Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MEWARNAI”

DI DESA POTORONO BANGUNTAPAN BANTUL


PADA SAAT PANDEMI COVID19

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh:

Febri Ismail 24201461


Husna Karimah 24201462
Anita Yustika 24201463
Putri Anja Lestari 24201464
Siti Nur Hidayah 24201465

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBALYOGYAKARTA
2021
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN TERAPI BERMAIN
“MEWARNAI’’

Topik : Terapi Bermain

Sub Topik : Mewarnai

Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Stikes Surya Global Yogyakarta

1. Febri Ismail

2. Husna Karimah

3. Anita Yustika

4. Putri Anja Lestari

5. Siti Nur Hidayah

Sasaran : Anak

Hari/Tanggal : Kamis, 04 Maret 2021

Waktu : 30 menit

Tempat : Desa Potorono Banguntapan Bantul


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 2 Maret 2020, kasus pertama covid-19 terdeteksi di Indonesia,
pertanggal 2 Maret 2021, ada 1,35 juta kasus dan 36.518 kematian dilaporkan terjadi di 34
Provinsi (JHU CSSE Covid-19 data). Indonesia dan banyak negara lainnya menerapkan
pembatasan interaksi fisik untuk mengatasi pandemi covid-19. Salah satu dari banyak
upaya pemerintah untuk mengurangi penyebaran covid-19 ini yaitu melaksanakan
kebijakan untuk meliburkan seluruh aktivitas pendidikan dan menerapkan alternatif proses
pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa secara daring. Dari upaya-upaya yang
diterapkan untuk mengurangi penularan covid19 menimbulkan dampak yang signifikan di
berbagai sektor, salah satunya sektor ekonomi, kegiatan sehari-hari dan seluruh aspek
kehidupan anak.
Selama masa pandemi yang mengharuskan untuk terus menerus berada di rumah saja,
hal ini tentu akan menimbulkan rasa bosan dan stress pada orang tua, terlebih anak. Oleh
karena itu, orang tua harus mengerti bagaimana cara agar anak tidak bosan dan jenuh
selama berada di rumah. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah dengan memenuhi
kebutuhan psikososial anak.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan psikososial anak adalah
dengan memberikan terapi bermain sesuai dengan usianya. Karena aktivitas bermain
merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi
sakit atau sehat, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat pandemi seperti ini, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, karena mereka harus menjaga jarak sehingga
tidak bertemu dengan teman-temannya yang biasanya bisa bermain bersama. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari kondisi saat ini yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungannya. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan anak akan dapat mengalihkan stess pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain itu sendiri pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain (Wong, 2013).
Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik.
Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik,
ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan.
Dengan memperhatikan masalah diatas dan khususnya pada masa pandemi maka perlu
adanya program terapi bermain di rumah khususnya. Oleh karena itu, kelompok kami
tertarik untuk memberikan terapi bermain pada anak usia pra sekolah yang berada di
rumah karena masa pandemi ini. Hal ini diharapkan agar dapat mengurangi efek tekanan
dan kebosanan yang dirasakan anak selama berada di rumah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Definisi Bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
1. Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik
yang ada dalam dirinya yang awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang
mengalami konfik.
2. Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang anak secara sungguh- sungguh sesuai dengan keinginannya
sendiri / tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan dimana dimaksudkan
semata hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.
3. Dengan bermain seorang anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi,
serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih
efektif terhadap berbagai sumber stress.
4. Bermain dapat membuat anak mengungkapkan isi hati melalui kata- kata, anak
belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu,
ruang dan orang.
B. Tujuan Bermain Mewarnai
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
C. Fungsi Bermain Mewarnai
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak
usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik
baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih
diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian
bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan
hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami
bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya.
Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian,
anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan
aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya,
merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya (Adriana, 2011).
Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah,
permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai
moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
D. Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan
yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh
dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan
didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
c. Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temanny
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya.
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau musik
c. Menonton televisi
d. Dll
(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
Selain beberapa alternatif cara di atas, salah satu terapi yang bisa dilakukan
oleh keluarga, terutama orang tua ketika di rumah yakni Filial Teraphy, karena saat
ini banyak keluarga yang telah kehilangan fungsinya sebagai keluarga, dikarenakan
kurangnya kehangatan dan keharmonisan di dalam keluarga. Orang tua sibuk dengan
pekerjaan dan urusannya sendiri, sedangkan anak hanya diberikan gadget untuk
menemani mereka sepanjang hari dan menghindari agar anak tidak rewel dan marah.
Seharusnya di dalam keluarga sangat penting akan adanya interaksi yang
menunjukkan kedekatan emosional, kepedulian dan kasih sayang dari orang tua
kepada anak maupun sebaliknya, agar anak merasa dikasihi dan disayangi oleh
orang tua. Salah satu hal sederhana yang bisa dilakukan orang tua untuk menjalin
hubungan yang baik adalah dengan masuk ke dalam dunia anak. Misalnya dengan
bermain bersama anak, hal ini terkesan sederhana, akan tetapi banyak orang tua yang
masih sulit menerapkannya (Rohayani, 2020).
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah :
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Menebak gambar.
e. Manik-manik ukuran besar.
f. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
g. Bola.
4. Usia 37 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, alat mewarnai, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan.
Setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan dalam permainan. Anak
umur 3 tahun alat permainannya berbeda dengan anak yang berumur 5 tahun.
b. Status kesehatan.
Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif terganggu. Sehingga
ada saat-saat anak sangat ambisius pada permaiannya dan ada saat-saat dimana anak
sama sekali tidak punya keinginan untuk bermain.
c. Jenis kelamin.
Pada saat usia sekolah biasanya anak laki laki enggan bermain dengan anak
perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas tersendiri, dimana anak
wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki. Tipe dan
alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka main bola, pada anak
perempuan suka main boneka.
d. Lingkungan.
Lokasi dimana anak berbeda sangat mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-
kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan, paling paling mereka
bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk
bermain, berbeda dengan didesa yang masih banyak terdapat tanahtanah kosong.
e. Alat permainan yang cocok.
Disesuaikan dengan tahap perkembangannya sehingga anak menjadi senang untuk
menggunakannya.
(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
H. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan.
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
(Adriana, 2011)
J. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
2. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.
K. Antisipasi hambatan
1. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
2. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
3. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
4. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya
BAB III
TERAPI BERMAIN MEWARNAI
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan kebosanan dan
stres pada anak di rumah saat masa pandemi covid-19.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit, anak dapat:
a. Menyalurkan energi anak
b.Mengembangkan kreativitas anak
c. Meningkatkan motivasi anak
d.Meningkatkan kognitif anak
B. Karakteristik peserta
Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria Inklusi :
1. Anak berusia 5 tahun (Usia Pra Sekolah).
2. Anak berada di rumah yang bertempat di desa Potorono Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta.
3. Keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis.
4. Anak kooperatif.
Kriteria Eksklusi :
1. Anak menolak mengikuti permainan.
2. Anak mengalami gangguan kesehatan yang mengharuskan beristirahat.
C. Media
1. Kertas kosong berisi gambar-gambar yang belum diwarnai.
2. Pensil warna
3. Link Google Meet
4. PPT Gambar-gambar yang menarik
D. KEGIATAN BERMAIN
Permainan yang kita lakukan adalah mewarnai. Karena dalam konsisi pandemi, maka
proses kegiatan kita lakukan kegiatan dengan daring dan dibantu dengan pendampingan
orang tua. Kami perwakilan satu orang ke rumah orang tua anak untuk memberika media
bermain mewarnai berupa kertas yang sudah berisi sketsa gambar dan pensil warna satu
hari sebelumnya. Di hari berikutnya anak diberikan kertas gambar dan pensil warna oleh
orang tuanya. Kemudian sebelum kegiatan bermain dimulai, fasilitator akan membuat
sebuah link untuk pertemuan online. Orang tua join kedalam link pertemuan yang sudah
diberikan untuk mendampingi anaknya. leader memimpin jalannya permaianan dengan
mengintruksikan kepada anak untuk mewarnai gambar yang sudah tersedia, sesuai
dengan apa yang diinginkan atau sesuai dengan yang diberikan contoh yang ditampilkan
melalui Google Meet. Co leader, fasilitator, observer melakukan tugas masing- masing.
E. PENGORGANISASIAN
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer dengan
susunan sebagai berikut:
1. Leader : Siti Nur Hidayah
2. Co-Leader : Anita Yustika
3. Observer : Husna Karimah
4. Fasilitator :
a. Febri Ismail
b. Putri Anja Lestari
F. PEMBAGIAN TUGAS
1. Leader, tugasnya:
a) Membuka acara permainan
b) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
c) Mengarahkan permainan.
d) Memandu proses permainan.
2. Co Leader, tugasnya :
a) Membantu leader mengatur jalannya permainan
b) Membantu memberi motivasi pada peserta bersama dengan leader
c) Bersama dengan leader memandu dan mengarahkan proses bermain
3. Fasilitator, tugasnya:
a) Membuat link Google meet untuk pertemuan online
b) Sebagai moderator ketika mempersiapkan PPT dengan gambar-gambar yang
menarik
c) Memperhatikan respon anak saat bermain.
4. Observer, tugasnya:
a) Mengawasi jalannya permainan.
b) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan.
c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan.
G. SETING TEMPAT
Keterangan: : Leader
: Co-Leader
: Fasilitator 1
: Fasilitator 2
: Observer
: Pasien
: Orang tua
: Media sosial (Hp/Laptop)
: Tempat tinggal masing-masing

H. Rencana pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis, 04 Maret 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : Desa Potorono Banguntapan Bantul
I. Rencana Kegiatan

No Tahap Kegiatan Terapist Kegiatan Subjek Terapist Waktu

1. Persiapan Menyiapkan link Google Orang tua masuk ke link 5 menit


meet yang sudah dibagikan
dan persiapan bersama
anaknya.
2 Pelaksanaan Membuka proses terapi Mendengar, menjawab 20 menit
bermain dengan salam, memprekenalkan
mengucapkan salam, diri
memperkenalkan diri.

Menjelaskan kepada Memperhatikan


anak tentang tujuan dan
manfaat bermain.
menjelaskan cara
permainan.

Memulai kegiatan terapi Bermain dengan


bermain dengan fasilitas didampingi orang tua,
power point yang berisi antusias dan
gambar contoh yang akan mengungkapkan
diwarnai perasaannya.

3 Penutup Evaluasi secara lisan dan Menjawab 5 menit


praktik
Memberi pujian Mendengarkan
Menyimpulkan Mendengarkan
Memberi salam penutup Menjawab salam
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan satu hari sebelum acara dimulai.
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan untuk diberikan kepada
orang tua anak.
c. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan
d. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain dilakukan
1 hari sebelumnya secara online.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibantu fasilitator memandu terapi bermain dari awal hingga akhir
kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak dapat menebak & mewarnai gambar dengan baik didampingi oleh orang tua
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
b. Anak dapat mewarnai gambar yang ditunjukkan oleh mahasiswa
c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
JHU CSSE Covid-19 data.2021. COVID-19 Data Repository by the Center for
Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University.
https://github.com/CSSEGISandData/COVID-19. Diakses pada tanggal 03
Maret 2021.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:Graha
Ilmu
Rohayani, F. 2020. Menjawab Problematika Yang Dihadapi Anak Usia Dini di
Masa_Pandemi_COVID19.http://journal.uinmataram.ac.id/indeks.php/qaww
am. Diakses pada tanggal 03 Maret 2021
Wong, D, et al.2013. Wong’s essential of pediatric nursing Sixth Edition.St.Louis:
Mosby Company.

Anda mungkin juga menyukai