Anda di halaman 1dari 4

SEKTE-SEKTE YAHUDI ABAD PERTAMA MASEHI DAN

ESKATOLOGI GERAKAN NAMA SUCI DI INDONESIA


(oleh Antoni Moelyono)

Beberapa sekte dalam Yudaisme terbentuk selama jenjang waktu 400 tahun
peralihan dari Perjanjian Lama ke masa Perjanjian Baru, ketika Allah dianggap tidak
berfirman lagi, dimana didalam tradisi Kristiani disebut sebagai masa dunia antar
perjanjian atau masa Intertestamental. Beberapa diantaranya sangatlah dominan
membentuk dan menajamkan Yudaisme sebagai agama yang presisi dan berpengaruh
pada saat itu. Sekte-sekte tersebut antara lain adalah:

1. Sekte Farisi.
Kata ‘Farisi’ berasal dari akar kata ‘Parash’ yang bermakna memisahkan.
Sekte ini dikenal sebagai golongan puritan di dalam Yudaisme yang ingin
menghindari segala bentuk kejahatan dan menaati seluruh hukum lisan
maupun tulisan secara absolut sampai sedetail-detailnya. Sekte Farisi
terbentuk setelah masa pemberontakan Makabe dan muncul dari kalangan
Hasidim, yaitu golongan Shamai dan golongan Hillel yang merupakan
golongan kaum menengah (para tukang dan pedagang) yang memiliki
pengaruh yang luas serta memiliki banyak pengikut di dalam masyarakat.
Titik kekuatan mereka adalah Sekolah Shamai dan Sekolah Hillel yang
mengajarkan ilmu tafsir tradisi oral para Rabi Yahudi (yang dikemudian hari
dikompilasikan menjadi kitab Talmud yang terdiri dari Mishnah dan Gemara).
Yesus Kristus paling sering bersitegang dengan sekte ini dalam hal tafsir
terhadap Torah. Sekte Farisi mewariskan harapan Mesianik di dalam konsep
eskatologisnya. Menurut ajaran mereka, Mesias yang dinantikan akan datang
dan membuat Israel menjadi bebas dan termahsyur di bumi.

1
2. Sekte Saduki.
Makna dari nama sekte ini adalah para penjaga Torah, integritas moral, dan
kebenaran. Nama sekte ini diambil dari imam Zadok yang diangkat oleh Raja
Salomo setelah memecat imam Abyatar, semenjak itu keluarga imam Zadok
menjadi imam turun temurun di Israel. Anggota dari sekte ini adalah para
imam, para bangsawan, dan orang-orang kaya. Orang-orang miskin tidak
dapat menjadi anggota sekte ini.
Sekte Saduki menolak tradisi pengajaran para Rabi dan hanya mengakui
tulisan-tulisan Musa, yakni kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan
Ulangan saja. Mereka tidak percaya akan kebangkitann orang mati,
mementingkan kehidupan materi saja serta menjabat sebagai Imam Besar di
Bait Suci Herodes saat itu.

3. Sekte Esseni atau Qumran.


Makna dari nama sekte ini adalah ‘kudus’ yang beranggotakan para pertapa
yang ingin melepaskan diri dari kenajisan dunia. Sekte ini juga muncul dari
kaum Hasidim yang hidup berkelompok secara komunal di pedalaman-
pedalaman padang gurun (terutama di daerah Qumran tempat ditemukannya
naskah-naskah Gulungan Laut Mati) dan beberapa tinggal pula di Yerusalem.
Mereka hidup bersama dan berbagi hidup satu dengan yang lainnya. Sekte
Esseni adalah ekstrimis kanan dari golongan Farisi yang hanya mementingkan
kehidupan beragama. Konsep eskatologis mereka berkisar diseputar profil
Sang Guru Kebenaran yang menjadi Mesias dari sekte ini.

4. Sekte Zelot.
Pada tahun ke-6 Masehi, seorang yang bernama Yudas dari Galilea, bersama
anggota kelompoknya melakukan pemberontakan yang berujung kegagalan
tragis. Sejak saat itu, anggota kelompok ini membentuk suatu partai yang
bernama Zelot dengan harapan akan melakukan revolusi pada saatnya nanti.

2
Makna dari partai ini berarti golongan yang berusaha keras untuk menaati
peraturan-peraturan agama Yahudi dan melestarikan Torah. Mereka selalu
membawa belati kecil dibalik jubah mereka untuk melakukan pembunuhan
terhadap para simpatisan Romawi. Aktivitas mereka yang radikal ini
bereskalasi terhadap penghancuran Bait Allah dan Yerusalem pada tahun 70
Masehi nantinya. Konsep eskatologis sekte Zelot juga berada diseputar
konsep harapan Mesianik yang akan datang dan membebaskan mereka secara
politis dan militer.

5. Sekte Herodian.
Anggota sekte ini para loyalis yang melayani kerajaan Herodes dan
keluarganya. Mereka menyatukan kebudayaan Yunani dan ajaran Yudaisme
menjadi satu partai serta mengajarkan bahwa Kerajaan Allah telah tergenapi
di dalam kerajaan Herodes. Konsep eskatologis sekte ini tidaklah jelas.

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa konsep eskatologis sekte-sekte


Yudaisme abad pertama Masehi adalah suatu pengharapan Mesianik akan datangnya
Mesias yang akan menyelamatkan mereka secara politis dan akan membuat Israel
menjadi termahsyur kembali.
Dalam perkembangan selanjutnya melintasi abad dan waktu, sekte-sekte ini
pada umumnya punah ditelan oleh sejarah, tetapi benih yang telah tertanam tidak
hilang begitu saja. Pada abad ke-19, muncul gerakan Zionisme dunia yang kemudian
memicu kembalinya gerakan-gerakan yang ingin mengembalikan Kekristenan ke
akar Ibraninya. Gerakan-gerakan ini kemudian bereskalasi dan berevolusi serta
menyebar keseluruh dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia, gerakan ini diinisiasi
oleh dr. Suradi dan beberapa pendeta lainnya yang melahirkan beberapa komunitas
Hebraic Roots Movement. Dengan berjalannya waktu, gerakan-gerakan ini masuk ke
dalam titik ekstrim sehingga menyebabkan perpecahan di berbagai kalangan Kristiani
serta tindakan-tindakan yang tidak beretika dari kalangan Gerakan Nama Suci ini

3
terhadap institusi-institusi Kekristenan yang resmi di Indonesia, misalnya
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Dari sisi eskatologis, pandangan gerakan ini masih terbagi kedalam pandangan
eskatologis Kristen pada umumnya, selain karena belum memiliki sistematika doktrin
yang fundamental, gerakan ini mudah sekali terpecah kedalam bentukan kelompok-
kelompok yang baru karena perbedaan-perbedaan tafsir yang ada. Inilah fakta dari
Gerakan Nama Suci di Indonesia.
Secara umum, sistematika Eskatologis di dalam Kekristenan, sama dengan
Yudaisme, juga menekankan kepada konsep Mesianik. Perbedaan yang nyata adalah
bahwa konsep Mesianik Yudaisme masih bersifat harapan untuk yang akan datang,
sedangkan konsep Mesianik di dalam Kekristenan bersifat telah digenapi dan akan
digenapi kembali melalui kedatangan Sang Mesias Yesus Kristus untuk yang kedua
kalinya. Hal ini dikarenakan antara Yudaisme dan Kekristenan terdapat akar filosofis
keyakinan yang berbeda. Judaism belives in guilt, karena tidak lagi memiliki Bait
Suci, maka Yudaisme tidak lagi dapat melakukan upacara penghapusan dosa di hari
raya Yom Kippur. Sampai detik ini, Yudaisme tidak lagi memiliki keyakinan
sepenuhnya bahwa Allah mengampuni dosa dan pelanggaran mereka. Sedangkan
Christianity believes in love. Kekristenan percaya akan pengampunan dosa di dalam
Yesus Kristus yang sebenarnya adalah Seorang Pria dan seorang Rabi Yahudi pula.

Anda mungkin juga menyukai