
:13).
2) Lingkungan
 Lingkungan internal
Lingkungan yang berada dalam diri manusia, manusia : genetic, struktur dan
tubuh, psikologis dan internal spiritual.
 Lingkungan eksternal
Lingkungan sekitar yang berada di luar diri manusia yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan maupun perawatan,
meliputi : lingkungan fisik, biologis, social, cultural dan spiritual.
3) Sehat dan Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek
jasmani, rohani dan social.
4) Keperawatan
Keperawatan adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan
professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari
pada keimanan, keilmuan dan amal.
4. Peran keperawatan Islam
Sebagai seorang perawat muslim berperan :
1) Mengintegrasikan nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Islam mengajarkan beberapa aspek nilai yang dapat menjadikan manusia baik di sisi
Allah Swt. Di antaranya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam ilmu keperawatan,
sehingga tercipta seorang perawat yang islami
2) Mengaplikasikan nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Setelah pengintegrasian maka perlu realisasi nilai-nilai tersebut dalam praktik
keperawatan. Misalnya ketika seorang perawat mendapti pasien muslim, dan
penyakit yang di derita tidak boleh terkena air. Maka perawat perlu mengajarkan
cara bertayammum kepada pasien, sehingga tidak meninggalkan ibadahnya.

Anda mungkin juga menyukai