Anda di halaman 1dari 17

ELEMEN MESIN 1

NAMA : Dodi A. Sonbaifeto


NIM : 1906020017
SEMESTER : IV
BAB 1
TEGANGAN
A. Pengertian Tegangan
Ketika beberapa gaya luar bekerja pada suatu elemen mesin maka pada saat yang
sama akan timbul gaya-gaya dari dalam elemen mesin untuk menahan gaya-gaya
luar tesebut. Gaya-gaya dalam dari tiap unit luasan dari elemen inilah yang dikenal
sebagai unit tegangan atau tegangan sederhana. Secara matematis dapat ditulis :

𝑃
σ=
𝐴

dimana :

σ = Tegangan (kg/cm2)
P = Gaya atau beban yang bekerja pada elemen mesin (kg).
A = Unit luasan dari elemen mesin.

Dalam sistem MKS satuan tegangan : Kg/cm2 dan dalam Sistem Internasional
(SI) satuan tegangan : N/mm2 atau N/cm2.
B. Tegangan pada sebuah titik
Gambar berikut menunjukkan suatu elemen tegangan berdimensi tiga, yang
menunjukkan tegangan normal σx, σy, dan σz, semuanya bersifat positif dan
tegangan geser Ʈxy, Ʈyx, Ʈyz, Ʈzy,Ʈzx dan Ʈxz. Elemen tersebut berada dalam
kesetimbangan statis, sehingga :
Ʈxy = Ʈyx ; Ʈyz = Ʈzy ; Ʈzx = Ʈxz

Tegangan normal yang arahnya keluar adalah tegangan tarik yang dinyatakan positif
jika arahnya keluar adalah tegangan tarik yang dinyatakan positifjika arahnya positif
menurut sistem koordinat tersebut. Dalam hal ini menurut kesepakatan bersama
misalnya arah sumbu X ke kanan adalah positif dan seterusnya.
C. Tegangan normal disebabkan gaya aksial

Gaya aksial P yang bekerja tegak lurus terhadap penampang A, akan menimbulkan
Tegangan normal (σn) di setiap titik dari penampang
σn = P/A
1
• misalnya pada sebuah poros, maka luas penampang A = 4 𝜋𝑑𝑠 2
D. Tegangan normal berasal dari momen lentur
Momen lentur sebuah poros inersia utama Mb menimbulkan tegangan lentur σb sebesar :
𝑴𝒃
𝝈 = 𝑾𝒃

dimana:
Mb = momen lentur (Nmm)
Wb = momen tahanan lentur (mm3)
Jika momen yang terjadi dalam arah X maka dinotasikan dengan X, demikian pula jika
dalam arah Y maka dinotasikan dengan Y, dimana Wb = I/e (I = momenInersia, mm4 dan
e = jarak eksentris terhadap sumbu, mm )

E. Tegangan geser dari gaya lintang

Gaya lintang Q yang bekerja pada berbagai macam penampang dengan luasan A, akan
menimbulkan tegangan geser langsung sebesar :
𝑸
𝝉𝒔 = 𝑨
F. Tegangan geser dari momen torsi

• Sebuah batang bulat yang menerima momen disebut batang punter atau batang torsi.
Akibat momen ini maka pada bagian mesin tersebut memuntir membentuk sudut θ
yang disebut sudut puntir .yang besarnya adalah :

𝑳
𝑸 = 𝑴𝒕. 𝑮 . 𝑰𝒑

• Dimana :
• θ = sudut puntir (rad)
• Mt = momen torsi (N.mm)
• L = panjang batang puntir (mm)
• G = modulus geser (N/mm2)
• Ip = momen tahanan polar (mm4)
Untuk batang-batang pejal, tegangan geser puntir di titik pusat adalah nol dan
maksimum dipermukaan batang, maka dapat ditulis :

𝜏𝑡=𝑀𝑡.𝑟 atau 𝜏𝑡= 𝑀𝑡


𝐼𝑝 𝑊𝑡

dimana :

𝜏𝑡 = tegangan geser puntir (N/mm2)

𝑊𝑡 = momen tahanan puntir (mm3)

G. Resultante tegangan geser

Kekuatan bahan biasanya dihitung dari pembebanan satu poros. Namun sering kali
dalam praktek terjadi pembebanan dua poros atau kombinasi pembebanan misalnya
keadaan ketegangan dimana sebuah poros dibebani beban lentur dan beban puntir

𝜎𝑡𝑜𝑡 = 𝜎𝑏 2 + 3𝜏𝑡 2
H. Tegangan yang diijinkan dan faktor keamanan

Sebagai kriteria diterapkan :

-. Tegangan nominal ≤ tegangan yang diijinkan

-. Tegangan yang diijinkan (σzul)

𝐾
𝜎𝑧𝑢𝑙 = 𝑥𝐶𝐵
𝑆

dimana :

K = Karakteristik bahan

S = Faktor keamanan

CB = faktor pemakaian
BAB 2
SAMBUNGAN LAS

• Berbagai macam kampuh di bagi berdasarkan bentuk sambunganya itu dan posisi
menyambung potongan-potongan.

1. Sambungan temu (butt joint)


Digunakan untuk pelat dan penumpu yang tidak terputus-putus. Kampuh temu
lebih kuat menahan beban statis dan dinamis.

2. Sambungan-T (T-joint)
Bagian yang disambung berbentuk T kekuatannya lebih rendah dari pada
kampuh temu.
SAMBUNGAN LAS

3. Sambunngan sudut (corner joint)


Sambungan terjadi pada bagian sudut yang disambung. Kalah kuat dari
sambungan-T.

4. Sambungan tumpang (lap joint)


Pelat yang disambung saling menumpang satu sama lainnya, dan sambungan
terjadi pada kedua ujung atau salah satu ujung dari pelat yang saling menumpang
tersebut. Ada dua tipe sambugan tumpang, yaitu ; Sambungan melintang (single
transverse and double transverse) dan Sambungan memanjang (parallel fillet joint).
PERHITUNGAN KEKUATAN LAS

Yang di maksud dengan kekuatan las adalah tegangan normal dari


kampuh las yang dihitung menurut tipe pembebanan (tarik, tekan, geser
dan lentur), yang terjadi pada penampang terkecil dari sambungan. Jadi
penampang kampuh terkecil ini harus dapat menahan gaya yang
bekerja.
PERHITUNGAN KEKUATAN LAS

A. Kekuatan las untuk sambungan melintang (transverse fillet joint)


Luas menampang kampuh terkecil adalah : A=S/√2 x I
• Jika gaya normal yang bekerja pada sambungan adalah P maka tegangan normal
pada penampang terkecil kampuh adalah : σt = P/A = √2.P/(S/I)
• Persamaan di atas untuk single transverse fillet joint, Sedangkan untuk double
transverse fillet joint yaitu : σt = P/A = P /(√2.S.I)
PERHITUNGAN KEKUATAN LAS

B. Kekuatan las untuk sambungan memanjang (parallel fillet joint)


Desain sambungan ini akan mendapat tegangan geser sebagai akibat dari gaya geser
Ps yang bekerja pada penampang terkecil A. Besarnya kekuatan las adalah:
• Untuk single parallel fillet joint : Ʈs = P/A = √2.P/s.I
• Untuk double parallel fillet joint : Ʈs = P/A = P/√2.s.I
Keterangan :
S = tebal pelat = tebal kampuhl as (mm)
I = panjang pengelasan (mm)
PERHITUNGAN KEKUATAN LAS

C. Kekuatan las untuk sambungan temu (butt joint)


Desain sambungan ini akan mendapat beban Tarik atau tekan. Tebal kampuh las sama
dengan tebal las (a=s). Misalnya untuk sebuah sambungan–V, Kekuatan las dari
sambungan temu adalah : σt = P/A = P/S.I

D. Kekuatan las untuk sambungan–T (T–joint)


• Tegangan gesera kibat gaya geser : Ʈ1= P/O, 7A
Dimana : A= 2.a.1

• Tegangan geser akibat momen banding : Ʈ2 = PH/0, 7W


Dimana : W= 2.a.1²/6 = A.1/6
PERHITUNGAN KEKUATAN LAS

• Tegangan total : Ʈs = √Ʈ²1+Ʈ²2


• Bila pada sambungan tersebut bekerja gaya P dan momen M, maka akan
menimbulkan tegangan geser sebesar : Ʈs = M/0,7W + P/0,7A
• Untuk sambungan T dengan elemen berbentuk silinder dan bekerja moment
punter Mt pada silinder, maka akan menimbulkan tegangan geser sebesar : Ʈs =
2Mt/0,7.ᴨ.a.d²
Dimana :
Mt = momen punter
a = tebal kampuh las
b = diameter silinder
PERHITUNGAN KEKUATAN LAS
SS catatan :semua perhitungan kekuatan di atas harus terhadap pembebanan yang
terjadi, secara matematis dapat ditulis :

σt ≤ │σt│ dan Ʈs ≤ │Ʈs│

keterangan :
│σt│ = tegangan tarik atau tekan yang diijinkan (N/mm)
σt = tegangan tarik atau tekan (N/mm)
Ʈs = tegangan geser yang terjadi (N/mm)
│Ʈs│ = tegangan geser yang diijinkan (N/mm

Anda mungkin juga menyukai