Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STASAE KDP

KEBUTUHAN OKSIGENASI

CT : Ns. Sefti S. J. Rompas, M.Kes.

Di Susun Oleh :

VERONICA KUSSOY YESSICA PESIK

YULINDA WORUNG EGA PAAT

ENJEL MANDEY FARIS WENAS

FRALDY MAIS KEZIA WORAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Fisiologi Oksigenasi
Oksigen masuk ke saluran pernapasan melalui hidung dan mulut. Oksigen
kemudian diedarkan melalui saluran pernapasan (faring, trakea, dan bronkus)
ke alveolus, yang merupakan pundi-pundi udara yang dikelilingi pembuluh
kapiler. Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah kecil dengan dinding
halus yang mempermudah pergantian gas. Pergantian gas dimulai ketika
oksigen yang dihirup masuk melalui dinding kapiler yang dikelilingi alveolus
dan dibawa oleh sel-sel darah yang bersirkulasi di dalam pembuluh kapiler.
Oksigen yang dibawa sel-sel darah melalui dinding kapiler diedarkan ke
jantung lalu dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta. Aorta bercabang
menjadi arteri-arteri kecil dan bahkan arteriol yang lebih kecil, pada akhirnya
menjadi pembuluh kapiler. Dinding kapiler yang tipis membiarkan terjadinya
difusi oksigen ke dalam sel-sel dalam berbagai jaringan tubuh (Vaughans,
2013).

Lingkungan Saluran Alveolus Pembuluh


pernapasan kapiler paru
O2

Vena pulmonalis Bilik kiri Serambi kiri Aorta

Arteri
Arteriol Pembuluh kapiler Seluruh jaringan
dari jaringan tubuh
tubuh

B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Oksigenasi


Menurut Vaughans (2013), faktor-faktor yang memengaruhi oksigenasi
adalah
1. Faktor Fisiologis
Beberapa sistem bekerja sama untuk memungkinkan oksigenasi normal.
Diafragma, otot besar yang terletak tepat di bawah paru-paru, membantu
dengan inhalasi dan ekshalasi gas ke paru-paru. Kontraksi dan relaksasi
otot jantung memampukan jantung untuk memompa darah secara efisien.
Kontraksi dan relaksasi pada diafragma dan otot-otot jantung tergantung
pada pensinyalan yang terdapat dari sistem saraf. Pembuluh darah juga
tersusun oleh otot-otot halus yang membantu sirkulasi darah yang kaya
oksigen ke jaringan yang dituju.
2. Usia
Sistem pernapasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna
diikuti ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-anak kecil berisiko
lebih besar terhadap gangguan oksigenasi. Orang dewasa lanjut juga
berisiko mengalami gangguan oksigenasi karena kapasitas fungsional
paru-paru dan jantung berkurang seiring pertambahan usia seseorang.

Karakteristik Efek
Anak-anak
o Saluran pernapasan pendek, Risiko infeksi pernapasan
dangkal meningkat
o Sistem kekebalan belum
sempurna
o Jumlah saluran dan alveolus Laju pernapasan meningkat
lebih sedikit
o Otot pernapasan belum Pernapasan abdominal
sempurna
o Jantung belum sempurna Denyut jantung meningkat
Dewasa Tua
o Elastisitas paru menurun Pertukaran udara kurang efektif
o Silia dalam saluran pernapasan Pembersihan saluran napas tidak
menurun efektif, yang menyebabkan
o Kekuatan tubuh menurun meningkatnya risiko infeksi
o Elastisitas pembuluh darah Peredaran oksigen ke jaringan
berkurang kurang efektif

3. Faktor Lingkungan
Beberapa variable di lingkungan memengaruhi kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan oksigennya. Polutan dan allergen di udara
(missal serbuk sari, kabut asap, zat kimia beracun) dan juga asap rokok
sekunder dapat merusak jaringan paru-paru dan mengarah pada dampak
jangka panjang seperti kanker paru dan pulmonary. Dataran tinggi juga
dapat mengganggu oksigenasi karena terjadi penurunan jumlah oksigen di
udara.
4. Makanan
Kandungan makanan dan juga jumlah makanan yang dicerna dapat
menyebabkan masalah yang secara langsung memengaruhi oksigenasi.
5. Gaya Hidup
Bagaimana seseorang memilih cara hidupnya juga dapat berkontribusi
pada gangguan oksigenasi. Gaya hidup seperti obesitas, merokok, obat
dan kecanduan alcohol.
6. Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan secara langsung terkait dengan fungus pernapasan
dan kardiovaskuler dan juga dapat terkait dengan fungsi tubuh lain yang
berpotensi memengaruhi oksigenasi (Gangguan kesehatan seperti
Pneumonia, penyakit arteri koroner, COPD, COLD).
C. Pola Pernapasan Normal

Kelompok Usia Rata-rata pernapasan/menit


Bayi baru lahir 30-60
1-5 tahun 20-30
6-10 tahun 18-26
10 tahun-dewasa 12-20
Dewasa tua (>60 tahun) 16-25
(Rahayu dan Harnanto, 2016)

D. Pemeriksaan Diagnostik (LAB) Untuk Mengukur Keadekuatan Ventilasi Dan


Oksigenasi
1. Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan spirometer.
Klien bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan
spirometer. Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт),
volume residual (RV), kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital
(VC), kapasitas paru total (TLC).
2. Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR)
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal
dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas
menjadi besar.
3. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+),
tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan
saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
4. Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2),
yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen
5. Hitung Darah Lengkap
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi hemoglobin,
hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel darah merah dan sel
darah putih.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau
sampel sputum dan untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang
menghambat jalan napas.
7. CT Scan
CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan
lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
8. Kultur Tenggorok
Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan
sensitivitas terhadap antibiotik.
9. Skrin Tes
Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru
viral, dan tuberkulosis.
10. Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura
dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau
tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk biopsi
11. Pemeriksaan Sinar X Dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya
cairan (pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae),
proses abnormal (TBC).
E. Jenis-jenis Terapi Pemberian Oksigen
1. Terapi Oksigen Arus rendah
a. Nasal kanul dan Nasal Kateter
Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2)
dengan sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul
terdiri dari sepasang tube dengan panjang + dua cm yang di-
pasangkan pada lubang hidung pasien dan tube dihubungkan secara
langsung menuju oxygen flow meter. Alat ini dapat menjadi alter-
natif bila tidak terdapat sungkup muka, terutama bagi pasien yang
membutuhkan konsentrasi oksigen (O2) rendah oleh karena tergo-
long sebagai alat yang sederhana, murah dan mudah dalam pema-
kaiannya. Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofa-
ring dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-
O2) antara 24-44%.

b. Sungkup Muka Sederhana


Sungkup muka tanpa kantong penampung merupakan alat terapi
oksigen (O2) yang terbuat dari bahan plastik di mana peng-
gunaannya dilakukan dengan cara diikatkan pada wajah pasien de-
ngan ikat kepala elastis yang berfungsi untuk menutupi hidung dan
mulut. Tubuh sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksi-
gen (O2) dan karbon dioksida (CO2) hasil ekspirasi. Alat ini mam-
pu menyediakan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60% dengan
aliran sekitar 5-10 liter/ menit.
c. Sungkup Muka Dengan Kantong
Terdapat dua jenis sungkup muka dengan kantong penam- pung
yang seringkali digunakan dalam pemberian terapi oksigen (O2),
yaitu sungkup muka partial rebreathing dan sungkup muka
nonrebreathing. Keduanya terbuat dari bahan plastik namun perbe-
daan di antara kedua jenis sungkup muka tersebut terkait dengan a-
danya katup pada tubuh sungkup dan di antara sungkup dan kan-
tong penampung.9 Sungkup muka partial rebreathing tidak memi-
liki katup satu arah di antara sungkup dengan kantong penampung
sehingga udara ekspirasi dapat terhirup kembali saat fase inspirasi
sedangkan pada sungkup muka nonrebreathing, terdapat katup satu
arah antara sungkup dan kantong penampung sehingga pasien ha-
nya dapat menghirup udara yang terdapat pada kantong penam-
pung dan menghembuskannya melalui katup terpisah yang terletak
pada sisi tubuh sungkup.5 Sungkup muka dengan kantong penam-
pung dapat mengantarkan oksigen (O2) sebanyak 10-15 liter/ menit
dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sebesar 80-85% pada sungkup
muka partial rebreathing bahkan hingga 100% pada sungkup mu-
ka nonrebreathing.

d. Oksigen Transtrakeal
Oksigen (O2) transtrakeal dapat mengalirkan oksigen (O2) secara
langsung melalui kateter di dalam trakea. Oksigen (O2) tran-
strakeal dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk menggunakan
terapi oksigen (O2) secara kontinyu selama 24 jam dan seringkali
berhasil untuk mengatasi hipoksemia refrakter. Oksigen (O2) tran-
strakeal dapat menghemat penggunaan oksigen (O2) sekitar 30-
60-%. Keuntungan dari pemberian oksigen (O2) transtrakeal yaitu
ti- dak ada iritasi muka ataupun hidung dengan rata-rata oksigen
(O2) yang dapat diterima pasien mencapai 80-96%.
2. Terapi Oksigen Arus Tinggi
Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksi- gen (O2)
dengan arus tinggi, di antaranya adalah pasien dengan hi- poksia yang
memerlukan pengendalian fraksi oksigen (O2) (FiO2) dan pasien
hipoksia dengan ventilasi yang abnormal. Adapun alat terapi oksigen
(O2) arus tinggi yang seringkali digunakan, salah sa- tunya yaitu
sungkup venturi. Sungkup venturi merupakan alat tera- pi oksigen
(O2) dengan prinsip jet mixing yang dapat memberikan fraksi oksigen
(O2) (FiO2) sesuai dengan yang dikehendaki.

F. Proses Keperawatan
1. Diagnosis

Pernapasan Kardiovaskuler Terkait


Bersihan jalan napas Penurunan curah Cemas
tidak efektif jantung Intoleransi aktvitas
Pola napas tidak Perfusi perifer tidak
efektif efektif (serebral, renal,
Gangguan pertukaran periferal)
gas
Gangguan ventilasi
spontan

2. Intervensi
a) Mengurangi atau menghilangkan respons alergik
b) Menawarkan program berhenti merokok
c) Mengelola dispnea dengan intervensi mandiri dan kolaboratif
(pemosisian, medikasi)
d) Memelihara jalan napas terbuka dengan intervensi mandiri dan
kolaboratif (missal batuk, cairan, mengatur kelembaban,
pengkabutan, fisioterapi dada, drainase postural, penyedotan,
pemosisan, spirometri insentif, perawatan saluran buatan
OUT LINE JURNAL PENELITIAN

N Judul Penelitian & Metodologi (Populasi, Intervensi (Apa, Kesimpulan & saran Implikasi terhadap
o Tujuan Penelitian Sampel,Desain) Bagaimana, Kapan) Keperawatan setempat

1 Asuhankeperawatanpe Metode yangIntervensi yang Kesimpulandalampenelitian Diharapkanpetugaskesehatank


. menuhankebutuhanok digunakanadalahpenelitdiberikanpadapasien iniadalah : hususnyaperawatuntukmelaku
sigenasipadapasienas ianstudikasusdenganpe adalahpelaksanaanas kan proses
ma bronchial di ndekatanasuhankepera uhankeperawatansec 1. Keluhan yang asuhankeperawatandenganmen
RSUD. Haji Makasar. watansecarakomprehen arakomprehensif dialamiolehpasien 1 dan 2 erapkanintervensikeperawatan
sif. yang sama, sedangkanpasien 3 sesuaidenganproseduruntukme
Tujuan : terdiridaripengkajian berbedakarenatidakmenga ngatasipemenuhanoksigenpasi
Populasidalampenelitia , diagnose, lamibatuk. en.
Untukmenggambaraka niniadalahsemuapasien 2. Diagnose
nasuhankeperawatanp yang intervensi,
keperawatandariketigapasi
emenuhankebutuhano mengalamigangguanke implementasidaneval ensamayaitu,
ksigenasipadapasienas butuhanoksigenasipada uasi. polanapastidakefektif
ma bronchial di pasienasma bronchial. Penelitianinidilakuka 3. Intervensikeperawatan
Ruangperawatan npada 14 – 21 juni
Sampelpadapenelitiani 2019. yang diberikanpadapasien
RSUD Haji Makasar. nisebanyak 3 orang 1 dan 2 sama,
pasiendenganmasalaha sedangkanpasien 3
sma bronchial. berbedakarenaadanyaperb
edaankeluhan.

Saran:

1 Kepadapasienuntukmeng
hindarifaktorpemicuterja
dinyaasma.
2 Kepadaperawatuntukmel
akukanasuhankeperawata
nsecarakomprehensiuntu
kpemulihankebutuhanok
sigenpasien.

2 PengaruhPemberianPo Metode yang Intervensi yang Teridentifikasifrekuensipern Implikasidalampenelitianadala


. sisi Semi digunakanadalahMetod dilakukandalampenel apasansebelumdiberikanpos hposisi semi fowler
FowlerTerhadapKesta ekuantitatifdenganjenis itianadalahpemberian isi semi fowler merupakantindakanterpeutikke
bilanPolaNapasPadaP penelitianpraeksperime posisi semi fowler sebagianbesartermasukfreku perawatan yang
asien TbParu Di Irina ntal untukmengevaluasip ensisesaknapassedangsampa terbuktidapatmenstabilkanpola
C5 Rsup Prof Dr. R. olanafassebelumdibe iberat. napaspadapasiendenganmasala
D. Kandou Manado. desainsatukelompok rikanintervensidanset Terindentifikasifrekuensiper hoksigenasi.
pre-post test, tekhnik elahdiberikaninterve napasansetelahdiberikanpos
Tujuanuntukdiketahui total sampling. Sampel nsi. Posisi semi isi semi fowler
pengaruhpemberianpo 40 responden. fowler yang sebagianbesartermasukfreku
sisi semi fowler Pengumpulan data diberikanadalahposis ensipernapasan normal,
terhadapkestabilanpol denganmenggunakanle idengan 30-45 sertaterdapatpengaruhpemb
anapaspadapasien TB mbarobservasidan SOP derajat. erianposisi semi fowler
paru. pemberianposisi semi terhadapkestabilanpolanapa
fowler. spadapasienTB parudi Irina
C5 RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou Manado.

3 Efektivitas Penelitian ini Pemberian latihan Simpulan Diaphragmatic Breathing


. Diaphragmatic menggunakan metode pernafasan 1. Nilai saturasi Exercise merupakan salah satu
Breathing Exercise eksperiment dengan diafragma untuk oksigen pasien penalataksanaan non-
Terhadap rancangan penelitian pasien PPOK. PPOK di Ruang farmakologi yang dapat
Peningkatan Saturasi one group pre test and Mengetahui terlebih Melati I dan melati digunakan untuk
Oksigen Pasien Ppok post test design. Teknik dahulu usia, jenis II sebelum diberikan meningkatkan saturasi oksigen
Di Ruang pengambilan sampel kelamin, riwayat latihan pernafasan pada pasien PPOK. Latihan
Melati I Dan Melati II menggunakan merokok, frekuensi diaphragmatic pernafasan ini merupakan
RSUD purposive sampling hemoglobin, dan breathing exercise sebuah teknik untuk
Dr.Loekmonohadi dengan jumlah sampel saturasi oksigen pada memiliki rata-rata merelaksasikan otot
Kudus sebanyak 28 responden sebelum 95,18% dengan pernafasan saat melakukan
responden. Uji statistik mengikuti standar devisiasi inspirasi dalam, dan
Tujuan: Penelitian ini yang digunakan dalam Diaphragmatic 1,389. meningkatkan ventilasi
bertujuan untuk penelitian ini adalah uji Breathing Exercise. 2. Nilai saturasi alveolar,
mengetahui efektivitas paired T-test. Lalu mengukur oksigen pasien mengurangi frekuensi
diaphragmatic kembali saturasi PPOK di Ruang pernafasan, dan membantu
breathing exercise oksigen setelah Melati I dan melati mengeluarkan udara sebanya
terhadap peningkatan diberikan II sesudah diberikan mungkin
saturasi oksigen Diaphragmatic latihan pernafasan selama ekspirasi
pasien PPOK di Breathing Exercise diaphragmatic
Ruang breathing exercise
Melati I dan Melati II memiliki rata-rata
RSUD 97,07% dengan
dr.Loekmonohadi standar devisiasi
Kudus 1,359.
3. Hasil analisis
saturasi oksigen
sebelum dan
sesudah diberikan
latihan pernafasan
diaphragmatic
breathing exercise
didapatkan nilai p-
value 0,000 (p-value
<0,05), sehingga
dapat disimpulkan
bahwa
diaphragmatic
breathing exercise
efektif untuk
meningkatkan
saturasi oksigen
pasien PPOK di
ruang melati I dan
melati II RSUD
dr.Loekmonohadi
Kudus.
Saran
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran bagi
peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan penelitian
serupa dengan
memberhatikan faktor-
faktor lain yang dapat
mempengaruhi saturasi
oksigen pasien PPOK
misalnya tingkat kecemasan
dan respiratory
rate pasien.

4 Pengaruh Fisioterapi Desain penelitian ini Proses pengambilan SIMPULAN Pemberian tindakan
. Dada, Batuk Efektif Quasi Eksperimen dan pengumpulan Gambaran distribusi rehabilitasi nafas pada
Dan Nebulizer dengan menggunakan data dalam penelitian responden menurut usia, penderita PPOK dapat
Terhadap Peningkatan metode observasi ini diperoleh dengan lebih banyak dalam kategori memperbaiki ventilasi dan
Saturasi Oksigen dengan pendekatan lembar observasi usia lanjut yang mengalami memperbaiki kapasitas
Dalam Darah Pada desain One Group Pre untuk mencatat PPOK yaitu 59 tahun. fungsional pernafasan. Latihan
Pasien PPOK – Post Test. Populasi fisioterapi dada, Gambaran distribusi rehabilitasi nafas yang
dalam penelitian ini batuk efektif, dan responden menurut lama dilakukan dengan teratur dan
Tujuan: adalah pasien PPOK nebulizer, sedangkan menderita PPOK yang lebih berkelanjutan dapat
dari bulan April – Juni untuk saturasi banyak yaitu lama menurunkan angka eksaserbasi
Tujuan dari penelitian 2019 sebanyak 29 oksigen menderita PPOK 23 tahun. dan meningkatkan kualitas
ini adalah untuk orang. Sampel menggunakan alat Rata-rata saturasi oksigen hidup pasien PPOK
mengetahui pengaruh penelitian adalah oksimetri dan lembar sebelum diberikan
pemberian fisioterapi pasien PPOK yang observasi. intervensi yaitu 93,
dada, batuk efektif, dirawat di RS Islam Proses pengumpulan sedangkan rata-rata sesudah
dan nebulizer terhadap Jakarta Cempaka Putih data dilakukan diberikan intervensi
peningkatan saturasi dan pengambilan selama 60 hari meningkat menjadi yaitu
oksigen dalam darah sampel secara berturut-turut. 97.
pada pasien PPOK di purposive sampling, Sebelum dilakukan Ada pengaruh fisioterapi
RS Islam Jakarta jumlah sampel dalam intervensi terlebih dada, batuk efektif dan
Cempaka Putih. penelitian ini sebanyak dahulu dilakukan nebulizer terhadap
29 responden. pengukuran saturasi peningkatan saturasi
Penelitian ini oksigen, kemudian oksigen sebelum dan
dilaksanakan di RS pemberian sesudah diberikan
Islam Jakarta Cempaka intervensi. Setelah intervensi.
Putih pada tanggal itu dilakukan
20April sampai dengan pengukuran berulang SARAN
20 Juni 2019. dengan 1. Rumah Sakit
menggunakan Agar pemberian
oksimetri. fisioterapi dada,
batuk efektif dan
terapi nebulizerdapat
diberikan secara
menyeluruh dan
dapat dijadikan
sebagai salah satu
tindakan atau
prosedur tetap yang
dapat dilakukan
perawat dalam
pemberian asuhan
keperawatan bagi
pendertia PPOK
yang mengalami
penurunan saturasi
oksigen.

2. Petugas Kesehatan
Perlunya pendidikan
atau pelatihan bagi
petugas kesehatan
lebih lanjut tentang
prosedur fisioterapi
dada, batuk efektif
dan terapi nebulizer
terkait dengan hasil
penelitian dimana
pemberian intervensi
fisioterapi dada,
batuk efektif dan
terapi nebulizer
mempengaruhi
peningkatan saturasi
oksigen menjadi
lebih baik

Anda mungkin juga menyukai