https://www.ilmuternak.com/2015/03/ciri-ciri-ternak-yang-sehat-dan-sakit.html
E. Diagnosis Penyakit
Usaha pencegahan penyakit pencegahan relatif lebih murah dibandingkan pengobatan pada
ternak yang sakit. Upaya untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit harus ditopang
dengan pengetahuan yang cukup tentang cara pemeliharaan ternak yang baik. Pengenalan secara
dini tentang hewan yang sakit merupakan hal penting yang harus diketahui oleh peternak.
Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri (a) bebas dari penyakit yang bersifat
menular atau tidak menular, (b) tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia
sebagai konsumen, dan (c) mampu berproduksi secara optimal. Salah satu bagian penting dalam
penanganan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit pada ternak yang
diduga sakit pada suatu proses untuk menentukan dan menyimpan perubahan yang terjadi pada
ternak atau hewan melalui tanda-tanda atau gejala fisik yang terlihat sehingga suatu penyakit
dapat diketahui penyebabnya . Diagnosa adalah suatu proses yang menentukan dan perubahan
yang terjadi pada ternak yang tanda-tanda atau gejala yang terlihat sehingga suatu penyakit dapat
diketahui penyebabnya. Untuk menghasilkan diagnosa yang baik diperlukan pengetahuan
zooteknis peternakan, anatomi dan fisiologi yang baik. Ketepatan diagnosa tergantung pada (a)
sejauhmana anamnese dilakukan secara baik, gejala klinis yang nampak atau teramati, (c)
pemeriksaan nekropsi, dan (d) kecepatan pemeriksaan laboratorium.
https://mankester.wordpress.com/l-donload-buku-ajar-mankester/11-2/
Diagnosa Penyakit
Diagnosa penyakit merupakan salah satu tahap dalam penanganan kasus di peternakan. Diagnosa penyakit adalah
upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang menyerang atau faktor penyebab lainnya di suatu
peternakan. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan/penanganan penyakit. Namun
keberhasilan pengobatan juga dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit. Jika kondisi ayam sudah parah, maka
tingkat kesembuhan atau prognosanya (kemungkinan tingkat kesembuhan) juga kecil. Pengumpulan data secara
menyeluruh penting untuk diperhatikan. Pada dasarnya proses mendiagnosis penyakit dianalogikan seperti halnya
menyusun puzzle. Yakni dengan mengumpulkan berbagai data yang mengarah pada penarikan kesimpulan tentang
penyakit yang menyerang peternakan. Semakin banyak data yang diperoleh maka penarikan kesimpulan akan
semakin mudah. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam mendiagnosa penyakit antara lain anamnesa
(pengumpulan data pendukung dan sejarah penyakit), pengamatan gejala klinis (gejala yang nampak dari luar saat
ayam masih hidup) yang muncul, pemeriksaan bedah bangkai (perubahan organ saat ayam sudah mati) serta
pengujian laboratorium.
Anamnesa
Anamnesa berkaitan dengan keluhan yang dirasakan peternak berdasarkan pengamatan, peninjauan maupun
pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang digunakan sebagai panduan awal. Anamnesa
dapat dilakukan dengan mempelajari catatan pemeliharaan atau data recording maupun informasi dari petugas
kandang. Data-data yang perlu dikumpulkan meliputi:
Jenis, strain, dan umur ayam.
Jumlah populasi ayam dalam satu kelompok umur, serta jumlah seluruh populasi
dalam satu lokasi peternakan. Kemudian kita harus tahu juga apakah gejala sakit hanya pada
kelompok umur/kandang tertentu atau terjadi juga pada kelompok umur/kandang yang lain.
Program vaksinasi yang diterapkan dan bagaimana aplikasi yang diberikan.
Program pemberian vitamin atau antibiotik apa saja yang sudah dilakukan
Bagaimana pelaksanaan biosekuriti di peternakan
Bagaimana sejarah kasus penyakit di peternakan tersebut
Berapa persentase produksi telur, berat telur, kualitas telur, dan kerabang telur,
serta apakah terjadi abnormalitas pada bentuk telur
Data mengenai jumlah konsumsi pakan, berat badan, keseragaman, dan FCR
Gambaran mengenai angka morbiditas (tingkat kesakitan) dan mortalitas (tingkat kematian)
Semua informasi pendahuluan di atas perlu kita ketahui untuk menganalisa faktor-faktor pendukung kejadian
penyakit. Seluruh data awal yang dapat digali dalam proses anamnesa merupakan infomasi yang sangat bermanfaat
dalam melihat proses kejadian penyakit secara utuh.
Ambil contoh mengenai jenis dan umur ayam dapat menunjukkan penyakit apa saja yang mungkin dapat menyerang
ayam. Karena kita tahu beberapa penyakit rawan menyerang pada umur-umur tertentu. Gumboro misalnya, lebih
sering menyerang pada semua jenis ayam pada umur muda kurang dari 9 minggu. Organ target yang diserang pada
penyakit Gumboro adalah bursa Fabricius. Bursa Fabricius merupakan jaringan limfoid (organ kekebalan) yang
hanya ada pada ayam muda saja. Pada ayam dewasa umur kurang lebih 8 minggu akan mulai mengecil dan
rudimenter/benar-benar mengecil pada umur 16 minggu.
Data mengenai besarnya angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) juga sangat penting
kita dapatkan. Hal ini untuk mengetahui derajat keparahan suatu penyakit dan mengetahui kemungkinan penyebab
penyakit.
Anamnesa juga membantu kita mengetahui gambaran proses kejadian penyakit secara umum terlebih dahulu.
Misalnya dalam kasus penurunan produksi telur yang terjadi pada seluruh populasi ayam, pada beberapa kelompok
umur secara berbarengan, tanpa disertai dengan gejala ayam sakit, kita mungkin menduga kasus penurunan produksi
tersebut berkaitan dengan masalah pakan. Masalah pakan di sini bisa karena perbedaan komposisi pakan, penurunan
kualitas pakan, maupun kemungkinan penumpukan dan penyimpanan pakan yang terlalu lama di dalam gudang
pakan. Bisa juga karena feeding programnya yang kurang tepat sehingga feed intake-nya tidak masuk.
Pada kasus lain lagi, terjadi penurunan produksi telur yang sangat tajam namun hanya terjadi pada satu kelompok
ayam saja. Penurunan produksi telur juga disertai dengan penurunan kualitas telur, misalnya penurunan kualitas
kerabang, abnormalitas bentuk telur, dan penurunan kualitas putih telur. Apabila kita mendapat data anamnesa
demikian tentu kita bisa menduga dengan kemungkinan penyakit tertentu. Namun demikian kita tetap harus
melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya faktor non infeksius (bukan karena bibit penyakit) lain yang
bisa menimbulkan penurunan kualitas telur seperti itu.
Pengamatan Gejala klinis
Pengamatan langsung terhadap kondisi ayam di kandang perlu dilakukan. Gejala klinis merupakan
gejala/perubahan-perubahan yang ditunjukkan tubuh ayam dan dapat diamati dari luar. Beberapa penyakit
mempunyai gejala klinis yang menciri, tetapi banyak penyakit yang mempunyai gejala klinis yang mirip.
Pemahaman terhadap berbagai macam penyakit beserta gejala klinisnya sangat diperlukan untuk membantu proses
diagnosa penyakit. Pengamatan gejala klinis misalnya terhadap beberapa hal berikut ini:
Penampilan ayam (pencapaian bobot ayam, kondisi ayam lemah, mengantuk, bulu
kusam/berdiri, jengger pucat/kebiruan/terdapat keropeng, muka pucat/bengkak, kepala bengkak,
kaki kemerahan/bengkak, posisi berdiri normal/pincang/lumpuh, perut membesar, dan
sebagainya)
Gangguan pernapasan (suara ngorok, pilek, bersin, adanya leleran hidung,
keluarnya darah segar dari mulut, kesulitan bernapas, dan lain-lain)
Gangguan pencernaan (mulut terdapat keropeng/lesi, diare basah, feses berwarna
hijau/putih/berdarah, feses masih terdiri dari butiran-butiran jagung, dalam feses ditemukan
potongan tubuh cacing pita)
Gangguan saraf (tortikolis/leher terpuntir, lumpuh kaki atau sayap,
tremor/gemetaran)
Gangguan reproduksi (penurunan kuantitas dan kualitas telur)
Selain pengamatan pada ayam, di sini kita juga perlu mengamati kondisi lingkungan kandang dan
sekitar kandang. Karena gangguan kesehatan ayam tidak hanya disebabkan oleh infeksi penyakit namun dapat pula
disebabkan karena faktor manajemen atau lingkungan. Misalnya kondisi litter pada kandang postal, pengaturan buka
tutup tirai kandang, kelancaran air minum, sebaran tempat pakan dan minum, dan lain sebagainya.
Ketelitian dalam mengamati gejala klinis sangat membantu dalam proses menegakkan diagnosa penyakit. Gejala
klinis merupakan cerminan langsung kondisi tubuh ayam yang dapat langsung diamati tanpa melakukan bedah
bangkai. Misalnya dalam kasus Gumboro, gejala klinis yang menciri adalah kondisi badan lemah, bulu kusam dan
berdiri, badan seperti menggigil gemetaran, tidak nafsu makan dan minum, jika dipegang terasa panas/demam, dan
diare berwarna putih. Sedangkan ayam yang mengeluarkan suara ngorok merupakan gejala klinis umum beberapa
macam penyakit, misalnya CRD (Cronic Respiratory Disease), snot,
colibacillosis, infectious bronchitis (IB), Newcastle disease (ND), infectious laryngotracheitis (ILT), bahkan avian
influenza (AI).
Organ pernapasan seperti rongga hidung dan sinus, kantung udara, laring, trakea,
bronkus, dan paru-paru
Organ pencernaan seperti mulut, esofagus, tembolok, proventrikulus,
ventrikulus/gizzard/ampela, usus, hati, dan pankreas
Organ saraf seperti otak dan saraf di dalam otot paha/nervus ischiadicus
Perubahan pada setiap organ di atas merupakan tanda-tanda utama, yang merupakan target organ untuk beberapa
agen penyakit infeksius. Penyakit tertentu mempunyai target organ yang berbeda-beda dibandingkan dengan
penyakit yang lain.
Misalnya, penyakit colibacillosis, terlihat adanya perubahan pada hati yang mengalami peradangan pada selaput
pembungkusnya, seperti diselaputi jaringan fibrin atau disebut perihepatitis. Pericarditis juga akan terlihat, yaitu
jantung diselaputi oleh jaringan fibrin. Pada saluran usus juga terlihat adanya peradangan (enteritis). Pada
kasus colibacillosis yang berlanjut ke tahap parah, maka akan terjadi coliseptisemia, dimana bakteri E. coli akan
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah sambil mengeluarkan toksin yang akan meracuni seluruh organ dan
jaringan dalam tubuh ayam. Dengan demikian akan terjadi perubahan organ pernapasan, pencernaan, dan saluran
reproduksi sehingga dapat muncul massa sepeti keju di beberapa organ dan di dalam rongga perut. Pengambilan
kesimpulan diagnosa di lapangan bisa dilakukan sampai dengan pemeriksaan bedah bangkai ini, dan dapat dilakukan
penanganan tanpa harus menunggu hasil peneguhan diagnosa jika perlu dilakukan uji laboratorium.
Uji Laboratorium
Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi, terkadang kita masih ragu
untuk menentukan diagnosa penyakit. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis dan
perubahan organ yang hampir mirip. Sebagai contoh penyakit ND dan AI. Dengan demikian, untuk membantu
meneguhkan penyakit perlu dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium dirasakan manfaatnya oleh para peternak
seperti :
Uji serologi
Uji serologi dapat membantu peneguhan diagnosa dari gambaran titer antibodi di dalam tubuh ayam.
Uji biologi molekuler
Untuk mendeteksi jenis mikroorganisme secara detail. Sampel yang diperlukan yakni sampel organ ayam. Contoh
metodenya yakni PCR (Polymerase Chain Reaction) dan DNA Sequencing (analisis genetik).
Uji mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bakteri maupun jamur tertentu yang diduga menginfeksi
ternak.
Uji parasitologi
Pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi jenis cacing dan ookista (penyebab koksidiosis) dan pemeriksaan parasit
(malaria atau malaria like) di dalam darah unggas.
Selain uji-uji peneguhan diagnosa di atas, ada pula uji lain untuk mendukung arahan diagnosa, seperti:
Uji kualitas ransum
Uji kualitas ransum diperlukan untuk mengetahui kualitas ransum yang diberikan ke ternak maupun uji adanya
racun jamur (mikotoksin) pada ransum.