Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dibimbing Oleh:
Bagus Dwi Cahyono, SST., M.Kes
Disusun Oleh :
Resti Avi Dimayanti 1801083
A. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2018).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2016)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua
orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2018).
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan,
alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu
yang lama.
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit. C ,vit B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari
(sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat
keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan
keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan
irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis
tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu
fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang
lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan
lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula
lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul
akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat
ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal
yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan
perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial,
membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus
menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien
dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi
aman dengan medan pandang yang terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang
mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak.
Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan
lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan
kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar
95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa
kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler
atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur
ekstrakapsuler.
G. PATHWAY
Mengabutkan pandangan
A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah keterangan
lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40
tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan
pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
1. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
3. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
4. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur /
tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di
runag gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan,
fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea
berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
5. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba /
berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
6. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata
terlibat.
Observasi tanda-tanda disorientasi.
Orientasikan klien tehadap lingkungan.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana
dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.
Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes
mata dilator.
Membantu penglihatan pasien.
Memudahkan pasien untuk berkomunikasi
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :
Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda ataugejala
komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter.
Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati
mengenal teknik yang benar memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.
Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera
mata.
Suber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan
teman di rumah
Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Diunduhdari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki –laki
Umur : 50 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Kedawung kulon kec grati
No. Register :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian : 10 november 2020 pukul 11.30 WIB
B. POLA ELIMINASI
1. BAB : normal
2. BAK : normal
3. Kesulitan BAB/BAK : tidak ada kesulitan
4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut :-
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi :
Saat berkomunikasi dengan perawat komunikasi terlihat-baik baik saja
B. Orang yang paling dekat dengan klien :
Istri pasien
C. Rekreasi :
Hobby : Memancing
Penggunaan waktu senggang : Pasien mengatakan melakukan rekreasi bersama
keluarga kadang-kadang
D. Dampak di rawat di RS :
Pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan melakukan aktivitas seperti biasanya
E. Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial :
Saat pengkajian pasien mengatakan interaksi dengan keluarga ataupun tenaga
kesehatan lainnya baik baik saja.
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Istri pasien
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan beribadah : Klien mengatakan sholat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat/sakit : Klien mengatakan pasti sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Klien mengatakan yakin sembuh karena mau
berobat
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum/Keadaan Umum : Cukup, mukosa bibir lembab, compos mentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36,5°C Nadi : 90 x/ mnt
Tekanan Darah : 120/80mmHg Respirasi : 22 x/ mnt
Tinggi badan : 165 cm Berat badan : 50 kg
C. Pemeriksaan kepala dan leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : Bentuk mesochepal, simetris, normal
b. Ubun-ubun : Tidak ada benjolan, cembung
Kulit kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,tidak ada lesi
c. Rambut : Pertumbuhan rambut normal, pendek
d. Penyebaran dan keadaan rambut : Merata, sedikit kusam
Bau : Kurang sedap
Warna : Hitam
e. Wajah : Simetris, normal, tampak gelisah, ekspresi wajah tegang.
Warna kulit : Coklat matang
Struktur wajah : Simetris, bulat
2. Mata
a. Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu dimata kiri. Pada inspeksi pada lampu
senter, tidak timbul refeksi merah.
b. Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
c. Ukuran pupil : pupil dilatasi
d. Konjungtiva : anemis
e. Sklera : putih
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung tidak ada pembengkokan,
tulang septum nasi simetris
b. Lubang hidung : tidak ada lesi, tidak sekret, tidak ada perdarahan, tidak ada polip
c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung saat inspirasi dan ekpirasi,
tidak ada perdarahan
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris, normal
Ukuran telinga : Sedang, normal
Ketegangan telinga : Tidak tegang, lentur
Lubang telinga : Sedikit ada serumen, tidak ada perdarahan dan benda asing
b. Ketajaman pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan baik
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih rapih, gusi berwarna merah muda,
c. Keadaan lidah : Lidah bersih, tidak ada stomatitis, meringis kesakitan.
d. Orofaring : Tidak ada pembengkakan tonsilitis, sakit saat menelan
6. Leher
a. Posisi trachea : Simetris, tidak ada pembengkokan
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
c. Suara : Tidak ada bising
d. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
e. Vena Jugularis : Tidak ada distensi/pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Carotis : 80x/menit teraba, tidak ada benjolan
F. Pemeriksaan Thorax/Dada
1. Inspeksi Thorax
a. Bentuk Thorax : Normal chest
b. Pernapasan
- Frekwensi : 22x/menit
- Irama : Reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernapas : Tidak ada kesulitan bernafas, retraksi
intercostae terlihat saat inspirasi dan ekspirasi
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara (Vokal Fremitus) : Vokal fremitus kanan dan kiri sama
b. Perkusi : Sonor
c. Auskultasi : Vesikuler
- Suara napas : Suara nafas bronkial
- Suara ucapan : Jelas, bronkoponi
- Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan palpasi
- Pulsasi : Tidak ada pulsasi
- Ictus cordis : Berada pada ics v pada linea mid clavicula sinistra delebar
1cm
b. Perkusi :
- Batas-batas jantung : Kanan atas = Ics II lineparasternal line dekstra, kiri atas =
Ics II parasternal line sinistra, kanan bawah = Ics iv line parasternal line
dekstra, kiri bawah = Ics v mid clavicula line sinistra
c. Auskultasi :
- Bunyi Jantung I : Ics iv linea sternalis (trikuspidalis), ics v linea
mid clavicula/apek (mitral)
- Bunyi Jantung II : Ics ii linea sternalis dekstra (aorta), ics ii line
sternalis sinistra/ ics iii sternalis dekstra
- Bunyi Jantung Tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan
- Bising/Murmur : Tidak ada murmur
- Frekwensi Denyut jantung : 80x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen :
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Simetris, datar
- Benjolan/Massa : Tidak ada benjolan/massa
- Bayangan Pembuluh Darah abdomen : Tidak terlihat pembuluh darah
b. Auskultasi
- Peristaltik usus : Bising usus klien aktif di empat kuadran
dengan frekuensi 12 kali/ menit
- Bunyi Jantung Anak/BJA : lub dub
c. Palpasi
- Tanda Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan
- Benjolan/Massa : Tidak ada benjolan/massa
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites/pembesaran
- Hepar : Tidak ada pembesaran hepar
- Lien : Tidak ada pembesaran lien
- Titik McBurney : Tidak ada nyeri di titik Mc Burney
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Timphany
- Pemeriksaan ascites : Tidak ada peradangan, perut tidak ada ascites
J. Pemeriksaan Neurologi
a. Tingkat Kesadaran (secara Kwantiatif)/ GCS : Compos mentis eye :4, verbal:5,
motorik:6
b. Tanda-tanda rangsangan otak : Mual -, muntah-, pusing-, panas-, kejang-, kaku
kuduk-
c. Syaraf otak (nervus cranialis) : Olfaktorius+, optikus+, okulomotorius+, tochlearis+,
trigeminus+, abdusen+, fasialis+, auditorius+, glosofaringeal+, vagus+, accesorius+,
hipoglosal+
d. Fungsi Motorik : dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan baik
e. Fungsi Sensorik : panca indera dapat berfungsi dengan baik
f. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : Patella+, aschilles+, abdusen+, bronkokardialis+, bisep+,
trisep+
b. Refleks Patologis : Babinski-, oppenheum-, chaddock-, gorden-, scafferi-, gonda-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Katarak
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :
1. Laboraturium :-
2. Rontgen :-
3. ECG : -
4. USG : -
5. Lain-lain : -
ANALISA DATA
Umur : 50 Tahun
No Register :-
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Umur : 50 tahun
No. Register :-
Nama : Tn.S
Umur : 50 tahun
CATATAN KEPERAWATAN
NAMA : Tn.S
UMUR : 50 Tahun
NO. Register :-
NO DX TGL/JAM TINDAKAN TT
KEP
D.0085 10-11-2020 1. Memperkenalkan diri
2. Membina hubungan saling percaya
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36,5°C
Nadi : 90 x/ mnt
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Respirasi : 22 x/ mnt
4. Melakukan penyuluhan tentang penyakit
katarak
5. Menganjurkan pada pasien untuk minum
obat secara teratur
6. Menganjurkan pada pasien untuk S jalan-
jalan pagi ( olahraga)
7. Menganjurkan pada pasien untuk
memakan- makanan yang bergizi ( 4 sehat
5 sempurna )
8. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang
cukup
NAMA : Tn.S
UMUR : 50 Tahun
NO. Register :-
NO DX TANGGAL TANGGAL
KEP 10-11-2020 11-11-2020
D.0085 DS: DS:
Pasien mengatakan penglihatannya Pasien mengatakan penglihatannya
kabur terutama mata kanan, sudah tidak kabur
penglihatan kabur dirasakan sejak DO:
kurang lebih 1 tahun yang lalu.
K/U : Baik
DO:
Kesadaran :
K/U : Cukup Composmetis
Kesadaran : TTV :
Composmetis
TD : 120/90 mmHg
TTV
N: 80 x/ menit
TD : 130/90
RR: 23 x/ menit
mmHg
S: 36,0 C
N : 80 x/ menit
A : Tujuan tercapai
RR : 23 x/ menit P : Intervensi dihentikan
S : 36,0 C
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
- Nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Diunduhdari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak