Anda di halaman 1dari 3

1.

Subjek PPh
Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak maupun bagian tahun pajak. Subjek pajak
penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak penghasilan dan disebut sebagai
Wajib Pajak (WP).
Status sebagai WP ini ditetapkan dengan cara yang bersangkutan mendaftarkan diri
terlebih dahulu ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Pendaftaran diri sebagai WP dilakukan di KPP tersebut harus
sesuai dengan wilayah domisili yang bersangkutan.

2. Jenis PPh
Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa jenis, di
antaranya:
 Orang Pribadi
Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Subjek PPh Orang Pribadi (OP) ini terdiri terdiri dari:


 Subjek PPh OP Dalam Negeri
Subjek PPh OP Dalam Negeri ini berlaku bagi yang telah menerima
atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP).

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besar PTKP yang ditetapkan sebesar:

 Rp15.84.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi


 Rp1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
 Rp15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam 8 ayat (1)
 Rp1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga

 Subjek PPh OP Luar Negeri


Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku bagi yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia maupun melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.

 Badan

Badan adalah subjek pajak yang merupakan orang dan/atau modal sebagai satu
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Badan bisa
berupa perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), perseroan lainnya, firma,
kongsi, koperasi, dan lainnya.
Subjek PPh Badan dalam negeri:

 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan dan memperoleh penghasilan


di Indonesia.
 semua perusahaan yang melakukan aktivitas usahanya di Indonesia.

Subjek PPh Badan luar negeri:

 badan yang tidak berkedudukan atau didirikan di Indonesia tetapi menjalankan


aktivitasnya dan memperoleh penghasilan di Indonesia.
 Contoh badan yang menjadi subjek pajak penghasilan luar negeri adalah
perusahaan A dari Singapura yang tidak memiliki kantor di Indonesia tetapi
perusahaan tersebut memiliki karyawan yang secara berkala datang ke
Indonesia untuk berjualan dan mendapatkan penghasilan.

 Badan Usaha Tetap (BUT)

Subjek PPh BUT adalah subjek pajak penghasilan yang perlakuan


perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak padan badan dalam negeri.

BUT ini merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh subjek pajak luar
negeri, baik orang pribadi maupun badan, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia.

BUT wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan NPWP.
Kemudian menyampaikan SPT sebagai sarana pelaporan besarnya pajak terutang
dalam satu tahun pajak.

3. Bukan Subjek Pajak Penghasilan 

Berikut ini merupakan contoh orang perorangan dan badan yang tidak termasuk subjek pajak
penghasilan:

1. Kantor kedutaan, konsulat jenderal atau lainnya yang merupakan perwakilan negara
asing.
2. Pejabat negara asing yang bertugas sebagai pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat.
3. Organisasi internasional yang ditetapkan melalui keputusan menteri keuangan.
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh menteri keuangan. 

4. Dasar Hukum Subjek Pajak Penghasilan

Pengaturan mengenai subjek pajak penghasilan dapat kita temukan dalam:

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.


 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Organisasi-Organisasi Internasional dan Pejabat-Pejabat Perwakilan Organisasi
Internasional yang Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan.
Pengurangan yang diperbolehkan dalam pajak penghasilan adalah :

1. Biaya jabatan merupakan biaya yang dibebankan kepada karyawan yang besarnya
5% dari penghasilan bruto atau maksimal Rp.6.000.000 pertahun atau Rp.500.000 per
bulan.
2. Iuran pensiun merupakan sebuah iuran yang terkait dengan gaji yang dibayarkan
oleh pegawai yang digunakan untuk dana pensiun.
3. Iuran Jaminan Hari Tua merupakan sebuah iuran yang terkait dengan gaji yang
sesuai dengan ketetapan dibayarkan untuk jaminan hari tua.
4. Biaya pensiun merupakan suatu biaya untuk mendapatkan pensiun disaat masa kerja
berakhir.

Pengurangan yang tidak diperbolehkan dalam pajak penghasilan adalah :

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan syarat tertentu
4. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan;
5. Pajak Penghasilan;
6. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
7. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
8. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai