Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH DI BUMI


DAN TERORISME NARKOBA

Dosen Pengampu :
Dr. Nurmayani, M.Ag

Oleh :

Amelia Syafriani (5183144018)


Dini Kemalasari (5183344007)
Rahma Destika (5181144001)
Sri Ayu (5283144017)
Suci Rahmadina Manurung (5183344009)

REGULER B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat guna memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam, semoga makalah
ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi penulis dan para pembaca.
Dalam penulisan makalah, penulis tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan
2. Kepada dosen pengampu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi
makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 25 Febuary 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Makalah.........................................................................................2
D. Manfaat Makalah.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Martabat Manusia......................................................................................3
a) Tujuan penciptaan Manusia...................................................................3
B. Alasan Menjadikan Manusia sebagai Khalifah.........................................3
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba...............................................6
D. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah.............................................9
E. Terorisme dan Narkoba...........................................................................11
a) Terorisme.............................................................................................11
b) Dampak Terorisme..............................................................................11
c) Peran Negara dan Agama....................................................................13
d) Narkoba................................................................................................14
e) Dampak Narkoba Dalam kehidupan Manusia.....................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia
terdapat perpaduan nantara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam
pandangan islam sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas
tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan
tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan
pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.
Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifahan, itu tugas
kepemimpinan, wakil Allah dimuka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan
alam.
Dalam kehidupan ini kita tahu bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT
yang paling sempurna karena memiliki akal, nafsu, panca indra yang baik, fisik
yang baik, dan lain-lain. Dan manusia tidak begitu saja ada dimuka bumi ini
selain Allah yang menciptakan kita, tetapi ada proses dimana kita berada dimuka
bumi ini, melalui ibu kita lahir di dunia dan dengan keagungan Allah SWT kita
keluar dari lahir ibu. Pada dasarnya kita tidak menghiraukan apa dan bagaimana
kita ada dimuka bumi ini, tetapi sebagai orang yang beriman untuk lebih
menempatkan lagi keimanan kita kepada Allah SWT, maka alangkah baiknya kita
tahu tujuan diciptakannya manusia.
Keberadaan manusia sebagai salah satu mahkluk ciptaan Tuhan di muka bumi
ini mempunyai peranan penting dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah
dimuka bumi ini. Allah swt tidak hanya mengatur tentang kehidupan yang
berkaitan dengan ibadah kepada Tuhan, tetapi Allah juga mengatur bagaimana
manusia menjalankan perannya diatas muka bumi ini sebagai khalifah yang
bertujuan untuk dapat keselamatan dunia dan akhirat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan diciptakannya manusia?
2. Apa alasan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah?
3. Apa tanggung jawab manusia sebagai hamba?
4. Apa tanggung jawab manusia sebagai khalifah?
5. Bagaimana peran negara dan agama dalam terorisme?
6. Apa saja dampak penggunaan narkoba?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Penulis/pembaca mengetahui apa yang itu manusia sebagai khalifah allah
dibumi.
3. Penulis/pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan martabat manusia
dan tanggung jawab manusia.
4. Penulis/pembaca mengetahui apa itu terorisme.
5. Penulis/pembaca mengetahui bagaimana peran negara dan agama dalam
terorisme.
6. Penulis/pembaca mengetahui apa saja dampak penggunaan narkoba.

D. Manfaat Makalah
1. Agar Penulis/pembaca dapat menambah wawasannya tentang pendidikan
agama islam.
2. Agar pembaca mengatahui apa itu martabat manusia, allah menjadikan
manusia sebagai khalifa, mengetahui terorisme serta dampak penggunaan
narkoba.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Martabat Manusia
a) Tujuan penciptaan Manusia
Menurut ALquran, manusia itu makhluk pilihan untuk mendiami bumi
ciptaan Allah. Alquran juga menegaskan bahwa manusia diciptakan dalm bentuk
yang paling baik (ahsan taqwim). Allah juga juga memberikan manusia ilmu
pengetahuan, kemauan, dan penguasaan (amanah) mengelola bumi yang menjadi
pusat kegiatan makhluk-makhluk Allah di alam ini. Segala apa yang ada di langit
dan di bumi, semuanya memiliki keterkaitan dengan kepentingan manusia.
Manusia juga diberi ganjaran pahala bagi yang mampu menjalankan peran
kemanusiaannya tersebut.

Namun demikian, tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah


kepada Allah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam surah az-
Zariyat ayat 56 :

Allah menjelaskan bahwasanya penciptaan manusia tidaklah untuk main-


main. Melainkan dengan fungsi dan tugas yaitu: untuk mengemban amanah/tugas
keagamaan, untuk mengabdi/beribadah, sebagai khalifah/pengelola di muka bumi,
untuk menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. (Choiruddin Hadhiri, 2002).

E. Alasan Menjadikan Manusia sebagai Khalifah


Manusia adalah mahkluk sentral di Planet ini.selain penciptaannya yang paling
sempurna dan seimbang, mahkluk-mahkluk lain yang ada seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk kepentingannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hak pemakmuran dan pengelolaan bumi beserta isinya
diberikan kepada manusia sebagai konsekuensi logis atas kesediaannya
memangku amanah Allah. (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2012),

3
Alquran dalam ungkapannya yang sederhana namun tegas menekankan
individualitas dan uniknya manusia, dan mempunyai pandangan yang pasti
tentang peran dan nasib manusia sebagai suatu kesatuan hidup. Adalah akibat dari
pandangan bahwa manusia adalah suatu individualitas yang unik yang menjadikan
mustahil bagi indvidu itu untuk menangung beban orang lain, dan ia hanya berhak
menerima buah atau akibat dari perbuatannya sendiri. Ada empat sifat manusia
yang diterangkan dalam al-qur‟an:

1. Pertama, bahwa manusia itu adalah mahkluk yang dipilih oleh tuhan. Dalam
surat Tahaa ayat 122 :

Artinya : “Kemudian Tuhannya memilih dia maka Dia menerima


taubatnya dan memberinya petunjuk.

2. Kedua bahwa manusia dengan segala kelalaiannya diharapkan supaya menjadi


wakil tuhan di bumi (khalifah). Dalam surat al-baqarah ayat 30:

Artimya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.22"
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."

Dalam tafsir al- Misbah dijelaskan bahwa kata Khalifah pada mulanya berarti
yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas

4
dasar ini, ada yang memahami kata khalifah disini dalam arti yang menggantikan
Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-
Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia
berkedudukan sebagai tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia
dan memberinya penghormatan.

3. Ketiga, bahwa manusia sebagai kepercayaan Tuhan, sekalipun resikonya besar.


Surat al-Ahzab ayat 72:

Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada


langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,”

4. Keempat, untuk itu manusia kemudian diberi kemampuan untuk mengetahui


semua nama dan konsep benda yang malaikat sendiri tidak mampu. Karena itu
malaikat sujud dan hormat kepadanya. Dalam surat Al-Baqarah ayat 31:

Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-


benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!"

Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi Allah potensi untuk


mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api,
fungsi angin dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa.
Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan dimulai dengan
mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama.

5
Dengan ini jelas bahwa ada empat sifat manusia yang diberikan kepada
manusia, yaitu:

 Manusia adalah mahkluk terpilih


 Sebagai khalifah Allah di bumi
 Diberikan kepercayaan melaksanakan amanat yang semua makhluk tidak
tersedia
 Manusia diberi kemampuan mengetahui nama semua benda, yang malaikat pun
tidak tahu.( H A. Mukti Ali, 1996).

F. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba


Pertama, tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah. Ayat Alquran
menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari
tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum dalam suatu ikatan
pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia (Q.S
alMukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi SAW bersabda, "Bahwasanya
seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari,
kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa
segumpal daging sepertiitu pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang
malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah amalannya,
rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah roh
kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari). Abd. Assegaf Rachman, 2005).

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah


dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak
ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami,
seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha dan seorang rakyat tidak
menghamba pada pemerintah. Baginya, yang patut menerima perhambaan dari
manusia tak lain adalah Allah. Justru, Allah tidak menciptakan manusia selain
untuk menghamba atau beribadah kepadaNya (Q.S. adz-Dzariyat:56). Segala yang
ada di langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun
bersera diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83), oleh karena itu, tidak berlaku
konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi

6
manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia
lain kecuali taqwanya kepada Tuhan. Peeksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat, struggle for the strongest and the fittest melainkan untuk menjadi
yang paling bijak atau struggle for the wisest.

Manusia adalah hamba Allah. Hubungan manusia dengan Allah SWT adalah
hunbungan ‘ubudiyah (kehambaan). Konsekuensinya, manusia harus tunduk dan
patuh pada semua ketetapan Allah Swt. Setiap pengingkaran atau penolakan pada
ketetapan-Nya berarti pengingkaran akan ketuhanan Allah. Manusia tidak layak
menolak atau mempersoalkan ketentuan Allah. Hamba yang baik adalah hamba
yang patuh pada tuhannya dan yakin bahwa apa yang telah diputuskan oleh
rabbnya adalah sesuatu yang terbaik untuk dirinya. (Daud Rayid, 1998).

Ketika Allah memperintahkan kepada hamba-Nya untuk berpuasa, manusia


hendaknya yakin bahwa puasa itu membuat pengaruh yang sangat baik bagi
dirinya, kendatipun belum dilakukan penelitian akan keutamaan puasa bagi
manusia. Bahkan manusia hendaknya percaya bahwa tugas dari Allah itu adalah
untuk menjamin kelancaran fungsinya sebagai khalifatullah di muka bumi. Dari
penelitian tunduk pada perintah puasa , manusisa diharapkan terbiasa patuh pada
ketentuan Allah Swt yang tentunya tidak sebatas puasa saja. Ini karena dalam
kenyataan, banyak sekali aturan-aturan Allah, baik berskala individual maupun
yang berskala komunal yang kita kangkani begitu saja, tanpa ada rasa malu dan
takut akan sisa-Nya pada kemudian hari.

Sesuatu yang pasti, manusia yang menepati janji Allah dan berjalan di jalan-
Nya, akan beroleh keselamatandalam hidupnya. Sebaliknya, berbagai krisis dalam
hidup manusia secaraumum berawal dari ketidakpatuhannya pada aturan Allah.
Padahal aturan-aturan itu semata-mata untuk kebaikan hidup manuisa.

Manusia sebagai hamba Allah (‘abd Allah) adalah makhluk yang karena
Allah. Kemuliaan manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah manusia
dikaruniai akal untuk berpikir dan menimbang baik-buruk, benar-salah, juga
terpuji tercela, sedangkan makhluk lain semisal binatang, tumbuhan, mineral
bahkan jin, tidaklah memperoleh kelebihan seperti halnya yang diberikan kepada
manusia berupa akal pikiran tersebut. Selain itu, bentuk kejadian manusia adalah

7
yang paling baik, seperti dalam berfirmanNya, "Sesungguhnya Kami telah mencip
dalam bentuk yang sebaik-baiknya" Q.S. at-Tin:4). Juga firman Allah, Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan" (Q.S. al-Isra:70). (Abd, Rachman Assegaf. 2005)

Meskipun demikian, kelebihan dan kemuliaan manusia tidaklah bersifat abadi


tergantung pada sikap dan perbuatan. Nabi mengatakan, “Sesungguhnya Allah
tidak melihat bentuk tampilan (performance) dan tubuh manusia, melainkan
sesungguhnya Allah melihat amal perbuatan dan hati manusia”. Jika manusia
beramal saleh dan berakhlak karimah, maka ia dipandang mulia di sisi Allah dan
manusia yang lain. Namun, jika sebaliknya, manusia tersebut berbuat kerusakan
dan berakhlak madzmumah, karunia kemuliaan berupa akal, hati dan
pancainderanya tidak dipergunakan semestinya, maka predikat kemuliaannya tu
ke tingkat yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari hewan ternak (Q.S.
alAraaf:179).

Di samping kelebihan, manusia memiliki aspek kelemahan, misalnya kikir


(Q.S al-Israa:100), paling banyak membantah ( QS. Al-Kahfi:54), penuh keluh
kesah (Q.S. al-Ma'arij:19), melampaui batas (Q.S. al-Alaq:6), tergesa-gesa (Q.S
al-lsraa:11), memiliki hawa nafsu yang mengajak pada kejahatan (Q.S. Yusuf:53),
mudah putus asa dan tidak berterima kasih (Q.S. Huud:9), serta lainnya.

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. al-An'am:164) dan pada hari
Klamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S,
Maryam:95) Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah itu memili
kebebasan individual stas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas
segala Diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra: Diriwayatkan daripada Nabi saw.
katanya: Baginda telah bersabda: Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua
akan bertanggung jawab terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang pemerintah
adalah pemimpin manusia dan dia akan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
Seorang suami adalah pemimpin bagi ahli keluarganya dan dia akan bertanggung

8
jawab terhadap mereka. Manakala seorang isteri adalah pemimpin rumah tangga,
suami dan anak-anaknya, dia akan bertanggung jawab terhadap mereka. Seorang
hamba adalah penjaga harta tuannya dan dia juga akan bertanggung jawab
terhadap jagaannya. Ingatlah, kamu semua adalah pemimpin dan akan
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu pimpin Fungsi manusia sebagai pem
ini mengarahkan tugas kehadiran manusia di bumi sebagai khalifah.

G. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah


Secara bahasa kata khalifah berasal dari kata kholafa, yalibu: kaum yang
sebagaiannya mengganti yang lain dari abad demi abad. Sedangkan secara istilah
hal ini dapat disikapi dalam dua pengertian tentang khalifah, yaitu khalifah dalam
arti kepala negara dan khalifah sebagai pengganti dan penghuni bumi Allah.
Khalifah dalam arti secara umum mempunyai perbedaan pengertian dengan
khalifah selaku kepala negara di negara Islam. Khalifah kepala negara adalah
pemimpin tertinggi (Sultan atau Raja)yang agung yang pemimpin tertinggi
(Sultan atau Raja) yang agung menggantikan pimpinan tertinggi sebelumnya
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. (Umar Faruq, 2007).

Kepala negara diangkat dan diberhentikan oleh suatu pemerintahan yang sah,
mempunyai hak dan kewajiban mengatur roda pemerintahan demi kemajuan dan
kesejahteraan rakyat baik dalam bidang agama, politik, sosial, budaya maupun
dalam bidang pemerintahan secara umum. Tentunya metode dan tekniknya sesuai
dengan bentuk pemerintahan itu sendiri sehingga atau dapat tercapai "Baldatun
Thayyibatun wa Ralbun Ghafur’u” yaitu negara yang sentosa diridhai oleh Allah
SWT, maka khalifah selaku kepala negara disamping ia bertanggung jawab
dihadapan Allah, ia bertanggung jawab pula kepada rakyat yang menjadi
pemimpin manusia. Dan apabila ia tidak mampu melaksanakan tugas-tugasnya
sebagai kepala negara, maka ia harus meletakkan jabatan atau diberhentikan.
(Umar Faruq, 2007)

Pengertian khalifah yang kedua yaitu manusia yang secara silih berganti
sebagai wakil Allah yang memegang kekuasaan di bumi untuk melaksanakan
hukum Allah dan menegakkan keadilan: melalui para Nabi dan Rasul semenjak
dari Nabi pertama: Nabi Adam As.. sampai Nabi terakhir: Nabi Muhammad SAW

9
Allah telah mempercayakan kebenaran, kemajuan, kemakmuran pada manusia,
dan mempercayai manusia dapat memikul amanat kebenaran, kemajuan, dan
kemakmuran itu, sehingga diberi posisi dan kedudukan sebagai khalifah.25
Sebagaimana tersebut dalam surat al -Baqarah ayat 30

Pendapat Musthafa al-Marawy: Sesungguhnya yang dimaksud dengan


khalifah adalah pengganti Allah di dalam mengatur perintah-perintah Allah di
antara manusia "Manusia pengganti Allah di bumi".26 Disebutkan pula dalam
Firman Allah surat al-A’raf ayat 69, yang berbunyi:

Surah al-A’ra ayat 74:

Dengan demikian semua manusia sejak Nabi Adam As. Adalah sebagai
khalifah, sebagaimana diungkapkan oleh lbn Jarir dalam tafsirnya yang
diriwayatkan oleh Ibn Abbas sebagai berikut: Dari uraian tersebut di atas penulis
dapat menyimpulkan "Khalifah" ialah manusia yang secara silih berganti sebagai
wakil Allah, dan sebagai pengganti Allah di dalam memegang kekuasaan,

10
menjalankan tugas dan fungsinya untuk mengaktifkan hukum Allah dan
menegakkan keadilan. (Umar Faruq, 2007)

Keadilan merupakan sebuah keputusan yang menempatkan sesuatu pada


tempatnya. Dalam al qur’an dijelaskan dalam surah Shad ayat 26 yang artinya
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tanggung jawab utama manusia sebagai
khalifah Allah untuk mengajak manusia mentauhidkan Allah, menegakkan
hukum-hukumnya, keadilan, dan memakmurkan bumi.

H. Terorisme dan Narkoba


a) Terorisme
Didalam istilah islam terorisme tidak dikenal sebelumnya. Namun, seiring
terjadinya fundamentalisme doktrin-doktrin politik-relegius di dalam sejumlah
komunitas, maka terorisme muncul ke permukaan mengacu kepada cara-cara yang
pernah terjadi di Eropa, misalnya tentang geliat Irlandia. Walaupun demikian,
substansi terorisme merupakan permasalahan klasik di dalam setiap sejarah sosial,
politik, dan agama dunia.

Di dalam The Social Science Encylopedia disebutkan bahwa terorisme adalah


tindakan kepanikan dan kerusakan dalam masyarakat. Tindakan tersebut dapat
dilakukan oleh individu dan kelompok yang menentang sebuah negara atau
bertindak atas nama kepentingan sendiri. Syahrin Harahap, mengutip Ayatullah
Muhammad Ali Taskhiri menjelaskan bahwa terorisme adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk meraih tujuan yang tidak manusiawi dan buruk serta
mengancam segala macam jenis keamanan dan pelanggaran atas hak asasi
manusia yang ditegaskan oleh agama maupun manusia.

b) Dampak Terorisme
Jika kita perhatian berbagai peristiwa terorisme yang menggunakan kekerasan
dan pemboman maka ada hal-hal yang bisa kita masukan sebagai bagian dari
dampak terjadinya terorisme. Beberapa dampak tersebut antara lain:

11
Pertama, gerakan terorisme telah mengakibatkan kematian jiwa manusia.
Kematian manusia akibat kekerasan (terorisme), berapapun jumlahnya, entah
sedikit atau banyak, menciderai atau melukai nilai-nilai kemanusiaan secara
universal. Tindakan ini jelas bertentangan dengan hak hidup manusia. Manusia
tidak mempunyai hak untuk menghentikan hidup sesamanya. Lebih mengerikan
lagi, korban dari tindakan teror adalah orang yang tidak bersalah dan tidak ada
sangkut pautnya dengan si pelaku. Terbunuhnya pada pekerja, para pengunjung
dan orangorang yang sedang lewat saat terjadinya bom Bali menggambarkan
betapa kematian itu sangat melukai nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun dimotivasi
oleh ajaran agama (suci) kematian para pelaku bom bunuh diri melukai nilai-nilai
kemanusiaan.

Kedua, terorisme berdampak bagi kerugian material. Kerusakan yang


diakibatkan oleh tindakan pemboman tempat-tempat umum, ibadat maupun
perbelanjaan telah mengakibatkan kerugian besar secara material baik
individuindividu tertentu maupun pemerintah. Kerugian material merupakan hal
yang Peran Negara dan Agama dalam Memerangi Terorisme — 101 nyaris tidak
pernah terelakkan tatkala aksi-aksi terorisme terjadi di sebuah negara atau sebuah
daerah. Pemboman Twin Tower di New York pada tanggal 11 September 2001
menggemparkan dunia karena berdampak sangat hebat. Selain ribuan jiwa
terbunuh, korban material luar biasa. Pusat kehidupan ekonomi lumpuh total.
Dalam skala yang lebih kecil, korban jiwa dan material juga amat dirasakan akibat
pemboman JW Marriot dan Ritz Charton Hotel Jakarta oleh kelompok Noordin M
Top.

Ketiga, aksi-aksi terorisme juga berdampak psikologis. Rasa takut, cemas dan
tidak aman akibat ancaman para pelaku terorisme bisa dengan cepat menyebar dan
menjangkiti kehidupan masyarakat karena tayangan media. Terorisme yang terjadi
seringkali memunculkan apa yang dinamakan politik teror. Yang dimaksud
dengan politik terror adalah sebuah teror yang dilakukan oleh kelompok tertentu
atas masyarakat karena diliput oleh media. Pemberitaan besar dari media terhadap
aksi-aksi terorisme menghadirkan politik terror dan mengakibatkan perasaan takut
dan cemas dalam sekala global.

12
Dampak psikologis dari gerakan terorisme yang diliput media secara
besarbesaran adalah multiplikasi (penggandaan) “imajinasi teror”. Dalam
kepentingan kekuasaan sosioal-politik, imajinasi teror bisa menjadi bagian
bentukan (konstruksi) politik teror.

Keempat, gerakan terorisme mempunyai dampak hukum (yuridis). Tindakan


teror diperkarakan secara hukum (baik hukum internasional, HAM, dan pidana)
atas perilaku yang dilakukan. Dalam banyak diskusi tentang aksi-aksi terorisme di
Indonesia, banyak pihak berhadap agar para pelaku aksi teroris diajukan pada
jalur hukum. Dari pengadilan bisa dilihat secara jelas apakah tindakan itu
merupakan tindakan kriminal murni, tindakan bermotif agama, dan politik yang
melanggar hak asasi manusia.

Karena semua warga Negara Indonesia adalah pemeluk agama tertentu, peran
negara dan agama sangat penting dalam memerangi terorisme dan
mengembangkan kehidupan bersama yang adil dan damai.

c) Peran Negara dan Agama


Dalam pasal 29 UUD 1945, ditegaskan bahwa semua warga Negara Indonesia
mempunya hak untuk memeluk suatu agama. Dengan kata lain, memeluk suatu
agama merupakan hak setiap warga negara dan dijamin oleh undang-undang.
Dalam hal ini, negara harus melindungi warganya apapun agama yang dianutnya.
Selain, hak untuk mendapatkan perlindungan untuk memeluk dan menjalankan
agamanya.

Warga negara juga harus mendapatkan perlindungan dari pelbagai macam


bentuk ancaman yang datang dari warga negara lain atau sesama warga negara.
Negara wajib melindungi hak-hak dasar warganya dalam kondisi apa pun untuk
hidup secara aman dan damai. Dengan demikian, negera berkewajiban untuk
menghalau segala bentuk ancaman yang mengganggu kehidupan setiap warganya.

Secara konkret, negara berkewajiban memberikan dan menjamin rasa aman


bagi semua warga. Segala bentuk tindakan kekerasan, terorisme, ancaman dan
perlakuan semena-mena yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok terhadap
seseorang atau kelompok lain merupakan musuh negara.

13
Dalam konteks masyarakat Indonesia (juga dunia) dalam memerangi
terorisme, agama-agama juga perlu merumuskan dan menjalankan perannya
secara tepat. Salah satu fungsi penting agama adalah menjaga dan meningkatkan
keimanan serta moralitas para pemeluknya. Salah satu keberhasilan melaksanakan
fungsi itu adalah perannya untuk membangun kehidupan bersama yang
menjunjung tinggi aklak dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, yaitu
kebenaran, kejujuran, keadilan, saling menghormati serta tolong-menolong, dan
perdamaian. Dakwah semestinya menjadi sarana untuk mendorong agar para
pemeluk agama menghayati nilainilai kemanusiaan tersebut.

Dakwah yang benar semestinya berciri transformatif. Dakwah semestinya


dijalankan dengan cara-cara yang tidak agitatif, mencederai sesama penganut
agama, melukai agama lain, memprovokasi perbuatan-perbuatan kekerasan yang
meresahkan masyarakat. Sudah saatnya mendakwahkan agama dengan cara yang
empatik atas berbagai varian agama dan kelompok yang ada dalam masyarakat.
Agama tidak diceramahkan untuk menghakimi dan mengadili serta menjelekkan
pihak lain, apalagi untuk membenci dan memusuhi pihak lain yang berbeda
dengan penganut agama tertentu.

d) Narkoba
Narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba) adalah merupakan benda-benda
yang dapat menghilangkan akal pikiran yang hukumnya haram. Sebab salah satu
’illat diharamkannya benda itu adalah memabukkan sebagaimana disebutkan
dalam hadis Nabi : Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar
adalah haram.

Menggunakan Narkoba di samping telah diharamkan, tetapi juga akan


berakibat buruk, dapat merusak akal dan fisik, serta akibat-akibat lainnya. Karena
itu, hukum Islam melarang menggunakan benda-benda seperti itu, baik dalam
jumlah sedikit apalagi dalam jumlah yang banyak.

Bagi orang yang pernah menggunakan Narkoba akan merasakan kenikmatan


dan menimbulkan ketagihan. Dalam hal ini Ibn Taimiyah menerangkan bahwa
ganja itu lebih jahat dari khamar, dilihat dari segi merusak badan dan
mengacaukan akal.

14
e) Dampak Narkoba Dalam kehidupan Manusia
Secara medis, orang bisa tahan terhadap makan selama 5 sampai 7 hari, tetapi
untuk tidak minum (konsumsi) Narkoba, orang hanya bisa tahan sampai 3 hari.
H.M. Rusli Ngatimin, dari pengalaman introgasi, pasien akan sangat tersiksa dan
merasakan kelelahan yang luar biasa setelah melakukan triping akibat
mengkonsumsi Narkoba. Memang jarang terdengar orang mati karena mabuk,
tetapi mati terbunuh sangat sering terjadi. Untuk itu, menggunakan minuman
keras atau yang disebut dengan Narkoba jelas sangat merugikan.

Memang harus diakui bahwa minuman keras atau Narkotika dan obat
terlarang itu mempunyai kegunaan. Dari sudut pandang ilmu Medis disebutkan,
bahwa khasiat antetamin sebagai psikotropika menjadikan orang sangat gembira,
dan merasa suprioritas. Pada orang yang sangat penakut sekalipun, ketika
mengkonsumsi atau menggunakan narkotika dan obat-obat terlarang akan
menghilangkan rasa takut dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang berlebihan.
Akan tetapi, jika dibandingkan antara manfaat dan mudharatnya, maka
mudharatnya jauh lebih besar, dan dapat menimbulkan berbagai macam masalah,
seperti kriminalitas serta masalah kesehatan.

Dampak yang timbul dari akibat mengkonsumsi Narkotika dan obat terlarang,
yaitu ketika si pecandu tersebut telah kehabisan uang dan dia ingin mengkonsumsi
Narkoba (sakaw), maka ia akan mencuri (baik itu milik orang tuanya maupun
milik orang lain). Dan berakibat pula pada kesehatan, yaitu akan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, mengakibatkan rasa takut yang
sangat tinggi (paranoid), serta akibat yang paling buruk adalah terjangkit berbagai
penyakit, antara lain AIDS, dan penyakit fisik lainnya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rachman Assegaf, Studi Islam Kontekstual,(Yogyakarta: Gama Media,


2005) hal.69
Anwar Matondang. 2019. ISLAM KAFFAH. Medan : Perdana Publisihing
Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2002), cet. XII, hlm. 81.
Daud Rayid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Gema Insani, 1998) Hal 66
H A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, (Bandung, Mizan,
1996), h. 75
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tafsir Al-qur‟an Tematik (Spritualitas
dan Ahklak), (Jakarta, Aku Bisa, 2012),
Umar Faruq, Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi Allah,(Surabaya: Alpha,
2007) hal 5
Zuly,Qodir. 2012. PERAN NEGARA DAN AGAMA DALAM MEMERANGI
TERORISME. Diakses tanggal April 2012 melalui
http://ejournal.usd.ac.id/index.php/job/article/view/1167

17

Anda mungkin juga menyukai