Konsep Persepsi
Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan pesan sensoris untuk memberikan pengertian pada
lingkungannya. Persepsi penting bagi prilaku organisasi karena prilaku orang
orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa realita yang ada, bukan
mengenai realita itu sendiri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
2. Konsep Sikap
Kita telah membahas kepuasan kerja secara singkat. Sekarang, mari membedah
konsep itu Mendefniskan kepuasan kerja dan menunjukkan dengan lebih saksama.
Bagaimana kita mengukur kepuasan kerja? Apa yang menyebabkan bagaimana kita
dapat seorang pekerja memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi? Bagaimana
pekerja yang mengukurnya. tidak puas dan puas memengaruhi organisasi?
Dampak Pekerja yang Puas dan Tidak Puas terhadap Tempat Kerja
Apa yang terjadi saat para pekerja menyukai pekerjaannya, dan ketika mereka tidak
menyukai pekerjaannya? Satu model teoretis-kerangka kerja: keluar-suara-loyalitas-
pengabaian-berguna dalam memahami konsekuensi ketidakpuasan.
• Keluar. Respons keluar mengarahkan perilaku untuk meninggalkan organisasi,
termasuk mencari sebuah posisi yang baru serta pengunduran diri. Para peneliti
mempelajari pemberhentian individu dan perputaran pekerja kolektif, kerugian
total bagi organisasi atas pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan karakteristik
lainnya dari pegawai itu.
Suara. Respons suara termasuk secara aktif dan konstruktif mencoba untuk
memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan. Mendiskusikan masalah
dengan atasan, dan mengambil beberapa bentuk aktivitas serikat.
Kesetiaan. Respons kesetiaan berarti secara pasif tetapi optimis menunggu
kondisi membaik, termasuk berbicara untuk organisasi saat menghadapi kritikan
eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk melakukan hal
yang benar.
Pengabaian. Respons pengabaian secara pasif membiarkan kondisi-kondisi itu
memburuk, termasuk absen atau keterlambatan kronis, berkurangnya usaha, dan
tingkat kesalahan yang bertambah.
Kita sekarang membahas hasil yang lebih spesifik dan ketidakpuasaan kerja di tempat
kerja
kepuasaan kerja dan kinerja, sebagaiman kesimpulan beberapa studi,pekerja yang
bahagia lebih mungkin merupakan pekerja yang produktif. Beberapa peneliti dulunya
percaya bahwa hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja adalah sebuah mitos
Tetapi sebuah tinjauan atas 300 studi menyatakan korelasinya cukup kuat." Saat kita
berpindah dari level individu ke organisasi, kita juga menemukan dukungan untuk
hubungan kepuasan-kinerja. Saat kita mengumpulkan data kepuasan dan produktivitas
untuk organisasi secara keseluruhan, kita menemukan bahwa organisasi dengan lebih
banyak pekerja yang lebih puas cenderung lebih efektif dibandingkan organisasi yang
lebih sedikit.
Kepuasan Kerja dan OCB, tampaknya logis untuk mengasumsikan kepuasan kerja
seharusnya menjadi suatu penentu utama dari perilaku kewargaan organisasional
pekerja (organizational citizenship behavior [OCB]). Pekerja yang puas seharusnya
akan kelihatan berbicara positif mengenai organisasi, membantu yang lain, dan
melebihi ekspektasi normal dalam pekerjaannya, mungkin karena mereka ingin
membalas pengalaman positifnya. Konsisten dengan pemikiran ini, bukti menyatakan
bahwa kepuasan kerja berkorelasi moderat dengan OCB; orang-orang yang lebih puas
dengan pekerjaannya lebih mungkin terlibat dalam OCB.
Kepuasan Kerja dan Kepuasan Pelanggan, para pekerja dalam pekerjaan jasa
sering berinteraksi dengan pelanggan. Oleh karena manajer organisasi jasa harus lebih
peduli untuk menyenangkan para pelanggan tersebut, wajar untuk bertanya apakah
kepuasan pekerja berhubungan dengan hasil pelanggan yang positif? Bagi para
pekerja di lini depan yang memiliki kontak teratur dengan pelanggan, jawabannya
adalah “ya". Pekerja yang puas meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Kepuasan Kerja dan Absen Kami menemukan sebuah hubungan negatif yang
konsisten antara kepuasan dan absen, tetapi bersifat sedang hingga lemah.2 Tentu saja
masuk akal bahwa pekerja yang tidak puas lebih cenderung meninggalkan
pekerjaannya, tetapi faktor- faktor lainnya memengaruhi hubungan itu. Organisasi
yang memberikan cuti sakit bebas mendorong semua pekerjanya-termasuk mereka
yang sangat puas-untuk mengambil cuti. Anda bisa mendapati pekerjaan memuaskan
tetapi masih ingin menikmati akhir pekan tiga hari jika hari-hari tersebut gratis tanpa
penalti. Saat sejumlah pekerjaan tersedia, para pekerja yang tidak puas memiliki
tingkat absen yang tinggi, tetapi ketika ada sedikit mereka memiliki tingkat absen
yang sama (rendah) seperti pekerja yang puas.
Kepuasan Kerja dan Perputaran Pekerja Hubungan antara kepuasan kerja dan
perputaran pekerja lebih kuat dibandingkan antara kepuasan dan absen.“ Riset terkini
menyatakan bahwa manajer yang berusaha menentukan siapa yang mungkin akan
pergi harus fokus pada tingkat kepuasan kerja pekerja sepanjang waktu, karena
tingkat itu sungguh berubah. Sebuah pola kepuasan kerja yang lebih rendah adalah
alat prediksi niat untuk keluar dari pekerjaan. Kepuasan kerja memiliki sebuah
koneksi lingkungan juga. Jika iklim dalam suatu tempat kerja langsung pekerja satu
dari kepuasan kerja yang rendah, akan ada efek yang menular. Riset ini menyarankan
manajer untuk mempertimbangkan pola kepuasan kerja dari rekan-rekan kerja saat
menugaskan para pekerja baru untuk sebuah area baru karena alasan ini.
Manajer Sering "Tidak Paham" Dengan bukti yang baru kita tinjau, seharusnya
tidak mengejutkan bahwa kepuasan kerja dapat memengaruhi hasil akhir. Satu studi
oleh firma konsultasi manajemen memisahkan organisasi-organisasi besar ke dalam
moral tinggi (lebih dari 70% pekerja mengungkapkan kepuasan kerja keseluruhan)
dan moral medium atau rendah (lebih sedikit dari 70%). Harga saham perusahaan
dalam kelompok moral tinggi tumbuh $19,4 dibandingkan dengan 10% untuk
kelompok moral medium atau rendah. Bertentangan dengan hasil ini, banyak manajer
tidak peduli mengenai kepuasan kerja pekerja. Manajer lain masih beranggapan
berlebihan bahwa para pekerja puas dengan pekerjaannya, sehingga mereka tidak
berpikir ada masalah saat benar-benar ada masalah.
Pengertian Stress
Stres merupakan kondisi dinamis yaitu individu berkonfrontasi dengan peluang,
tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan appakah individu inginkan dan yang
mana hasil yang dipandang menjadi tidak pasti dan penting. Meskipun stress pada
umumnya dibahas dalam konteks yang negatif, tidak serta merta buruk. Hal ini juga
memiliki nilai yang positif dimana para individu sering kali menggunakan stress
secara positif yang mendorong kualitas dari pekerjaan mereka dan kepuasan yang
mereka peroleh dari pekerjaan mereka.
Dalam stress kerja terdapat tantangan sumber stress atau sumber stress yang terkait
dengan beban kerja, tekanan untuk menyelesaikan tugas dan urgensi waktu dan
hambatan sumber stress atau sumber stress yang menghalangi anda dari mencapai
tujuan anda (sebagai contoh, birokrasi, politik kantor, kebingungan atas tanggung
jawab pekerjaan)
Secara lebih umum stress dihubungkan dengan tuntutan dan sumber daya. Tuntutan
merupakan tanggung jawab, tekanan, kewajiban dan ketidakpastian yang dihadapi
oleh para individu di tempat kerja sedangkan Sumber Daya adalah hal hal didalam
kendali individu yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tuntutan.
Sumber Stress yang Potensial
tiga kategori dari sumber stress potensial adalah lingkungan, organisasional dan
pribadi
1. Faktor Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkunagn akan mempengaruhi desain dari struktur
organisasional, hal ini juga mempengaruhi level stress da antara karyawan di
dalam organisasi. Ketidakpastian merupakan alas an terbesar orang orang yang
memiliki masalah dalam mengatasi perubahan organisasional terdapat tiga ketidak
pastian lingkungan yang utama : ekonomi, politik dan teknologi
2. Faktor Organisasional
Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam waktu
yang terbatas, beban kerja yang berlebihan serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan merupakan beberapa contoh faktor di dalam organisasi yang
menyebabkan stress kerja. Kategori faktor faktor tersebut adalah tuntutan tugas
(terkait dengan pekerjaan), tuntutan peranan (tekanan dari peranan tertentu yang
di pegang dalam organisasi) dan tuntutan interpersonal (tekanan dari karyawan
lain)
3. Faktor Pribadi
Kehidupan pribadi dari karyawan juga menjadi faktor yang menyebabkan stress
kerja. Faktor pribadi ini dapat dikatagorikan : permasalahan keluarga,
permasalahan ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian yang inheren.
Perbedaan Individu
Hubunagn yang moderat dari variable individu di antara stress potensial dengan stress
yang dialami terdiri dari empat faktor yaitu persepsi, pengalaman kerja, dukungan
social dan kepribadian
Persepsi, contonya yaitu pemecatan akan menyebabkan salah seorang karyawan takut
kehilangan pekerjaannyan sedangkan orang lainnya memandang sebagai peluang
untuk memperoleh manfaat pesangon yang besar dan memulai bisnisnya sendiri.
Pengalaman Kerja, cenderung menjadi negative terkait dengan stress kerja karena
adanaya penarikan yang selektif (orang orang yang bertahan dalam suatu oranisasi
lebih lama) dan adanaya orang orang yang membutuhkan waktu dalam berurusan
dengan stress
Dukungan Sosial, hubungan individu dengan rekan kerja yang dapat menyangga
dampak dari stress (meringankan, mengurangi efek dari tekanan pekerjaan yang
cenderung tinggi)
Kepribadian, karakteristik dan kemampuan dari masing masing individu
Perbedaan Budaya
Kondisi kerja yang menyebabkan stress dapat dilihat dari beberapa perbedaan di
antara budaya. Contohnya budaya kolektivistik, dimana bekerja dengan ekstra jam
kerja terlihat sebagai pengorbanan untuk membantu keluarga sedangkan dalam
budaya individualistic, bekerja terlihat sebagai suatu sarana untuk pencapaian pribadi
yang diambil dari keluarga.
Konsekuensi dari Stres
Konsekuensi dari stress dikategorikan menjadi tiga yaitu : gejala fisiologis, psikologis
dan gejala prilaku
Gejala Fisiologis, stres kerja dapat menciptakan perubahan di dalam metabolisme,
meningkatkan fungsi jantung dan tingkat pernafasan dan tekanan darah yang
membawa sakit kepala serta menimbulkan serangan jantung
Gejala Psikologis, stres dapat dilihat dari keadaan psikologis dalam dirinya sebagai
contoh, ketegangan, kecemasan, kebosanan, depresi dan sifat lekas marah.
Gejala Prilaku, gejala stres yang terkait dengan prilaku meliputi penurunan dalam
produktivitas, ketidakhadiran, dan tingkat perputaran.