Study of Institusional Museum
Study of Institusional Museum
2 Nopember 2015
Rohanda
Susanti Agustina
Departemen Ilmu Informasi & Perpustakaan
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
Program Studi Perpustakaan dan Informasi
Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Pendidikan Indonesia
r_rohanda@yahoo.co.id
susanti@upi.edu
Abstrak. Museum menjadi aset bernilai sejarah yang monumental dan sarat dengan misi
pendidikan dari generasi ke generasi. Museum pada umumnya menghadapi kendala dalam
pengelolaan dana. Pengelolaan dana terutama yang mendukung keberlanjutan
pemeliharaan, perbaikan, dan perawatan museum agar dapat melayani masyarakat lebih
baik dan profesional. Kendala tersebut pada dasarnya akan selalu terkait dengan
manajemen kelembagaan museum. Informasi yang diolah dalam karya ilmiah ini
merupakan hasil elaborasi dari studi literatur dan simpulan studi hasil penelitian terdahulu.
Artikel ilmiah ini membahas aspek kelembagaan museum meliputi pertama, profil
museum dari segi sarana prasarana, SDM, koleksi; kedua aspek legal formal nomenklatur
dan payung hukum; ketiga, aspek organisasi lembaga termasuk di dalamnya tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggung jawab lembaga penaung; keempat, pola koordinasi, kerjasama,
dan hubungan kelembagaan museum dengan instansi terkait; kelima, studi kasus
revitalisasi kegiatan permuseuman yang mengarah pada kebijakan pengelolaan
kelembahgaan museum yang profesional. Pembahasaan tentang manajemen kelembagaan
museum ini berguna, pertama bagi pengembangan wawasan keilmuan informasi dan
perpustakaan, khususnya kelembagaan informasi selain perpustakaan. Kedua, memberikan
gambaran mengenai tata kelola museum di instansi pemerintah. Ketiga, batasan lingkup
kajian baru sebatas manajemen kelembagaan museum di instansi pemerintah, sehingga
perlu adanya pengembangan kajian manajemen kelembagaan museum untuk tipe museum
lainnya, seperti museum yang dikelola swasta maupun pribadi.
Abstract. Museums are monumental historical assets and laden with educational mission
from generation to generation. Museums in general face constraints in fund management
especially to support the sustainability, repair, and maintenance of the museums in order
to serve the public better and professionally. These constraints will basically always be
associated with the museums' institutional management. The information processed in this
paper is an elaboration of literature study and conclusions of previous studies. This
scientific article discusses the institutional aspects of museums including first, the
museums' profile in terms of infrastructure, human resources, collection; second, the
formal legal aspects of nomenclature and legal protection; third, the institutions'
organizational aspects including tasks, functions, authority, and responsibilities of the
sheltering institutions; fourth, the pattern of coordination, cooperation and institutional
relations museum with other relevant institutions; and fifth, case studies of revitalization of
pada umumnya.
maupun teknis, hal ini diuraikan dalam
bagian mengenai UPT dan BLU.
Selain hal tersebut di atas, alasan lain Untuk Museum Listrik dan Energi Baru
mengapa museum migas gawitra perlu berdasarkan uraian dari Bagian Museum
menerapkan sistem pengelolaan dengan TMII masih belum jelas status payung
menggunakan BLU adalah sebagai hukum kelembagaan dan tata kelola-nya,
berikut: yang mana mengalami hal yang sama
dengan Museum Migas.
· Dapat dilakukan peningkatan
Profil Museum
pelayanan instansi pemerintah
Struktur Organisasi Museum Geologi
kepada masyarakat dalam rangka
disajikan sebagai berikut
memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan
bangsa;
· Instansi pemerintah dapat
memperoleh fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi dan produktivitas
dengan menerapkan praktik bisnis
yang sehat;
Gambar 2. Struktur Organisasi Museum Geologi
· Dapat dilakukan pengamanan atas
aset negara yang dikelola oleh Struktur organisasi tersebut tertuang
instansi terkait. dalam Keputusan Menteri Energi Dan
Sumber Daya Mineral Republik
Berikut adalah perbandingan definisi dan Indonesia Nomor 1725 Tahun 2002
tujuan antara Museum dan BLU. Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Museum Geologi. Dalam keputusan
menteri tersebut juga disebutkan
kedudukannya yaitu dalam pasal 1 angka dalam Pasal 1 yaitu; Pusat Peragaan Ilmu
1 yang berbunyi “Museum Geologi Pengetahuan dan Teknologi yang
merupakan unit Pelaksana Teknis di selanjutnya disebut PP-IPTEK adalah unit
lingkungan Badan Penelitian dan pelaksana teknis di bidang
Pengembangan Energi dan Sumber Daya pemasyarakatan dan pembudayaan ilmu
Mineral (sekarang Badan Geologi), pengetahuan dan teknologi yang berada di
Departemen Energi dan Sumber Daya bawah dan bertanggung jawab kepada
Mineral yang berada di bawah dan Deputi Bidang Pendayagunaan dan
bertanggungjawab langsung kepada Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
kepala Pusat Penelitian dan Teknologi, Kementerian Negara Riset dan
Pengembangan Geologi (sekarang Pusat Teknologi, dan PP-IPTEK dipimpin oleh
Survei Geologi)”, dan pasal 1 angka 2 seorang Direktur.
berbunyi “Museum Geologi dipimpin Kemudian dalam Pasal 4 disebutkan PP-
oleh seorang Kepala”. IPTEK terdiri dari :
a. Direktur;
b. Divisi Operasi;
c. Divisi Administrasi;
d. Satuan Pemeriksaan Intern.
Juga disebutkan dalam Pasal tersebut;
Susunan organisasi PP-IPTEK adalah unit
organisasi non eselon. Struktur organisasi
PP IPTEK dapat dilihat dalam Gambar
Gambar 3 Kedudukan Museum Geologi berikut.
Keterangan grafik:
1. M o n u m e n b e r s e j a r a h u n t u k
memperingati 100 tahun usaha
perminyakan di indonesia. Gagasannya
dicetuskan dalam konvensi IPA ke XIV
tahun 1985.
Gambar 5. Struktur Organisasi Kementerian Ristek.
Migas.
Ÿ Instansi lain terkait Migas namun
keuangannya di luar APBN yaitu BP
Migas
Museum Migas Gawitra menjadi
Museum non pemerintah bila berada di
bawah:
Ÿ Yayasan, baik yayasan yang sudah ada
(YPE) atau yayasan yang baru
dibentuk (misal Yayasan Gawitra)
Dari matriks tersebut terlihat Ÿ Pertamina
kelembagaan dan pengelolaan Museum Berdasarkan dari analisis dan uraian
Migas periode 2004-sekarang tidak lebih di atas, maka dapat diambil usulan untuk
baik dari periode sebelumnya, bahkan pengelolaan museum adalah sebagai unit
b i s a d i k a t a k a n m u n d u r, d e n g a n pelaksana teknis (UPT) dibawah
parameter: Sekretariat Ditjen Migas, Kementerian
Negara Energi Sumber Daya Mineral
Ÿ Status lembaga kurang jelas sehingga (ESDM), dan Museum GAWITRA
status personalia dan pendanaan belum dipimpin oleh seorang Direktur, mengacu
jelas serta pengembangan museum pada struktur organisasi PP IPTEK TMII.
menjadi terhambat
Ÿ Pengelolaan Pendanaan belum jelas Pola Koordinasi dan Kerjasama
Ÿ Status aset belum jelas A. Direktur;
Ÿ Kurangnya penambahan koleksi berkewajiban :
Ÿ Kurangnya program/kegiatan rutin · Menyiapkan rencana strategis
Dari hal di atas, maka permasalahan pengembangan Museum Migas;
utama dapat dikelompokkan sebagai · Menyiapkan Rencana
berikut: Pengembangan dan Anggaran
Ÿ Status kelembagaan museum, aset dan tahunan MUSEUM MIGAS;
personalia · Mengusulkan calon pejabat yang
Ÿ Pengelolaan museum (pendanaan, menduduki jabatan divisi dan sub
Koleksi dan Program) divisi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
Berdasarkan hasil analisa tersebut · Menyampaikan pertanggung
maka ada beberapa alternatif yang layak jawaban kinerja operasional dan
dan memungkinkan hubungan keuangan PPIPTEK.
kelembagaan Museum Migas Graha B. Divisi Operasi
Widya Patra (GAWITRA). Tata ruang Divisi Operasi mempunyai tugas
organisasi Museum Gawitra yaitu sebagai
melaksanakan perencanaan, monitoring
berikut:
dan
Museum Migas Gawitra tetap merupakan
evaluasi pengelolaan kegiatan di bidang
Museum pemerintah, di instansi
(berdasarkan urutan prioritas): peragaan, program, serta promosi dan
Ÿ Tetap di lingkungan Ditjen Migas
kerjasama.
(mencakup hulu dan hilir Migas) Fungsi :
Ÿ Dalam instansi lain terkait Migas di · Penyusunan rencana kegiatan
lingkungan ESDM tetapi di luar Migas, teknis operasional peragaan ilmu
yaitu antara lain Pusdiklat Migas, pengetahuan
Lemigas, dan Sekjen ESDM serta BPH · Dan teknologi, program, serta
ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping skala lokal, regional maupun nasional.
itu, museum merupakan wahana yang Gerakan Nasional Cinta Museum
memiliki peranan strategis terhadap mernjadi salah satu upaya penggalangan
penguatan identitas masyarakat termasuk kebersamaan antar pemangku
masyarakat sekitarnya. kepentingan dan pemilik kepentingan
Para ahli kebudayaan meletakkan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi
museum sebagai bagian dari pranata museum guna memperkuat apresiasi
sosial dan sebagai wahana untuk masyarakat terhadap nilai kesejarahan
memberikan gambaran dan mendidik dan budaya bangsa. Gerakan ini bertujuan
perkembangan alam dan budaya manusia untuk membenahi peran dan posisi
kepada komunitas dan publik. Tiga pilar museum yang difokuskan pada aspek
utama permuseuman di Indonesia yang internal maupun eksternal.
telah disinggung di awal, yaitu: 1) Aspek internal lebih kepada
mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) revitalisasi fungsi museum dalam rangka
kepribadian bangsa; 3) ketahanan penguatan pencitraan melalui pendekatan
nasional dan wawasan nusantara. Ketiga konsep manajemen yang terkait dengan
pilar tersebut merupakan landasan fisik dan non fisik. Aspek eksternal lebih
kegiatan operasional museum yang kepada konsep kemasan program yaitu
dibutuhkan di era globalisasi ini. menggunakan bentuk sosialisasi dan
Pada saat masyarakat mulai kampanye pada masyarakat sebagai
kehilangan orientasi akar budaya atau jati bagian dari stakeholder. Gerakan
dirinya, maka museum dapat Nasional Cinta Museum adalah upaya
memengaruhi dan memberi inspirasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
tentang hal-hal penting yang harus untuk mengembangkan museum-
diketahui dari masa lalu untuk menuju ke museum di Indonesia agar siap bersaing.
masa depan. Oleh karena itu untuk Adapun tujuan revitalisasi museum
menempatkan Museum Gawitra pada Gawitra adalah sebagai berikut:
posisi sebenarnya yang strategis, 1. Terjadinya peningkatan kesadaran
diperlukan gerakan bersama penguatan dan apresiasi masyarakat terhadap
pemahaman, apresiasi dan kepedulian nilai penting pengelolaan
akan identitas dan perkembangan budaya perminyakan dalam lingkup skala
bangsa yang harus terbangun pada tataran lokal, regional, nasional, dan
Direktorat Jenderal Migas dan instansi internasional.
terkait seperti BP Migas, BPH Migas, 2. Semakin kuatnya kepedulian dan
Lemigas, dsb) serta semua komponen peran serta pemangku kepentingan
masyarakat bangsa Indonesia baik dalam dalam pengembangan Museum
Kata museum berasal dari mouseion, yang Permuseuman (1977-1998) dapat dibuat
berarti kuil untuk sembilan Dewa Muses, ikhtisar singkatnya yaitu :
anak-anak Dewa Zeus , yang 1. M u s e u m s e b a g a i t e m p a t
melambangkan ilmu dan kesenian. Kata kumpulan barang aneh.
museum mulai banyak digunakan pada 2. Museum pernah digunakan
masa Renaissance, Sekitar abad ke-16 dan sebagai istilah kumpulan
ke-17. Kata museum dikaitkan dengan pengetahuan dalam bentuk karya
cara ilmiah, disamping bersenang- tulis pada zaman ensiklopedis.
senang. 3. Museum sebagai tempat koleksi
Menurut beberapa sumber mula- realis bagi lembaga atau
jadinya museum adalah diawali dari perkumpulan-perkumpulan
gedung penyimpanan khazanah ilmiah.
perbendaharaan kerajaan Kaisar Romawi 4. Museum dan Istana setelah
atau para Sultan di Timur Tengah. Ada revolusi Perancis dibuka untuk
juga yang menyebutkan bahwa museum umum dalam rangka
berawal dari kumpulan barang yang demokratisasi ilmu dan kesenian.
dibawa musafir, peneliti, Penyebar 5. Museum menjadi urusan yang
agama, pedagang dan pejabat kompeni perlu ditangani pembinaan,
dari Eropa. Sementara data lainnya p e n g a r a h a n d a n
menyatakan bahwa museum pada perkembangannya oleh
awalnya diartikan sebagai tempat pemerintah sebagai saran
kumpulan barang aneh. Pada masa itu pelaksanaan kebijakan politik di
dikenal penyajian yang pertama yang bidang kebudayaan.
disebut Curio cabinet. Benda-benda yang Dalam sejarahnya, museum
dipamerkan adalah koleksi-koleksi mengalami perubahan dalam hal fungsi
pribadi milik para pangeran, bangsawan, museumnya. Fungsi awal museum
pelindung dan pecinta seni budaya, serta sebagai gudang barang, tempat
pecinta ilmu pengetahuan. Museum pada penyimpanan benda warisan budaya yang
masa itu jarang dibuka dan bernilai luhur sebagai upaya
dipertontonkan kepada masyarakat pemeliharaan, pengawetan , penyajian
umum. “Museum akan dibuka dan atau pameran. Selanjutnya fungsi
diperlihatkan hanya kepada para sahabat museum berkembang meliputi fungsi
dekat atau kerabat atau orang lain yang pendidikan dalam rangka untuk
terpandang. Menurut Moh Amir Sutaarga, kepentingan umum. Walaupun terjadi
gambaran perkembangan museum, dan perubahan dan perluasan fungsi museum,
262 buah museum. Data terakhir yang ada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
pada Direktorat Museum (2008) jumlah 96/Pmk.06/2007. Revitalisasi museum
museum yang ada di Indonesia mencapai dan kegiatan Museum Migas sebagai
281 buah museum.Hingga 2016 ini sarana edukatif dan rekreatif dapat
tercatat ada 300 lebih museum di dilakukan bila status bentuk dan
Indonesia. kelembagaan serta aset jelas.
D a y a M i n e r a l N o . PERTAMINA.
1601.K/11/MEM/2003 tanggal 23 Keputusan Direktur Utama PERTAMINA
Desember 2003 tentang No. KPTS-180/C0000/89-B1
Pengelolaan Museum Migas Gawitra tanggai 20 Nopember 1989, tentang
TMII, struktur organisasi "Graha Widya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Patra".
tentang Minyak dan Gas Bumi Keputusan Direktur Utama PERTAMINA
Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 No. KPTS P-091/10211/90-B1
tentang Benda Cagar Budaya. tanggai 27 Pebruari 1990, tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun Pengangkatan Direktur "Graha
1993 tentang Pelaksanaan Widya Patra".
Undang-undang RI Nomor 5 Pidato Direktur Utama PERTAMINA
Tahun 1992. pada Pelantikan Pejabat, tanggal 28
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Pebruari 1990 (termasuk Direktur
1995 tentang Pemeliharaandan "Graha Widya Patra").
Pemanfaatan Benda Cagar Berita Acara No. 27/GWP/1990 tanggai
Budaya di Museum. 12 Maret 1990 tentang Penyerahan
Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pengelolaan "Graha Widya Patra"
P a r i w i s a t a N o m o r dari Direktur Jenderal Minyak dan
KM.33/PL.303/MKP/2004 tentang Gas Bumi selaku Koordinator
Museum. Pembangunan "Graha Widya Patra"
Berita Acara Serah Terima Asset "Graha kepada Direktur Utama
Widya Patra" dari Menteri PERTAMINA.
Pertambangan dan Energi kepada Surat Direktur Utama PERTAMINA
Yayasan Harapan Kita, tanggai 18 kepada DKPP No. 1049/C0000/90-
April 1989. S0 tanggai 16 Juli 1990 tentang
Pidato Sambutan Ketua Yayasan Harapan Permohonan persetujuan anggaran
Kita dan Menteri Pertambangan untuk pengelolaan "Graha Widya
dan Energi, pada Upacara Patra".
Peresmian "Graha Widya Patra", Surat DKPP kepada Direktur Utama
tanggai 20 April 1989. P E R T A M I N A N o .
Keputusan Menteri Pertambangan dan 84/E/DKPP/1990 tanggai 4 Agustus
Energi No. 1276K/00/M.PE/1989 1990, tentang Persetujuan atas
tanggai 4 Oktober 1989 tentang surat No. 1049/C000O/90-S0
Penyerahan Pengelolaan "Graha tanggai 16 Juli 1990 (tembusan
Widya Patra" kepada kepada BPKP)