Anda di halaman 1dari 5

Pada masa ini pengaruh budaya Cina sudah merusak pada kehidupan sosial budaya bangsa Vietam,

seperti nilai-nilai ajaran Konghucu, Taoisme, beriringan dengan itu juga berkembang kepercayaan Tam
Giao (Tiga Agama), yaitu perpaduan Taoisme, kepercayaan masyarakat Cina dan Animisme Vietnam.
Didominasi kerajaan utara mendorong munculnya kerajaan-kerajaan lokal seperti Dai Viet di Utara
Champa di selatan.

Kerajaan Champa mulai terbentuk tahun 192 dan berakhir pada tahun 1700an seiring dengan adanya
desakan dari kekuatan-kekuatan luar. Dimasa lalu, kerajaan tersebut telah menjalin hubungan erat
dengan kerajaan Sriwajaya dan Majapahit di Nusantara. Dimasa kerajaan Champa, pengaruh budaya
India deras masuk ke Vietnam, pengaruh budaya Budha dan Hindu serta kultur India mendominasi
kehidupan masyarakat, buktinya terluhat dari bangunan arsitektural dan kehidupan ritual masyarakat.
Pengaruh budaya India yang sampai ke Vienam ini juga sebagian dibawa melalui Nusantara.

Kerajaan Champa didirikan di Vietnam oleh orang-orang Cham yang secara etnis tidak mempunyai
hubungan orang-orang Vietnam. Ketika kerajaan Funan yang berada sebelah selatan Champa
dipengaruhi oleh China, kerajaan Champa selama 1600 tahun juga mendapatkan pengaruh dari China.
Akibatnya Champa harus mengimbangi kekuatan diantara kedua negara tetangganya dalam hal jumlah
penduduknya dan pola militer Vietnam di utara dan Khmer (Kamboja) di selatan

Seperti halnya funan, Champa menerapkan kekuatan perdagangan pelayaran laut yang berlaku hanya di
wilayah yang kecil, di pertengahan abad ke VIII adalah waktu yang kritis bagi Champa, seperti Kamboja
Champa harus bertahan atas sejumlah serangan dari Jawa, tetapi serangan dari Jawa tidak begitu lama
berakhir pada awal abad ke-IX karena adanya serangan-serangan yang dilakukan oleh Champa.

Pada masa Hariwarman I Champa melakukan penyerangan-penyerangan terhadap provinsi Cina sebelah
utara dengan kemenangan yang diperoleh Cina. Tidah hanya itu, Champa juga melakukan penyerangan
terhadap Kamboja dibawah pimpinan Jayawarman II, Jayawarman adalah pendiri kerajaan Angkor.
Serangan tersebut kemudian dibalas oleh Indrawarman II. Dibawah pimpinan Indrawarman II(854-893),
didirikannya ibukota Indrapura di provinsi Quang Nam. Ia memperbaiki hubungan dengan Cina,
pemerintahannya merupakan pemerintahan yang damai.

Indrawarman II mendirikan enam dinasti dalam sejarah Champa. Raja-rajanya lebih aktif daripada yang
sebelumnya dalam perhatiannya terhadap negeri itu. Mereka tidak hanya mendirikan tempat suci baru,
tetapi mereka juga menjaga dan melindungi bangunan-bangunan keagamaan tersebut dari para
perampok dan memperbaikinya jika terjadi kerusakan.

Pemerintahan pengganti Indrawarman, Jayasimhawarman I, hubungan dengan Jawa menjadi erat dan
bersahabat. Keluarga permaisurinya berziarah ke Jawa dan kembali dengan memegang jabatan tertinggi
dengan sejumlah Raja dibawahnya. Hubungan ini menjelaskan pengaruh Jawa pada kesenian Champa.

Selama abad X banyak terjadi peristiwa penting di Champa. Tahun 907 dinasti T'ang jatuh di Cina dan
orang Annam mengambil momentum itu untuk maju dan mendirikan kerajaan Dai-co-viet (Annam dan
Tong-King) pada 939. Perubahan ini mulanya berpengaruh sedikit pada Champa, tetapi kemudian timbul
keributan antara Champa dengan kerajaan-kerajaan baru itu. Kemudian Champa dikuasai dan mulai
mencari pengakuan dari Cina. Tahun 988 terjadi pembalasan dari Champa dibawah pemerintahan raja
Vijaya, setelah terjad perdamaian singkat, ia mendapat pengakuan dari Cina dan memperbaiki ibukota
Indrapura.

Abad ke XI merupakan masa kehancuran Champa. Champa kehilangan provinsi dikarenakan direbut oleh
Annam. Mereka mengirim misi ke Cina secara berturut-turut. Pada 1030 bersekutu dengan
Suryawarman I di Angkor. Annam melakukan serangan besar-besaran terhadap Champa sehingga
Champa mengalami kehancuran.

Dinasti VIII didirikan oleh seorang pemimpin dengan gelar Paramesrawaman I dan menghidupkan
kembali kerajaannya, ia menekan pemberontakan disebelah selatan dan mengembangkan hubungan
baik dengan Annam dan Cina dengan mengirim misi-misi. Seorang pangeran bernama Thang mendirikan
dinasti IX dan beliau mengambil gelar Hariwarman IV dengan memperlihatkan kekuasaannya dan
memperbaiki kerusakan yang disebabkan penyerangan dan memangkitkan kesejahteraan negerinya.

Politik Hariwarman IV memelihara hubungan baik dengan Annam. Kemudian sejak itu timbul keraguan
hingga ia memutuskan untuk bekerjasama dengan Cina dan merencanakan penyerangan terhadap
kerajaan Annam. Ketika ia mendapati kegagalan maka ia bertanggungjawab melindungi dari kemarahan
dengan orang Annam, dan tawaran perdamainan secara teratur.

Sedangkan kerajaan Khmer mulai menyerang Champa yang bagian utaranya telah berhasil dikuasai dan
bagian selatannya adalah Panduranga, seorang raja baru, Jaya Hariwarman I bangkit pada tahun 1147.
Setelah mendesak pasukan Khmer, kemudian terus menyerang dan mengembalikan Wijaya dan
menyatukan kerajaan.

Jaya Hariwarman mengalami kesulitan yang belum teratasi, hingga pada tahun 1155 panduranga
memberontak, tapi dapat diatasi dengan membayar upeti dengan teratur, kerusakan yang terjadi ia
perbaiki dengan membangun candi-candi baru, serta mengirim utusan ke Cina. Kekuasaan Hariwarman I
digantikan oleh seorang ovontutir yang bernama Jaya Indrawarman IV kemauannya adalah membalas
dendam dengan menyerang Kamboja yang telah menyerang Champa oleh Suryawarman, namun gagal
namun setelah mempersiapkan begitu lama Jaya Warman VII pendiri Angkor Thom, melakukan serangan
terhada Champa, sekali lagi Champa jatuh ketangan Kamboja. Surya warman memutuskan untuk
bersekutu dengan Kamboja.

Khmer menyerang Champa lagi, Champa dikuasai Khmer selama 17 tahun. Kemenangan Mongol di Cina
dianggap sebagai penyebab berhentinya perang antara Annam dan Champa, masalahnya sampai pada
puncaknya yaitu ketika tahun 1281 ketika kesabaran Kublai Khan telah habis dan beliau mengirim
marsekal "Sogatu" untuk mendesak pemerintahan Mongol di negeri itu.
Islam masuk ke Vietnam sejak kekhalifahan Utsman bin Affan. Dikisahkan, kekhalifahan ini mengirim
utusan resminya pertama kali ke Vietnam dan Cina (Dinasti Tang) pada tahun 650 M. Ada pula yang
mengisahkan bahwa Islam sampai ke negara yang beribu kota di Hanoi itu karena dibawa oleh pedagang
Muslim dari Arab, India, Persia, ataupun Asia Tenggara, terutama Malaysia pada sekitar abad ke-10.

Para pedagang tersebut akan berhenti untuk beristirahat dan berdagang di Vietnam yang saat itu masih
dikuasai Kerajaan Champa sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Cina. Masyarakat dari kerajaan
itu sering disebut sebagai orang-orang Cham.

Jumlah penganut Islam meningkat ketika sultan Malaka memperluas kekuasannya pada 1471 setelah
Kerajaan Champa hancur. Namun, Islam tidak menyebar luas di antara penduduk Vietnam sampai
pertengahan abad ke-17. Pada pertengahan abad ke-19, banyak Muslim Champa di Vietnam yang ber-
imigrasi ke Kamboja dan menetap di wilayah delta Sungai Mekong.

Pada abad ke-20, Malaysia memberikan pengaruh yang besar kepada Muslim Vietnam. Literatur
keagamaan semakin banyak yang diimpor dari Malaysia. Bahkan, sejumlah ulama didatangkan dari
Malaysia. Mereka memberikan khotbah di masjid-masjid dengan bahasa Melayu. Pada saat yang sama,
semakin banyak pula warga Muslim Vietnam yang pergi ke Malaysia untuk belajar Islam.

Setelah berdirinya Republik Sosialis Vietnam pada 1976, sejumlah 55.000 Muslim Vietnam berimigrasi ke
Malaysia. Sebanyak 1.750 Muslim mereka diterima sebagai imigran oleh Pemerintah Yaman dan tinggal
di Ta'izz.

Namun, masih ada sejumlah Muslim yang tetap tinggal di Vietnam meski mereka berada dalam tekanan.
Seperti dilaporkan para penulis pada masa itu, sejumlah masjid ditutup oleh pemerintah sosialis. Pada
1985, komunitas Muslim Vietnam, khususnya di Ho Chi Minh City, mulai terdiversifikasi. Mereka tidak
hanya orang asli Vietnam.

Islam dan Kerajaan Champa-Vietnam

Sebelumnya, masyarakat Cham merupakan penganut agama Hindu dan telah menguasai bagian tengah
dan bagian selatan Vietnam selama kurun waktu ratusan tahun. Seiring berjalannya waktu, mereka
memeluk agama Islam. Kerajaan Islam Champa yang menjadi Negara Islam pertama di Asia Tenggara.
Pada awal kemunculan Islam, makanan halal sangat sulit ditemukan di Vietnam.

Kedatangan Islam di Champa dibuktikan dengan adanya dua buah prasasti kufi yang ditemukan di
Phanrng (panduranga). Prasari tersebut bertarikh 1039 , dan yang satunya bertarikh 1035-1039 M, yang
membuktikan bahwa orang Islam telah datang dn menetap di Champa sejak pertengahan abad ke-10.
Dalam cerita tersebut disebutkan bahwa telah ada hubungan antara Chanpa dengan Islam sekitar
tahun1000-1036 M. raja Champa pergi ke Makkah selama kurang lebih 37 tahun dan kembali lagi ke
Champa.

Dari kedua prasasti kufi tersebut diatas, keduanya ditulis oleh dan berasal dari Syi'ah penulisnya adalah
orang parsi (Islam parsi), salah satunya ditulis oleh Abu Kamil, yang mempunyai tujuan yang sama
dengan orang Persia dan Iraq datang ke Champa diduga untuk mencari kekayaan. Islam dikawasan
Panduranga menyebut dirinya Cham Bani ini memahami bahasa Arab "Bani" artinya anak atau
keturunan, kebanyakan para pegawai bani memahami bahasa Arab dan memiliki salinan Al-Qur'an.

Islam masuk dan berkembangnya di Vietnam, khususnya Islam pada tahap awal tidak bisa dilepaskan
dari kehadiran kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di Vietnam diawali dengan uraian sejarah
keberadaan Champa Kuno dan Etnis Champa.

Campa, menurut literatur Cina dari negeri bernama Lin-Yi (yang muncul pada 192 M), terletak dibagian
tengah negeri Vietnam sekarang, antara Gate Of Annam (Hoanh Son) di uatara dan sungai Donnai
selatan. Penduduk Lin-Yi berkata dalam bahasa Cham dari rumpun Austronesia. Sejak awal Lin-Yi negeri
yang takluk pada china dan membayar upeti kepada China. Nama "Campa" disebut dan dipakai pertama
kali dalam dua buah inskkripsi bahasa sansekerta, satunya bertarikh 658 M yang ditemukan bagian
tengah Vietnam. Dan satu lagi ditemukan pada 668 M di kamboja.

Abad VIII merupakan puncak kerajaan Champa, yang ditandai dengan kekuasaan wilayahnya daan
kemajuan peradabannya. Pada masa ini, Campa merupakan sebuah kerajaan persekutuan yang terdiri
dari kerajaan negeri : Indrapura, Amarawati, Vijaya, Kauthara dan Pandurangan yang masing-masing
mempunyai pemerintah yang otonom dengan ibu negara Indrapura (Quang Nam sekarang). Kerajaan
Champa mempunyai hubungan dengan kerajaan-kerajaan tetangganya, dengan China dan Vietnam
diuatara, Kamboja dibarat, dan Nusantara di selatan. Contoh secara teratur mengirim utusan-utusan dan
mengadakan hubungan ekonomi dan keagamaan dengan China.

Ajaran agama yang dianut masyarakat Campa pada abad VIII dan IX adalah buddha mahayana, yang
merambah Champa melalui sami (Pendeta Buddha) yang datang dari Cina. Adapun relasinya dengan
nusantara bermula ketika terjadi perompakan besar-besaran oleh orang Jawa penghujung abad VIII.
Hubungan terjalin menjadi lebih baik dalm bentuk hubungan perdagangan dan persahabatan.

Pada abad IX, terjadi peralihan orientasi Champa dari China. Mulai jaman ini kebudayaan Campa
termasuk sistem sosial keagamaan dan lain sebagainya, dipengaruhi oleh budaya India dan agama Hindu
dan Budha. Pada 939 M, muncul kekuatan baru di wilayah ini, yakni Dai Viet (kemudian menjadi
Vietnam). Mulai sejak itu terjadi peperangan yang berkepanjangan antara Vietnam dan Campa. Pada
982 M, Vietnam berhasil menghancurkan ibu kota Indrapuraraja Champa memindahkannya jauh ke
selatan, yakni ke Vijaya (Binh Dinh sekarang).

Namun pada 1044, Dai Viet (Vietnam) bahkan berhasil menduduki kota Vijaya dan membunuh rajanya.
Berbagai usaha pernah dilakukan raja-raja Champa untuk membalas dendam dan menyerang Vietnam
yang semakin dapat memperbesar wilayahnya. Suatu kali kerajaan Campa pernah kembali pada masa
kejayaannya, meski hanya dalam waktu yang singkat, yaitu ketika diperintah oleh Che Bong Nga (1360-
1390), dialah yang berhasil dalam usaha mengembalikan wilayah yang dirampas Vietnam dan dalam
memerintah dengan cukup adil serta berjaya memerangi para perampok.

Pada 1471, Raja Vietnam Le Thanh Tong menyerang Champa secara besar-besaran, dan menghancurkan
Vijaya, membunuh lebih 40.000 penduduk, mengusir lebih dari 30.000 lainnya dari bumi Champa,
bahkan lebih jauh lagi dia telah menghancurkan sisa-sisa kebudayaan Champa yang dipengaruhi
Hindu/Buddha dan kemudian menggantikannya dengan kebudayaan China/Vietnam. Dengan
kemenangan Le Thanh Tong 1471 itu, tamatlah riwayat kerajaan Champa belahan utara, khususnya
Indrapura, Amarawati, Vijaya.

Selanjutnya yang bertahan adalah sisa-sisa kerajaan Champa belahan selatan, yaitu Kauthara dan
Panduranga, yang diperintahi oleh Bo Tri Tri dan pengganti-penggantinya. Kerajaan Champa mulai
menerima kebudayaan melayu serta Islam yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara,
dan juga meningkatkan hubungan dengan negeri-negeri di Melayu dan Nusantara. Bahkan dikabarkan
bahwa raja Champa yang bernama Po Klau Halu (1579-1603) sudah memeluk Islam dan pernah
mengirim tentaranya untuk membantu Sultan Johor di Semenanjung Malaka untuk berperang
menentang Portugis pada 1511.

Bagaimanapun raja Ngunyen dari Vietnam menaklukan Khautara (1659) dan Panduranga (1697).
Akibatnya, raja Pandurangan terakhir, Po Chei Brei terpaksa mengungsi meninggalkan negereinya
bersama ribuan pengikutnya menuju Rong Damrei di Kamboja. Pada 1832 penguasa Vietnam Minh
Menh melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap sisa-sisa terakhir penduduk Champa
Panduranga, dan merampas seluruh sawah ladang mereka serta memasukkan wilayah Pandurangan
menjadi bagian Vietnam. Hal ini menandai lenyapnya sisa-sisa kerajaan Champa terakhir dari peta bumi
untuk selamanya, walaupun kebudayaan dan etnis Champa tetap berlanjut dipengungsian yakni
Kamboja.

Seperti telah diuraikan sebelumnya banyak orang Champa yang meninggalkan tanah airnya karena
desakan Nan Tien atau pergerakan orang-orang Vietnam ke selatan. Untuk menyelamatkan diri mereka
Hijrah ke Kamboja. Di Kamboja mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari Nusantara.
Akulturasi budaya yang terjadi karena persamaan agama dan rumpun bahasa Austronesia tersebut
membentuk sebuah komunitas masyarakat baru yang di sebut Melayu-Campa atau Java-Campa.

Anda mungkin juga menyukai