Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

“SISTEM KEUANGAN MONETER INTERNASIONAL”

DOSEN PENGAMPU :
NAILAL HUSNA, SE.,M.Si

KELOMPOK 1
LARAS OKTAVIANI 1810011211134
YANA GUSTINA SARAGIH 1810011211135
ALFIN DWI SANDI 1810011211132

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah yang berjudul “SISTEM KEUANGAN MONETER INTERNASIONAL” ini dapat
kami selesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 05 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………..… i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..… 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….…. 5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Internasional. ……………………… 6


2.2 Beberapa Macam Sistem Penetapan Kurs Valas. ……………………………. 7
2.3 Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valas. …………………………. 8
2.4 Kasus dan Analisa Kasus. ……………………………………………………. 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 13
3.2 Kritik dan Saran………………………………………………………………. 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang b e r l a k u untuk


semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara
dilaksanakan.Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana
pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar.Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan
baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan inves tasi, serta mempermudah
adaptas i terhadap perubahan.

Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan


sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas
terkait dengan pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya system
moneter i n t e r n a s i o n a l , f e n o m e n a a k t u a l y a m g t e r k a i t m o n e t e r , s e r t a F a k t o r
penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean. Semenjak dimulainya
s istem standar emas hingga abad ke20, sistem moneter internasional telah
mengalami pasang surut.

Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat
itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua
negara dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi
rencana anggota Negara-negara aseanuntuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata
uang bersama yanghanya berlaku tunggal di kawasan asean. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk mengangkat tema sistem moneter internasional.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Sejarah system moneter internasional?


2. Sebutkan dan Jelaskan Macam-macam system penetapan kurs valas!
3. Jelaskan Beberapa factor yang mempengaruhi kurs valas!

1.3 TUJUAN

Setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa:

1. Mampu menjelaskan system Kurs Valuta Asing dan perkembangan system keuangan
internasional.
2. Mampu mengetahui pengertian sistem moneter internasional.
3. M a m p u m e n g e t a h u i s e j a r a h d a n p e r k e m b a n g a n s i s t e m m o n e t e r
internasional Untuk mengetahui sistem penetapan kurs
4. M a m p u m e n g e t a h u i k a s u s e k o n o m i m o n e t e r i n t e r n a s i o n a l : K a s u s
Penetapan Standar Emas dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Untuk mengetahui
hasil analisa kasus moneter internasional.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

a. Standar Emas (1876 – 1913) cara penentuan nilai suatu mata uang dengan standar emas relatif
sederhana. Nilai mata uang suatu negara akan ditentukan oleh berapa nilai uang dari setiap
satuan berat emas tertentu.

Keuntungan :

1. Stabilnya Kurs Valuta Asing Kurs yang terjadi sekitar kurs paritas artayasa : yang tingginya
tidak berubah-ubah Gerak dibatasi oleh titik eksport & Import emas. Makin tinggi biaya
transport (jauh), makih tinggi/ lebar jarak antara titik eksport dan import emas.

2. Dalam system standar emas, deficit atau surplus neraca pembayaran tidak berlarut lama,
otomatis menyusut kemudain kembali dalam keadaan seimbangan lagi.

Kelemahan :

1. Stabilitas dalam kurs valas diikuti dengan ketidakstabilan tingkat harga. Apabila terjadi aliran
emas masuk, maka tingkat harga dan kegiatan cenderung untuk naik, sebaliknya : apabila terjadi
aliran emas keluar “Gold Outflow” maka kecendrungan akan terjadi penurunannya tingkat harga
dan naiknya tingkat pengangguran.

2. Mekanisme penyeimbang kembali neraca pembayaran dalam praktek sering tidak selancar
yang diungkapkan dalam teori.

b. Kurun Waktu Antar Perang Dunia (1914 – 1944)

Sistem Standar Emas Internasional berhentiPerang Dunia I Banyak Negara memperaktekan


system pengawasan devisa.Selama perang (kurs valuta asing tidak lagi ditentukan oleh
mekanisme pasar, tetapi oleh pemerintah sendiri).

6
c. Sistem Bretton Woods (1946 – 1972) Pertemuan / persetujuan Bretton Woods (diwakili 44
negara) diselenggarakan di Bretton Woods, New Hampshire, AS. Persetujuan Bretton Woods,
membentuk 3 (tiga) lembaga : 1. Internatinal Monetary Fund (IMF) 2. International Bank For
Reconstruction And Development (IBRD) atau World Bank. 3. International Trade Organization
(ITO)

d. Sistem Kurs Mengambang/ Floating Exchange Rate (1973 – sekarang) Berlaku sejak
munculnya krisis moneter internasional, yang disebabkan oleh adanya krisis kepercayaan
terhadap dollar Amerika/USD, hal ini karena terlalu banyaknya USD beredar diluar USA,
terutama di ERopa, sehingga jaminan emas yang berada pada Bank Sentral USA tidak lagi
mencukupi. Sejak saat itu praktis system kurs tetap tidak berlaku lagi dan sebaliknya mulai
berlaku system kurs mengambang/berubah.

2.2 . BEBERAPA MACAM SISTEM PENETAPAN KURS VALAS

Berdasarkan perkembangan system moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods


System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam system penetapan kurs valas
atau forex rate, yaitu :

a. Sistem Kurs Tetap/stabil atau Fixed Exchange Rate System (Diciptakan berdasarkan
perjanjian Bretton Woods pada tahun 1944).

b. Sistem Kurs Mengambang atau Floating Exchange Rate / FER

FER terdiri dari : Clean Float / Freely Floating System (Sistem Kurs Mengambang Murni)

Dirty Float / Managed Float System (System Kurs mengambang Terkendali)

c. Sistem Kurs Terkait / Pegged Exchange Rate System

Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai
uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu.

7
2.3 . BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS VALAS

1. Perbedaan supplay dan demand foreign currency

2. Posisi Balance of Payment (BOP) BOP atau Neraca pembayaran internasional adalah suatu
catatan yang disusun secara sistematis tentang semua transaksi ekonomi internasional yang
meliputi perdagangan, keuangan, dan moneter antara penduduk suatu negara dan penduduk luar
negeri untuk suatu periode tertentu.

3. Tingkat Inflasi Meningkatnya harga-harga barang dan ditandai dengan rendahnya nilai mata
uang lokal terhadap mata uang asing.

4. Tingkat bunga Semakin tinggi tingkat bunga, import modal semakin tinggi, kurs dalam negeri
turun.

5. Tingkat Pendapatan

6. Pengawasan Pemerintah

7. Ekspektasi dan Spekulasi/Isu/Rumor

8
2.4 . KASUS DAN ANALISA KASUS:

Kasus Penetapan Standar Emas dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Dampak dari
depresiasi rupiah terhadap Dollar ini amat dahsyat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
terpuruk. Kebijakan otoritas moneter yang menerapkan kebijakan uang ketat (tigh money policy)
untuk membendung pelemahan rupiah dengan menaikkan suka bunga memaksa bunga pinjaman
naik. Akibatnya proyek-proyek terhenti dan sejumlah perusahaan-perusahaan gulung tikar.
Dampak selanjutnya adalah terjadinya PHK besar-besaran.

Harga sembako dan juga barang-barang lainnya meningkat tajam sehingga membuat rakyat
semakin menderita (Yusanto, 2001: 3). Peristiwa yang lebih mutakhir adalah krisis keuangan
yang melanda Argentina. Mata uang Argentina, Peso didevaluasi hingga lebih dari 100% dari
Dollar AS yang menjadi patokan. Salah satu alasan utama kebijakan devaluasi ini adalah
keputusan untuk menghentikan pematokan (pegging) peso terhadap Dollar AS, yang oleh IMF
dianggap tidak lagi dapat dipertahankan.

Kegagalan strategi pemerintah dan kekacauan tersebut telah mempengaruhi situasi negara-negara
AS lainnya (Fredericks, 2004: 149). Dalam kondisi moneter yang tidak stabil dan menimbulkan
penderitaan tersebut ternyata pihak spekulan menghadapi keadaan sebaliknya.

Menurut Stiglizt (199: 2003) pukulan berat yang mengakibatkan real estate dan pasar saham
Thailand mengalami gelembung (bubble) diakibatkan oleh uang spekulatif panas yang mengalir
ke negara tersebut. Dan memang pada faktanya perubahan arah modal spekulatif ini merupakan
akar pergerakan eksesif pada nilai tukar.

Menurut Stiglizt (2003: 199) salah satu sumber keuntungan para spekulan adalah uang yang
berasal dari pemerintah yang didukung oleh IMF. Sebagai contoh ketika IMF dan pemerintah
Brazil mengeluarkan sekitar 50 miliar Dollar untuk menjaga nilai tukar yang berada pada level
overvalued pada akhir 1998, uang tersebut seakan hilang ditelan angin. Namun pada faktanya
uang tersebut sebagian besar mengalir ke kantong-kantong para spekulan. Beberapa spekulan
mungkin mengalami kerugian sementara yang lain untung namun secara umum para spekulanlah
yang memperoleh seluruh uang yang diderita oleh pemerintah.

9
Bahkan menurut Stiglizt (2003: 199) IMF-lah yang menjaga agar para spekulan tersebut tetap
dapat berbisnis. Berdasarkan pemaparan di atas sangat wajar jika sejumlah kalangan mulai
mempertanyakan faktor fundamental yang menjadi pemicu berbagai krisis tersebut. Mereka
mulai mencari solusi alternatif yang dapat menstabilkan kondisi moneter dan keuangan baik
yang bersifat domistik maupun yang bersifat internasional. Salah satu negara yang memberikan
respon yang kuat dari instabilitas sektor moneter tersebut adalah Rusia. Pemerintah Rusia telah
menyadari sifat spekulatif pasar uang dan ketidakstabilan yang diakibatkan oleh penetapan
standar mata uang itu.

Pada 10 Juli 2001 The Bank of Rusia yang merupakan Bank Sentral Rusia mengedarkan mata
uang emas yang bernama Chervonet. Dengan demikian mata uang emas menjadi alat
pembayaran yang sah. Diharapkan dalam jangka pendek orang-orang Rusia bersedia mengubah
tabungan mereka dari mata uang Dollar menjadi mata uang Chervonet disamping Rubel yang
saat ini beredar.

Dalam jangka panjang Rusia juga diharapkan dapat membuat perubahan besar dalam kebijakan
keuangan internasional di tengah kegalauan banyak negara yang berusaha melepaskan diri dari
sistem keuangan dunia yang berporos pada kepentingan bangsa Anglo-AS (Frederick, 2004:
195). Bahkan pada perjanjian Mastrich bulan Februari 1992-dalam upaya untuk menciptakan
mata uang tunggal pada tahun 1999-Bank Sentral Eropa yang merupakan peleburan dari bank-
Bank Sentral negara-negara Eropa berupaya mengumpulkan 50 milyar Euro dalam bentuk emas
dari seluruh negara-negara anggota sebagai cadangannya. Demikian pula halnya pada tanggal 1
Januari 1999. Dewan Pengawas Bank Sentral Eropa telah menetapkan bahwa 15% dari cadangan
dasarnya yang mencapai 9,5 milyard Euro harus berbentuk emas (Salim, 2004).

Keinginan sejumlah ekonom dan pejabat pemerintahan untuk kembali pada standar emas (gold
standard) bukanlah tanpa alasan. Disamping dampak negatif yang telah diakibatkan oleh standar
mata uang kertas (fiat money standard), motif tersebut juga dipicu oleh bukti historis
kemampuan standar emas (gold standard) dalam menjaga stabilitas moneter selama lebih kurang
100 tahun hingga tahun 1914 ketika Perang Dunia I pecah. Pada masa tersebut standar emas
telah mampu mewujudkan kestabilan moneter domostik maupun internasional serta mampu
menciptakan perdamaian dan kesejahteraan dalam kurun waktu yang cukup panjang (Kimball,
2005). Inflasi yang menjadi masalah serius bagi otoritas moneter di rezim fiat money standard–

10
pada masa tersebut dapat berjalan secara stabil. Hal ini karena rezim tersebut memiliki rezim
moneter yang berjalan secarar otomatis yang dapat mengatur pergerakan supply money di suatu
negara serta diawasi secara disiplin oleh otoritas moneter masing-masing negara. Dengan
demikian faktor utama yang menjadi pemicu inflasi pada uang subtitusi sepenuhnya dapat
dikendalikan (Herbener, 2002). Hal ini juga diakui oleh diakui oleh Frederik Hayek (1976)
sebagaimana yang dikutip oleh Block (1999): “Secara signifikan hal tersebut hanya terjadi pada
kejayaaan sistem industri modern dan selama standar emas yang berlangsung sekitas dua ratus
tahun…pada masa itu harga-harga diakhir rezim tersebut tidak mengalami perubahan. Ia sama
sebagaimana awalnya.” (Hayek, 1976:16) “Kecuali selama dua ratus tahun ketika standar emas
diterapkan. Selain itu pemerintah sepanjang sejarah telah mengunakan kekeuatan eksklusif
mereka untuk menipu dan mencuri harta rakyat.” (Hayek, 1976: 15) Disamping itu dengan
adanya nilai tukar yang tetap antara mata uang suatu negara negara dengan negara lainnya
menjadikan arus perdagangan dan investasi tumbuh dengan pesat. Hal ini sebagaimana yang
dinyatakan oleh Grenspan (1966) yang juga dikutip oleh Block (1999) : Ketika standar emas
diterima sebagai alat pertukaran oleh sebagian besar negara, standar emas internasional yang
bebas tanpa batas telah membantu percepatan pembagian tenaga kerja (devision of labour) dan
perluasan perdagangan internasional.

Meskipun alat-alat tukar (seperti Dollar, Pound, Franch, dll) berbeda antara satu negara dengan
negara lainnya dan seluruhnya ditetapkan nilainya dengan emas, namun selama masa tersebut
tidak ada hambatan bagi perdagangan ataupun pergerakan modal (movement of capital).” Meski
demikian harus diakui bahwa kondisi demografis, ekonomi, politik dan budaya serta
perkembangan teknologi masyarakat saat ini telah mengalami perubahan yang signifikan
dibandingkan masa tersebut. Namun setidaknya terdapat beberapa faktor fundamental yang dapat
dikaji pada standar moneter tersebut dalam menciptakan stabilitas moneter dan keuangan
dibandingkan dengan standar moneter lainnya termasuk standar mata uang kertas saat ini yang di
dominasi oleh Dollar.

11
Analisis Kasus Standar Emas dan Dampaknya Terhadap Perekonomian:

Nilai emas yang relatif stabil memang mempermudah ketika emas di jadikan sebagai standar
mata uang internasional dan pembayaran internasional. Namun ganjalan yang ada selama ini
adalah mata uang AS yaitu dollar AS. AS yang mengklaim diri sebagai Negara adidaya tidak
mau jika mata uang mereka yaitu dollar digantikan oleh emas (Dinar) sebagai standar
pembayaran nasional. Hal ini agak aneh, padahal dari data yang ada diatas, tampak jelas bahwa
standar mata uang kertas banyak menimbulkan dampak negatif.

Contohnya adalah tingginya inflasi karena nilai mata uang kertas yang berfluktuatif dan dampak
positif dari emas adalah nilai emas yang tetap tinggi dan tidak berfluktuatif. Selain itu, banyak
juga yang mendaesak agar standar mata uang kembali ke emas. para pakar perekonomian dunia
memberikan saran untuk menjadikan emas sebagai standar keuangan global. Cara ini mereka
yakini sebagai jalan yang terbaik untuk memulihkan dan mengembalikan stabilitas keuangan
global.

Para pakar ini mendorong negara-negara berkembang untuk menarik diri dari perekonomian
global dan melepaskan diri dari kapitalisme pasar bebas yang di setir oleh Amerika . Pada
umumnya para ekonom sadar bahwa sejak keruntuhan sistem kurs nilai tetap), tidak ada lagi
suatu sistem moneter internasional yang stabil dan memuaskan.

Disamping melibatkan isu-isu teknis yang penting dan rumit, solusi untuk memecahkan
permasalahan tersebut terkait erat denfan persoalan politik yang sangat krusial. Isu tingkat nilai
tukar tetap (fixed exchange rate) versus tingkat nilai tukar fleksibel (flexible exchange rate) dan
kaitannya dengan masalah pengaturan system moneter internasional dianggap sebagai akar dai
masalah ini. Oleh karena itu, masa depan system moneter internasional yang stabil dan
terintegrasi akan tetap diliputi oleh banyak pertanyaan sampai masalah standar keuangan ini
terpecahkan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Internasional dimulai dengan Standar Emas
(1876 – 1913), Kurun Waktu Antar Perang Dunia (1914 – 1944) , Sistem Bretton Woods
(1946 – 1972), Sistem Kurs Mengambang/ Floating Exchange Rate (1973 – sekarang).

Beberapa macam system penetapan kurs valas atau forex rate, yaitu :
a. Sistem Kurs Tetap/stabil atau Fixed Exchange Rate System (Diciptakan berdasarkan
perjanjian Bretton Woods pada tahun 1944).
b. Sistem Kurs Mengambang atau Floating Exchange Rate / FER
FER terdiri dari :
 Clean Float / Freely Floating System (Sistem Kurs Mengambang Murni)
 Dirty Float / Managed Float System (System Kurs mengambang Terkendali)
c. Sistem Kurs Terkait / Pegged Exchange Rate System: Sistem nilai tukar ini dilakukan
dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai uang negara lain atau
sejumlah mata uang tertentu.

Faktor yang mempengaruhi Kurs Valas adalah sebagai berikut:


1. Perbedaan supplay dan demand foreign currency
2. Posisi Balance of Payment (BOP)
3. Tingkat Inflasi Meningkatnya harga-harga barang dan ditandai dengan rendahnya nilai
mata uang lokal terhadap mata uang asing.
4. Tingkat bunga Semakin tinggi tingkat bunga, import modal semakin tinggi, kurs dalam
negeri turun.
5. Tingkat Pendapatan
6. Pengawasan Pemerintah
7. Ekspektasi dan Spekulasi/Isu/Rumor

13
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik yang membangun dan saran dari pembaca sebagai
pedoman kami untuk kemajuan penulisan Makalah kami dimasa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku Manajemen Keuangan Internasional – Astried P

http://meiantiprasticaputri.blogspot.com/2016/10/moneter-kasus-penetapan-standar-emas.html

15

Anda mungkin juga menyukai