Jurnal Peran Orang Tua
Jurnal Peran Orang Tua
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Peran keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari Ayah, Ibu
dan Anak. Di dalam suatu keluarga peran orang tua sangatlah penting bagi
seseorang anak, hal tersebut dikarenakan dengan peran yang dimiliki oleh
orangtua tersebut maka aka dapat mempengaruhi prilaku anak. Ketika anak ingin
1
berprilaku maka anak tersebut akan menyesuaikan prilakunya dengan prilaku
berbahagia dan bangga bila memiliki anak sehat, cerdas, seperti kebanyakan anak
kebutuhan khusus, bagi orangtua anak berkebutuhan tersendiri, dan tidak dapat
Sebelum banyak yang tau adanya sekolah SLB banyak anak ABK yang
orangtua menyadari bahwa anak ABK masih bisa untuk mendapatkan pendidikan
luasnya kepada setiap anak berkebutuhan atau kelainan, emosional, mental dan
merespon karakteristik unik anak yang memiliki kebutuhan khusus yang tidak
dalam kehidupan sebagai manusia normal pada umumnya maka, sebalinya mereka
2
telah mendapatkan kelebihan yang diberikan tuhan. Sebenarnya mereka adalah
keadaan yang yang serba terbatas tetapi mereka ingin membuktikan pada dunia
bahwa dia juga bisa seperti yang lainya “normal”. Keadaan serba terbatas didalam
sistem kerja saraf anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) yang dominan, seperti
atau dengan istilah lain disebut “ganguan kualitatif”. Pada anak tuna grahita hal
itu ddapat kita pahami mungkin disebabkan oleh lebih dari sekedar perkembangan
Anak adalah titipan tuhan yang maha kuasa, karena itu nasib anak masa
depan anak adalah tanggung jawab kita semua. Tetapi tanggung jawab utama
bagi mereka semua karna selama ini mereka yang mempunyai kekurangan fisik
tidak dapat mendapatkan pendidikan yang layak. Pembelajaran sudah ada sejak
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1995 alenia 4 dan pasal 31 berbunyi
artinya pendidikan dan pengajaran bukan hanya saja diberikan kepada warga
Negara yang normal melainkan juga kepada warga Negara yang memiliki
3
kebutuhan khusus seperti yang tertuang dalam UU Sidiknas, No. 20 tahun 2003
pada pasal 5 ayat 2 yang berbunyi warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
Fenomena yang ada di SLB N BINTAN siswa dan siswi sangat berbakat
anak selalu di ajarkan keerampilan dan kesenian yang mereka sukai. Setiap hari
bisa dan menguasai, sebelum mereka masuk di sekolah SLB mereka belum bisa
memahami apa itu kesenian, olahraga, dan keterampilan. Ketika orangtua mereka
membawanya ke sekolah SLB anak diajarkan dan di bombing dan selalu di beri
pengetahuan sampai akhirnya mereka paham, cara pengajaran harus sabar sebab
anak SLB bukan seperti anak normal, orangtua pun di ikut sertakan dalam
anak. Dari hal di atas tujuan di lakukannya penelitian ini adalah ingin mengetahui
kualitatif yaitu permasalaan belum jelas, holistic, kompleks, dinamis dan penuh
makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan
pertanyaan atau kalimat logis yang berkaitan dengan peran orangtua terhadap
anak tunagrahita.
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga data
dokumentasi jumlah yang cukup banyak untuk itu perlu segera dilakukan analisis
merawat diri sendiri. Untuk melakukan pendidikan terhadap anak tunagrahita hars
ada jenisnya, ada anak tunagrahita ringan dan anak tunagrahita berat.
5
Di kabupaten Bintan fasilitas pendidikan formal yang memberikan
membimbing anak-anak terkadang semua itu tidak bisa terkaper dengan baik,
dalam proses belajar satu kelas anak bisa mencapai 8 anak dengan karakter anak
lebih sabar dan paham dengan sifat-sifat anak yang dihadapinya, dalam mengajar
anak tunagrahita bukan lah hal mudah tenah-ga pendidik harus memahamicara
Sekolah dan masyarakat. Oleh karen itu tanggung jawab pendidikan merupakan
dilingkungan saja, baik di sekolah maupun dikeluarga orangtua harus ekstra dalam
mendidik anak terlebih lagi anak yang berkebtuhan khusus (abnormal) yaitu anak-
anak yang memiliki kekurangan baik secara fisik maupun secara intelektual
seperti salah satunya yang menjadi perhatian peniliti dalam penelitian ini yaitu
6
anak tunagrahita yang pada dasarnya memiliki kekurangan baik secara fisik,
yaitu dalam hal berbicara maupun dalam kemampuan menyerap pelajaran yang
diberikan di sekolah.
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman
bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
pembelajaran dari sekolah saja melainkan juga melatih dan mengajarkan kegiatan
rumah pada anak mereka, orangtua murid melakukan peran mereka dengan baik
dalam mengajarkan anak mereka tentang kebersihan rumah cara bekerja dengan
baik, dan kerapian maupun kebersihan pada diri sendiri meskipun anak mereka
lamban merespon pembelajaran yang di ajarkan tapi orangtua murid tidak lelah
ataupu letih dengan terus melatih anak mereka dalam keseharian anak baik
aktif ketimbang guru karena orangtua lah lebih mengetahui watak anak mereka.
7
Menghadapi anak-anak tunagrhita dengan kondisi yang demikian tentunya
disebabkan oleh kesulitan guru dalam menjalin komunikasi dengan murid yaitu
dengan hal ini dapat dicermati dari penuturan informan yaitu salah seorang guru
Dalam hal ini guru juga memiliki peran seperti orangtua dalam pendidikan
anak dan guru harus menjalankan peran dengan baik layaknya orangtua karena
harapan orangtua murid sangat besar terhadap guru baik di sekolah maupun diluar
Menurut peran diatas wajib mengajarkan anak mengenai sikap, nilai, dan
tingkah laku mereka dalam keseharian sehingga anak bisa bertanggung jawab
dalam beraktifitas inilah yang patut diajarkan orangtua dan guru pada anak
kurang juga daya tangkap yang lemah membuat anak tunagrahita terlihat beda
pada anak-anak lainnya disinilah bisa kita lihat fungsi keluarga berjalan dengan
8
Assoiatif yang merupakan interaksi yang mengarah pada bentuk persatuan,
kebutuhan yang nyata dari setiap individu atau pelaku interaksinya, seperti halnya
dari orangtua, lalu terjadi saling tukar informasi antara orangtua dan anak yang
terdapat transfer nilai didalamnya, dan tidak terjadi pemaksaan secara fisik dan
mental dari masing-masing individu, yang pertama dalam bentuk kerja sama.
situasi sekitarnya.
interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang mengarah pada
perpecahan. Pada sub bab ini peneliti akan memaparkan tentang bentuk interaksi
disosiatif yang terjadi antara Orangtua, Guru dan Anak SLB N Bintan berdasarkan
murid tetpi hal ini tidak berkepanjangan karena mengutamakan kepentingan anak
latih, dan anak tunagrahita mampu rawat. Anak tunagrahita mampu dididik (debil)
adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah
9
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Anak tunagrahita mampu latih
membutuhkan orang lain. Anak tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita
mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (Muhammad Efendi, 2006 : 91).
yang berkebutuhan khusus dan terdiri dari berbagai gradasi. Orangtua memiliki
yang sangat berpengaruh dan memiliki peran yang sangat mendukung bagi
KESIMPULAN
Dari analisis terhadap hasil temuan dilapangan, maka beberapa hal yang
dan mengikuti pengajian. Selain itu para orang tua juga mendididk anak-
10
anak mereka agar memiliki kemandirian seperti mengajarkan ank mereka
lainya.
2. Para orang tua tidak hanya mengharapkan pembelajaran dari sekolah saja
mereka, orang tua murid melakukan peran mereka dengan baik dalam
baik, dan kerapian maupun kebersihan pada diri sendiri meskipun anak
murid tidak lelah ataupun letih dengan terus melatih anak mereka dalam
mereka tanpa merasa lelah walaupun dalam keadaan capek setelah kerja,
anak dapat mengerti keadaan orangtua hal ini merupakan penanaman nilai
di dalam keluarga.
disosiatif tidak sampai mengalami konflik antara anak, guru dan orang tua
hanya ada beberapa perbedaan pendapat antara guru dan oaring tua dalam
proses belajar, tetapi pada akhirnya orangtua sadar akan kekurangan anak
11
tersebut, pihak sekolahpun memberikan perjanjian kontrak belajar
terhadap orangtua agar bisa mengerti keadaan anak dengan kesulitan daya
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini, 1992, Psikologi Wanita Jilid I (Mengenal Gadis Remaja dan
Wanita Dewasa). Bandung: Mandar Maju.
12