Anda di halaman 1dari 7

Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.

4 Desember 2020

ANALISIS KINERJA UNDER FREQUENCY


RELAY PADA SUBSISTEM KELISTRIKAN
BALI SAAT KONDISI ISLAND OPERATION
1 2 3
Fajar Rizky Kurniawan , I G. Dyana Arjana , Rukmi Sari Hartati
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali
1 2 3
email: fajarkurniawan3011@gmail.com , dyanaarjana@ee.unud.ac.id , rukmisari@unud.ac.id

ABSTRAK

Suatu sistem tenaga listrik akan mengalami gangguan beban lebih jika suatu
pembangkit yang sebelumnya dapat menyuplai daya ke sistem mengalami pemadaman,
sehingga menyebabkan pembangkit lainnya yang masih beroperasi harus menanggung seluruh
beban dari sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja under frequency
relay (UFR) yang telah terpasang pada sistem Bali dalam mengatasi gangguan beban lebih
yaitu berupa padamnya generator sesuai skenario yang telah dibuat. Metode yang digunakan
ialah dengan memodelkan skema pelepasan beban menggunakan UFR pada perangkat lunak
dan dijalankan sesuai dengan skenario. Skenario yang dimaksud ialah gangguan yang
menyebabkan salah satu generator atau lebih mengalami pemadaman akibat gangguan. Hasil
dari analisis diperoleh bahwa under frequency relay (UFR) yang terpasang pada sistem Bali
tidak dapat mengembalikan frekuensi sistem ke keadaan normal yaitu sistem mengalami
kekurangan daya pembangkitan dengan frekuensi steady state dibawah 49,8 Hz pada skenario
gangguan ke-3, ke-4, dan ke-5 sedangkan sistem mengalami kelebihan daya pembangkitan
dengan frekuensi steady state diatas 50,2 Hz pada skenario gangguan ke-9 dan ke-10.

Kata Kunci : under frequency relay, frekuensi, island operation

ABSTRACT

An electric power system will get overload disturbance if a plant that was previously
able to supply power to a system that is outage, causes other plants that are still operating to
have the entire load of the system. This study aims to see the performance of under frequency
relay (UFR) that has been installed in the Bali system in overcoming overload disturbances,
namely in the form of generator outages according to the scenario that has been made. The
method used is to model the load shedding scheme using UFR in software and run according to
the scenario. The scenario referred to is a disturbance that causes one or more generators to
experience blackouts due to disturbances. The results of the analysis show that under the
frequency relay (UFR) installed in the Bali system it cannot return the system frequency to its
normal state, namely the system has a shortage of generating power with a steady state
frequency below 49.8 Hz in the 3rd, 4th fault scenarios. , and the 5th while the system has
excess power generation with a stable state frequency above 50.2 Hz at the 9th and 10th
disturbances.

Keywords: under frequency relay, frequency, island operation

1. PENDAHULUAN
Sistem tenaga listrik merupakan suatu ditransmisikan dan didistribusikan ke beban.
proses penghasilan dan pendistribusian Selanjutnya energi listrik yang bermula dari
energi listrik hingga dapat dimanfaatkan oleh keluaran generator sebelum dapat
konsumen. Proses pembangkitan energi listrik dimanfaatkan dengan baik akan melalui
tersebut dimulai dari pengkonversian energi sistem transmisi. Untuk dapat mengurangi
primer menjadi energi sekunder oleh rugi – rugi daya pada saluran transmisi maka
generator. Keluaran dari generator berupa perlu dilakukan penaikan tegangan oleh
besaran arus dan tegangan akan transformator step up sehingga sesuai

Fajar Rizky Kurniawan, I G. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 132


Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.4 Desember 2020

dengan rumus daya output transformator dari sistem Jawa, ketika terjadi gangguan
maka arus yang mengalir pada saluran yang menyebabkan pembangkit listrik dengan
transmisi akan menurun dan menyebabkan kapasitas 40 MW hingga 50 MW padam dan
rugi-rugi pada saluran transmisi berkurang. berdampak pada kehilangan daya
Agar energi listrik dapat dikonsumsi oleh pembangkitan secara tiba-tiba, penurunan
konsumen, selanjutnya energi listrik akan frekuensi yang terjadi tidak menyebabkan
memasuki sistem distribusi. Setelah energi under frequency relay bekerja, hal ini
listrik mendekati pusat beban, selanjutnya mengakibatkan frekuensi sitem setelah
tegangan akan diturunkan oleh transformator terjadinya gangguan berada di bawah batas
step down berdasarkan kelas konsumen. yang diizinkan. Sedangkan ketika terjadi
Untuk menghasilkan energi listrik yang aman, gangguan yang menyebabkan pembangkit
handal, dan berkualitas bagi konsumen maka listrik dengan kapasitas 125 MW hingga 132
diperlukan peran dari peralatan proteksi [1]. MW padam dan berdampak pada kehilangan
Ketika sistem mengalami suatu gangguan , daya pembangkitan secara tiba-tiba, under
sistem proteksi dituntut untuk mampu frequency relay bekerja namun terjadi
mengembalikan kondisi sistem ke keadaan penurunan frekuensi yang extrim sehinga
normal [2]. menyentuh batas frekuensi pelepasan beban
Apabila secara tiba-tiba terjadi gangguan pembentukan island Bali dan menyebabkan
yang menyebabkan generator padam atau frekuensi sistem setelah terjadinya gangguan
terjadi peningkatan beban yang besar secara mengalami peningkatan melewati batas yang
tiba-tiba, maka generator pada sistem diizinkan. Penelitian ini dilakukan untuk
tersebut akan mengalami perubahan daya mengkaji apakah pelepasan beban
mekanik. Hal tersebut terjadi karena daya menggunakan UFR yang terpasang mampu
beban pada sistem mengalami perubahan dan mengatasi gangguan beban lebih pada sistem
mengharuskan generator untuk menutupi kelistrikan Bali saat kondisi island operation.
kekurangan daya pembangkitan. Penurunan
frekuensi tidak dapat dihindari jika daya 2. TINJAUAN PUSTAKA
mekanik generator tidak dengan segera 2.1 Sistem Tenaga Listrik Yang Stabil
mengimbangi peningkatan daya beban sistem Sistem distribusi, sistem pembangkit, dan
[3]. Pada tegangan normal, menurunnya sistem transmisi merupakan satu kesatuan
frekuensi pada sistem dapat mengakibatkan dari sistem ketenagalistrikan. Peralatan
eksitasi berlebih yang berujung pada proteksi merupakan suatu bagian yang
memanasnya inti generator sehingga dapat penting dalam menjaga sistem
mengurangi umur pemakaian dari generator ketenagalistrikan dari gangguan yang dapat
tersebut. [1]. menyebabkan pemadaman listrik maupun
Sistem kelistrikan Bali merupakan satu rusaknya peralatan [5]. Terjadinya gangguan
kesatuan dari wilayah operasi sistem pada salah satu subsistem, dapat
kelistrikan Jawa-Madura-Bali, dimana sistem mengakibatkan ketidakstabilan frekuensi
Bali terinterkoneksi dengan sistem Jawa maupun tegangan. Gangguan pada sistem
melalui SKLT 150kV dari GI Banyuwangi ke transmisi yang mengakibatkan padamnya
GI Gilimanuk. Sistem Bali memiliki target generator pada suatu sistem, dapat berakibat
pelepasan beban UFR dimulai dari frekuensi pada penurunan frekuensi dan tegangan
48,6 Hz, 48,5, dan 48,4 Hz dengan total dalam waktu yang singkat [6].
pelepasan beban mencapai 124,78 MW.
Sedangkan untuk pembentukan island Bali
dimulai dari frekuensi 48,3 Hz dengan 2.2 Gangguan Beban Lebih (Kelebihan
melepas interkoneksi Jawa-Bali (sirkit 1, 2, 3, Beban)
dan 4 dilepas) dengan target pelepasan Kelebihan beban pada suatu sistem
beban frekuensi 48,2 Hz sebesar 127 MW ketenagalistrikan dapat disebabkan oleh
dan frekuensi 48,1 Hz sebesar 114 MW [4]. padamnya pembangkit yang menyebabkan
Pada saat sistem Bali dalam keadaan hilangnya daya pembangkitan, selain itu juga
island operation dimana seluruh pembangkit dapat disebabkan oleh meningkatnya daya
pada sistem Bali memikul seluruh beban dari beban secara tiba-tiba. Kedua hal tersebut
sistem Bali tanpa mengandalkan suply daya dapat mengakibatkan ketidakseimbangan

Fajar Rizky Kurniawan, I Gd. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 133
Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.4 Desember 2020

antara suply dan demand yang akan berujung 2.5 Standar Frekuensi
pada penurunan frekuensi [2]. Besarnya daya Pada sistem tenaga listrik, variabel
yang hilang akibat gangguan dapat frekuensi adalah tolak ukur suatu sistem
mempengaruhi besar kecilnya kecepatan kelistrikan dalam menentukan seimbangnya
penurunan frekuensi. daya yang dibangkitkan dengan total daya
beban sistem. Rentang frekuensi yang
2.3 Cara Mengatasi Gangguan Lebih diizinkan telah diatur dalam PERMEN ESDM
Penurunan frekuensi akibat gangguan No. 3 Tahun 2007 tentang aturan
beban lebih secara terus menerus akan penyambungan yang menetapkan frekuensi
berakibat pada pemadaman total [2]. Berikut nominal sistem untuk Sistem Tenaga Listrik
merupakan cara-cara yang dapat dilakukan Jawa-Madura-Bali adalah 50 Hz dan batas
untuk mengatasi gangguan beban lebih yang yang diizinkan adalah 50,2 – 49,8 Hz [8].
dapat mengakibatkan terjadinya pemadaman
total, diantaranya: 3. METODOLOGI PENELITIAN
a. Memanfaatkan kapasitas daya Penelitian ini dilakukan di sisi tegangan
pembangkit seoptimal mungkin. tinggi (Transmisi 150kV) dengan
b. Melakukan pelepasan beban. menggunakan perangkat lunak penunjang
c. Island operation (Operasi Pemisahan). simulasi stabilitas transien. Data yang
digunakan berupa data single line diagram
2.4 Jenis Pelepasan Beban sistem Bali, data transformator daya pada
Pelepasan beban pada umumnya terdiri setiap gardu induk sistem Bali, data saluran
dari dua jenis, yaitu pelepasan beban secara transmisi 150 kV pada sistem Bali, Data
manual (dilakukan langsung oleh operator) beban puncak masing-masing penyulang
dan pelepasan beban secara otomatis pada sistem Bali, serta data target pelepasan
(automatic load shedding) [7]: beban dengan UFR beserta pengaturan
a. Manual load shedding (Pelepasan Beban frekuensi pelepasan bebannya. Data yang
Secara Manual) digunakan mengacu pada data yang
Pelepasan beban secara manual hanya diperoleh dari PT PLN (PERSERO) UP2B
digunakan pada saat Control Load Shedding (Unit Pelayanan Pengatur Beban) wilayah Bali.
(pengontrol pelepasan beban) tidak bekerja Dari data yang diperoleh, selanjutnya
sebagaimana mestinya (tidak dalam keadaan dilakukan simulasi pada perangkat lunak
normal). penunjang simulasi stabilitas transien untuk
b. Automatic Load Shedding (Pelepasan mengetahui besar penurunan frekuensi yang
Beban secara otomatis) terjadi pada sistem Bali dan mengetahui unjuk
Sistem pelepasan beban otomatis kerja UFR dalam menanggapi penurunan
merupakan sistem pengaman menggunakan frekuensi yang terjadi.
Under Frequency Relay (UFR). Beban-beban Penelitian ini dimulai dengan melakukan
yang akan dilepas sebelumnya harus pengumpulan data teknis dan study literatur
ditentukan terlebih dahulu dan akan secara yang berkaitan dengan analisa laju penurunan
bertahap pada tiap-tiap rentang frekuensi frekuensi pada sistem Bali. Dilanjutkan
yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dengan memodelkan single line diagram
perlu diperhatikan dalam menentukan sistem Bali dengan kondisi island operation
pelepasan beban diantaranya [7]: pada software lunak simulasi, melakukan
 Seberapa besar beban sistem yang akan simulasi aliran daya, memodelkan UFR yang
dilepas pertahapannya. terpasang, dan membuat skenario gangguan
 Menentukan jumlah tahapan pelepasan short circuit tiga phasa pada bus generator
beban berdasarkan kemampuan sistem. yaitu bus GI Pesanggaran, GI Pemaron, GI
 Pengaturan waktu tunda yang Celukan Bawang, GI Gilimanuk sehingga
direncanakan pada setiap waktu menyebabkan satu atau lebih generator
pelepasan. padam. Simulasi dilakukan dengan
 Frekuensi dimana setiap tahapan menggunakan perangkat lunak penunjang
pelepasan beban. simulasi stabilitas transien.

Fajar Rizky Kurniawan, I Gd. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 134
Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.4 Desember 2020

TACSR 160 mm2 GI BTRTI


Banyuwangi (BANYUWANGI 3 & 4) In:750 A (20.43 km)
3 x 300mm2, 500 GT-1 GT-2 GT-3
OFC CU PIRELI 130 MW 125 MW 125 MW
OCR = 880A OLS = 800 A GI AMPRA
3X300 mm2 500 A ( 4,2 km ) 6.5km (SMC+UGC)
PL TG 1 2
Trf.1 Trf.2
A
OCR 720 A OCR 600A GIS CLBWG 2x48MW 30 MVA 60 MVA
OLS 560A TACSR 160 mm2
OLS 560 A
In:750 A (20.43 km) B
2xACCC LISBON 310 mm2 OCR = 900 A(BTRTI) , 880 A( PMR ) TACSR 160 mm2
In= 2x1250A (49.89 km) A OLS = 800 A
OCR 2400A, OLS = 1280A A GI PMRON In:750 A (28.01 km) OCR = 920 A
(BTRTI ),900 A( PNGAN)
B OLS = 800 A
1 2 3 4 SC
Trf.1 Trf.2
B 60 MVA 60 MVA 25MVAr

TA CSR 2x410 mm 2
GI GLNUK

TA CSR 2x410 mm 2
2xACCC LISBON 310 mm2 TACSR 160 mm2
A TFT In= 2x1250A (28.45 km) In:750 A (38.17 km)

(0.5 km)

(0.5 km)
TACSR 240 mm2 In=973 A

ACSR HAWK 240 mm2


ACSR HAWK 240 mm2
60 MVA OCR 2400A OCR = 880 A

In: 645 A (33.76 km)


In: 645 A (33.76 km)
B OLS : BLOK OLS = 800 A

OCR = 950 A
OCR = 800 A
Trf.1 Trf.2
TACSR 240 mm2 In=973 A GI PYGAN
60 MVA 60 MVA
2xACCC LISBON 310 mm2 2xACCC LISBON 310 mm2
A
In= 2x1250A (76.75 km) In= 2x1146A (76.75 km)
OCR 1146A, OLS = 1280A OCR 2400A TACSR 160 mm2 B
Trf.2 Trf.1 In:750 A (21.48 km)
60 MVA 30 MVA OCR = 920 A(KPL)

In: 2700 A (72.16 km)


2xTACSR 410 mm2
In: 2700 A (72.16 km)
1 2 900 A ( PYNG )

2xTACSR 410 mm2

OCR=2400 A
OCR=2400 A
PL TG ACCC LISBON 310 mm2
138 MW GI KAPAL 1 2
In= 1250A (35.20 km) A Trf.1 Trf.2
ACCC LISBON 310 mm2 OCR 1500 A, OLS = Blok 60 MVA 30 MVA
In= 1250A (35.20 km)
B GI GNYAR
OCR 1500 A, OLS = Blok A
GI NGARA
A 1 2
1 2 2 1 B
ACCC LISBON 310 mm2
B In= 1250A (45.02 km)
SC-1,
OCR 1500 A, OLS = Blok 2 Trf.1 Trf.2 Trf.3 Trf.4
60 MVA 50MVAr ACCC LISBON 310 mm2
ACSR HAWK 240 mm2 60 MVA 60 MVA 60 MVA
In: 1250 A (19.21 km) SC
In: 645 A (25.2 km)
ACCC LISBON 310 mm2 50MVAr Trf.1 Trf.2
1 OLS = 640A, OCR = 752 A 60 MV A 60 MV A
In= 1250A (45.02 km) (KPL ) ,700 A (ASR) 1 2
Trf.1 Trf.2 Trf.3 OCR 1500 A, OLS = Blok

OCR=1200 A (KPL)
ACSR HAWK 240 mm2

TACSR 240 mm2


In=973 (12.07km)
30 30 60

1168 A (PKLOD )
ACCC LISBON 310 mm2
In: 645 A (25.2 km)

ACCC LISBON 310 mm2


MVA MVA MVA A

ACCC LISBON 310 mm2


TACSR HAWK 240 mm2 In: 1250 A (19.21 km)
XL PE (CU) 1000 mm2 OLS = 640A, OCR = 720 A

In=1250 (16.94 km)

In=1250 (16.94 km)


In: 973 A (6.2 km)

OCR :770 A(SNR)


In = 945A ( 2040 m ) (KPL ) ,760 A (ASR) ACCC LISBON 310 mm2

776 A( GNYR)
OCR :774 A
OCR = 990 A (BNDR) ,1000 A CCC = 900 A B
(NSDUA) GI ASARI In=1250 (9.97km)
OCR=1500 A
TACSR HAWK 240 mm2 ACCC LISBON 310 mm2
In: 973 A (7.64 km) T60 In=1250 A (12.07km)
OCR = 1080 A , OLS = 540 OCR=1500 A
(If Pklod Bndra Open ) A GI PBIAN
Trf.1 Trf.2
ST ATUS BLOK 60 MVA 60 MVA
A GI NSDUA
T58 1 2
B
GIS XL PE (CU) 1000 mm2 GI PKLOD
In = 945A ( 2580 m ) A
B BANDARA CCC=900 A T59
XL PE (CU) 1200mm2

SC
In=930A (7.08 km)

(BY HITACHI) B 50MVAr


A Trf.1 Trf.2 Trf.3
TACSR 240 mm2 60 MVA 60 MVA 60 MVA
SC-1 SC-2 B In =973A (13.7 km) SC-2
50MVAr Trf.1 25MVAr Trf.2 Trf.3 OCR=990A 50MVAr
60 MVA 60 MVA 60 MVA Trf.1 Trf.2 Trf.3 Trf.2 GI SANUR
(S HA NDONG)
60 MVA 60 MVA 60 MVA 60 MVA A
1Trf.3 2Trf.3 ACCC LISBON 310 mm2
60 MVA 60 MVA In=1218 (7,76 km) B
OCR=1200 A 2 ACCC LISBON 310 mm2
In=1250 (7.75km)
ACCC LISBON 310 mm2 OCR:780 A SC-2
In=1218 (4.7 km) 25MVAr
1 ACCC LISBON 310 mm2 SC-1
OCR=1200 A Trf.1 25MVAr Trf.2 Trf.3 Trf.4
FUTURE
FUTURE

In=1250 (7.74km)
SPARE

PKLOD

P LTD B 60MVA 60MVA 60MVA 60MVA


(BOT) P LTG 4 P LTG 3 P LTG 2 P LTG 1 P LTDG 2
OCR:774 A
52 MW 35 MW 38 MW 16.5 MW 16.5 MW 50 MW

GIS PSGRN
A
B
BNDRA-1

SPARE
BNDRA-2

Trf.5 GI P SGRN
SC-1
60 MVA
50 MVar P LTDG 3 P LTDG 4 Trf.4
Trf.3
60 MVA
60 MVA
P LTDG 1
50 MW
SINGLE LINE BALI 2019
PT PLN ( PERSERO ) – UP2B
A4 SEPT 2019 INK
Sumber Update da ta : Deklarasi Kesiapan UPT Juli 2019 BALI

Gambar 1. Single Line Diagram Sistem Bali

4. HASIL DAN PEMBAHASAN mengasumsikan jika seluruh pembangkit


Unit Induk Pengatur Beban (UP2B) Bali pada sistem Bali memikul seluruh beban dari
terdiri dari 16 gardu induk dengan level sistem bali tanpa mengandalkan pasokan
tegangan saluran transmisi 150 kV. daya dari sistem Jawa. Skenario gangguan
Berdasarkan data-data yang telah didapat, beban lebih yang akan disimulasikan ialah
dilakukan pemodelan dalam bentuk single line gangguan short circuit tiga phasa pada bus
diagram dari sistem kelistrikan Bali dengan generator sehingga menyebabkan salah satu
menggunakan perangkat lunak. Berikut atau lebih generator padam. Padamnya
merupakan hasil dari simulasi aliran daya pembangkit secara tiba-tiba, akan
sistem kelistrikan Bali kondisi island operation menyebabkan sistem mengalami perubahan
dengan menggunakan perangkat lunak. pada daya mekanik prime mover generator.
Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan
daya beban yang ditanggung oleh masing-
masing generator pada sistem Bali. Jika daya
mekanik prime mover generator tidak dengan
segera menyesuaikan terhadap perubahan
beban, maka frekuensi sistem akan turun dari
rentang frekuensi yang diizinkan.
Untuk dapat mengamati stabilitas frekuensi
maka simulasi dilakukan dalam waktu 200
Gambar 2. Hasil Simulasi Aliran Daya
detik. Pada penelitian ini, yang menjadi fokus
perhatian ialah perubahan frekuensi pada
Pada penelitian ini, dibahas mengenai saat terjadi gangguan dan frekuensi steady
kinerja UFR yang terpasang dalam mengatasi state sistem setelah terjadi gangguan.
gangguan beban lebih di sistem kelistrikan
Bali saat kondisi island operation dengan 4.1 PLTG Pesanggaran Unit 1 (17,4 MW)

Fajar Rizky Kurniawan, I Gd. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 135
Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.4 Desember 2020

Gambar 3 menunjukkan grafik


perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTG Penurunan frekuensi tersebut tidak
Pesanggaran Unit 1 lepas dari sistem. menyebabkan UFR untuk melepas beban. Hal
ini dikarenakan batas awal UFR eksisting
beroperasi yaitu 48,6 Hz. Frekuensi sistem
secara keseluruhan pada akhir simulasi akan
steady state pada frekuensi 49,755 Hz.

4.4 PLTD Pesanggaran BOT (41,5 MW)


Gambar 6 menunjukkan grafik
perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTD
Gambar 3. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika Pesanggaran BOT lepas dari sistem.
PLTG Unit 1 Pesanggaran Lepas Dari Sistem

Penurunan frekuensi tersebut tidak


menyebabkan UFR untuk melepas beban. Hal
ini dikarenakan batas awal UFR eksisting
beroperasi yaitu 48,6 Hz. Frekuensi sistem
secara keseluruhan pada akhir simulasi akan
steady state pada frekuensi 49,938 Hz.

4.2 PLTG Pesanggaran Unit 3 (36,5 MW) Gambar 6. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika
Gambar 4 menunjukkan grafik PLTD Pesanggaran BOT Lepas Dari Sistem
perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTG
Pesanggaran Unit 3 lepas dari sistem. Penurunan frekuensi tersebut tidak
menyebabkan UFR untuk melepas beban. Hal
ini dikarenakan batas awal UFR eksisting
beroperasi yaitu 48,6 Hz. Frekuensi sistem
secara keseluruhan pada akhir simulasi akan
steady state pada frekuensi 49,754 Hz.

4.5 PLTDG Pesanggaran BLOK 1 (45,6


MW)
Gambar 4. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika Gambar 7 menunjukkan grafik
PLTG Pesanggaran Unit 3 Lepas Dari Sistem perubahan frekuensi sistem Bali ketika
PLTDG Pesanggaran BLOK 1 lepas dari
Penurunan frekuensi tersebut tidak sistem.
menyebabkan UFR untuk melepas beban. Hal
ini dikarenakan batas awal UFR eksisting
beroperasi yaitu 48,6 Hz. Frekuensi sistem
secara keseluruhan pada akhir simulasi akan
steady state pada frekuensi 49,816 Hz.

4.3 PLTD Pemaron Unit 1 (40 MW)


Gambar 5 menunjukkan grafik
perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTD
Pemaron Unit 1 lepas dari sistem.
Gambar 7. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika
PLTDG Pesanggaran BLOK 1 Lepas Dari Sistem

Penurunan frekuensi tersebut tidak


menyebabkan UFR untuk melepas beban. Hal
ini dikarenakan batas awal UFR eksisting
beroperasi yaitu 48,6 Hz. Frekuensi sistem
secara keseluruhan pada akhir simulasi akan
steady state pada frekuensi 49,752 Hz.

Gambar 5. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika 4.6 PLTD Pemaron Unit 1 dan 2 (80 MW)
PLTD Pemaron Unit 1 Lepas Dari Sistem

Fajar Rizky Kurniawan, I Gd. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 136
Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.4 Desember 2020

Gambar 8 menunjukkan grafik


perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTD
Pemaron Unit 1 dan 2 lepas dari sistem.

Gambar 10. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika


PLTU Celukan Bawang Unit 1 Lepas Dari
Sistem
Penurunan frekuensi tersebut
Gambar 8. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika
PLTD Pemaron Unit 1 dan 2 Lepas Dari Sistem menyebabkan UFR untuk melepas beban.
UFR akan bekerja akibat nilai frekuensi sudah
Penurunan frekuensi tersebut memasuki batas setting UFR yaitu 48,1 Hz
menyebabkan UFR untuk melepas beban. dengan melepas beban sebesar 338,98 MW.
UFR akan bekerja akibat nilai frekuensi sudah Frekuensi sistem secara keseluruhan pada
memasuki batas setting UFR yaitu 48,4 Hz akhir simulasi akan steady state pada
dengan melepas beban sebesar 117,4 MW. frekuensi 50,495 Hz.
Frekuensi sistem secara keseluruhan pada
akhir simulasi akan steady state pada 4.9 PLTG Gilimanuk (130 MW)
frekuensi 50,076 Hz. Gambar 11 menunjukkan grafik perubahan
frekuensi sistem Bali ketika PLTG Gilimanuk
4.7 PLTG Pesanggaran Unit 1, 2, 3 dan 4 lepas dari sistem.
(107,8 MW)
Gambar 9 menunjukkan grafik
perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTG
Pesanggaran Unit 1, 2, 3 dan 4 lepas dari
sistem.

Gambar 11. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika


PLTG Gilimanuk Lepas Dari Sistem

Penurunan frekuensi tersebut


menyebabkan UFR untuk melepas beban.
UFR akan bekerja akibat nilai frekuensi sudah
Gambar 9. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika memasuki batas setting UFR yaitu 48,1 Hz
PLTG Pesanggaran Unit 1, 2, 3 dan 4 Lepas Dari Sistem dengan melepas beban sebesar 338,98 MW.
Frekuensi sistem secara keseluruhan pada
Penurunan frekuensi tersebut akhir simulasi akan steady state pada
menyebabkan UFR untuk melepas beban. frekuensi 50,488 Hz.
UFR akan bekerja akibat nilai frekuensi sudah
memasuki batas setting UFR yaitu 48,4 Hz 4.10 PLTD BOT Pesanggaran, PLTDG
dengan melepas beban sebesar 117,4 MW. Pesanggaran BLOK 1 dan 2 (132,7
Frekuensi sistem secara keseluruhan pada MW)
akhir simulasi akan steady state pada Gambar 12 menunjukkan grafik perubahan
frekuensi 50,014 Hz. frekuensi sistem Bali ketika PLTD BOT
Pesanggaran, PLTDG Pesanggaran BLOK 1
4.8 PLTU Celukan Bawang Unit 1 (125 MW) dan 2 lepas dari sistem.
Gambar 10 menunjukkan grafik
perubahan frekuensi sistem Bali ketika PLTU
Celukan Bawang Unit 1 lepas dari sistem.

Fajar Rizky Kurniawan, I Gd. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 137
Jurnal SPEKTRUM Vol. 7, No.4 Desember 2020

dibawah 49,8 Hz. Hal ini dikarenakan


penurunan frekuensi yang terjadi belum
menyentuh batas pengaturan UFR eksisting
yang pertama yaitu 48,6 Hz, Sehingga untuk
pembangkit yang masih aktif akan berusaha
memenuhi jumlah beban dari keseluruhan
sistem Bali. Sedangkan pada skenario
kesembilan dan kesepuluh frekuensi steady
state sistem berada diatas 50,2 Hz. Pada
skenario tersebut, jumlah beban yang dilepas
Gambar 12. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika oleh UFR eksisting terlalu banyak sehingga
PLTD BOT Pesanggaran, PLTDG Pesanggaran
BLOK 1 dan 2 Lepas Dari Sistem
mengakibatkan meningkatnya frekuensi
steady state melampaui batas yang diijinkan.
Penurunan frekuensi tersebut Selain itu pelepasan beban yang berlebihan
menyebabkan UFR untuk melepas beban. dapat menyebabkan beban yang seharusnya
UFR akan bekerja akibat nilai frekuensi sudah tidak padam menjadi padam, hal ini dapat
memasuki batas setting UFR yaitu 48,1 Hz menimbulkan kerugian.
dengan melepas beban sebesar 338,98 MW. Sehingga perlu dilakukan kajian skema
Frekuensi sistem secara keseluruhan pada pelepasan beban menggunakan under
akhir simulasi akan steady state pada frequency relay pada sistem Bali dengan
frekuensi 50,494 Hz. kondisi island operation.

4.11 Seluruh Pembangkit pada GI 6. DAFTAR PUSTAKA


Pesanggaran (331,7 MW) [1] Noviyanti, Erni. 2016. “Studi Pelepasan Beban
Pada Skema Pertahanan (Defence Scheme)
Gambar 12 menunjukkan grafik perubahan Jaringan Sistem Khatulistiwa”. Universitas Tanjung
frekuensi sistem Bali ketika Seluruh Pura, Pontianak
Pembangkit pada GI Pesanggaran lepas dari [2] Nugraheni. A, “Simulasi Pelepasan Beban Dengan
sistem. Menggunakan Rele Frekuensi Pada Sistem Tenaga
Listrik CNOOC SES Ltd.,” Universitas Indonesia,
2009.
[3] Wahyudin. 2018. “Pelepasan Beban Dengan Under
frequency relay Pada Sistem Distribusi PT. Dian
Swastatika Sentosa Serang Power Plant”.
Universitas Ageng Tirtayasa, Banten
[4] PT. PLN (PERSERO) UP2B Bali. 2019 “Rekap
Data Beban Puncak Bali Bulan Februari 2019”. Bali
[5] Marsudi, Djiteng. 2006. “Operasi Sistem Tenaga
Listrik”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[6] Gunadin, I.C., 2009. Studi Penurunan Frekuensi
pada saat PLTG Sengkang Lepas dari Sistem
Gambar 12. Grafik Perubahan Frekuensi Sistem Ketika Sulsestrabar. Univ. Hasanuddin Vol 4.
Seluruh Pembangkit pada GI Pesanggaran Lepas Dari [7] A. Pradnya, M., “Studi Analisis Dampak
Sistem Pemasangan Over Load Shedding Terhadap
Pembebanan Pada Saluran Transmisi 150kV Di
Penurunan frekuensi tersebut Bali”,Universitas Udayana, 2017.
[8] Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
menyebabkan UFR untuk melepas beban. Indonesia, “Peraturan Menteri Energi Dan Sumber
UFR akan bekerja akibat nilai frekuensi sudah Daya Mineral Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Aturan
memasuki batas setting UFR yaitu 48,1 Hz Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali,”
dengan melepas beban sebesar 338,98 MW. 3, 2007.
Frekuensi sistem secara keseluruhan pada
akhir simulasi akan steady state pada
frekuensi 49,910 Hz.
5. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa skema pelepasan
beban menggunakan UFR pada beberapa
skenario tidak dapat mengembalikan
frekuensi ke kondisi normal (49,8 – 50,2 Hz).
Dimana pada skenario ketiga, keempat dan
kelima frekuensi steady state sistem berada

Fajar Rizky Kurniawan, I Gd. Dyana Arjana, Rukmi Sari Hartati 138

Anda mungkin juga menyukai