Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (PENGELIHATAN)


PADA TN S DENGAN KATARAK

Dibimbing Oleh:
Bagus Dwi Cahyono, SST., M.Kes

Disusun Oleh :
Resti Avi Dimayanti 1801083

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAHAN KOTA PASURUAN

Jl. KH Mansyur No.207, Tembokrejo,Purworejo

Kota Pasuruan, Jawa Timur 67118, Telp.(0343) 426730

TAHUN AJARAN 2020-2021


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2018).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2016)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua
orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2018).

B. Etiologi

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :


1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia

C. Manifestasi Klinis

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:


1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3. Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

D. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan,
alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu
yang lama.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan


kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

F. Penatalaksanaan

1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit. C ,vit B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari
(sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat
keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan
keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan
irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis
tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu
fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang
lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan
lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula
lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul
akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat
ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal
yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan
perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial,
membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus
menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien
dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi
aman dengan medan pandang yang terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang
mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak.
Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan
lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan
kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar
95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa
kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler
atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur
ekstrakapsuler.
G. PATHWAY

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari


badan silier kesekitar daerah lensa)

Hilangnya tranparansi lensa


Perubahan kimia dlm protein lensa
Koagulasi

Mengabutkan pandangan

Gangguan penerimaan sensori/statusorgan indera


Menurunnya ketajaman penglihatan
Gangguan persepsi sensori penglihatan
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah keterangan
lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40
tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan
pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
1. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
3. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
4. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur /
tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di
runag gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan,
fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea
berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
5. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba /
berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
6. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d menurunnya ketajaman


penglihatan

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
Tujuan :
 Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
 Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
INTERVENSI RASIONAL

 Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata
terlibat.
 Observasi tanda-tanda disorientasi.
 Orientasikan klien tehadap lingkungan.
 Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
 Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana
dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
 Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
 Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
 Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
 Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
 Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.
 Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes
mata dilator.
 Membantu penglihatan pasien.
 Memudahkan pasien untuk berkomunikasi
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :

 Mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri


INTERVENSI RASIONAL

 Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda ataugejala
komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter.
 Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati
mengenal teknik yang benar memberikan obat.
 Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
 Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.
 Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
 Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera
mata.
 Suber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan
teman di rumah
 Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC

Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta: EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia,


Pennsylvania : The Curtis Center

Mansjoer, Arif.2001. KapitaSelektaKedokteranEdisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media Aesculapius.


FakultasKedokteran UI

Doengoes, Marilynn. 1999. RencanaAsuhanKeperawatanEdisi 3. Jakarta; EGC

Diunduhdari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN

BIODATA
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki –laki
Umur : 50 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Kedawung kulon kec grati
No. Register :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian : 10 november 2020 pukul 11.30 WIB

RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan Utama
Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
Terutama dimata sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kerumah sakit pada tanggal 16 Oktober 2020 dengan keluhan pusing
dan penglihatannya kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien
merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat pada jarak
jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah dilakukan
pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi
coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan
keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di
mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih  1
tahun yang lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala
yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini
AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT
1. Waktu tidur
a. Sebelum sakit : Pasien tidur malam pukul 22:00 WIB, dan tidur siang
terkadang-kadang
b. Sesudah sakit : Pasien tidur malam pukul 21.00 WIB, siang tidur pukul 12.00
2. Waktu bangun
a. Sebelum sakit : Pagi pukul 05:00 WIB
b. Sesudah sakit : Pagi pukul 05:00 WIB, siang pukul 13:00 WIB
3. Masalah tidur :
a. Sebelum sakit : Pasien tidak ada masalah tidur
b. Sesudah sakit : Pasien tidak ada masalah tidur
4. Hal-hal yang mempermudah tidur
a. Sebelum sakit : Saat pasien merasa lelah dan mengantuk
b. Sesudah sakit : Pasien tertidur saat suasana sepi
5. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun :
a. Sebelum sakit : Pasien terbangun ketika waktu sholat subuh
b. Sesudah sakit : Pasien bangun saat ramai

B. POLA ELIMINASI
1. BAB : normal
2. BAK : normal
3. Kesulitan BAB/BAK : tidak ada kesulitan
4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut :-

C. POLA MAKAN DAN MINUM


1. Jumlah dan jenis makanan : 3x sehari (nasi, lauk dan pauk)
2. Waktu pemberian makan : pagi, siang, malam
3. Jumlah dan jenis cairan : Klien mengatakan minum air putih sebanyak 3-5
gelas/hari
4. Waktu pemberian cairan : ketika haus dan sesudah makan
5. Pantangan :-
6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : tidak ada
b. Kesulitan menelan : tidak ada
c. Mual dan muntah : tidak
d. Tidak dapat makan sendiri : dapat makan secara mandiri
7. Upaya mengatasi masalah : -

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE


1. Pemeliharaan badan :Klien mandi 3x sehari menggunakan sabun
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Klien sikat gigi 3x sehari
3. Pemeliharaan kuku : Klien memotong kuku ketika panjang
POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :
sebelum sakit: dapat beraktifitas dengan baik
Sesudah sakit: tidur dirumah saja

DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi :
Saat berkomunikasi dengan perawat komunikasi terlihat-baik baik saja
B. Orang yang paling dekat dengan klien :
Istri pasien
C. Rekreasi :
Hobby : Memancing
Penggunaan waktu senggang : Pasien mengatakan melakukan rekreasi bersama
keluarga kadang-kadang
D. Dampak di rawat di RS :
Pasien mengatakan tidak bisa bekerja dan melakukan aktivitas seperti biasanya
E. Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial :
Saat pengkajian pasien mengatakan interaksi dengan keluarga ataupun tenaga
kesehatan lainnya baik baik saja.
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Istri pasien

DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan beribadah : Klien mengatakan sholat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat/sakit : Klien mengatakan pasti sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Klien mengatakan yakin sembuh karena mau
berobat
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum/Keadaan Umum : Cukup, mukosa bibir lembab, compos mentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36,5°C Nadi : 90 x/ mnt
Tekanan Darah : 120/80mmHg Respirasi : 22 x/ mnt
Tinggi badan : 165 cm Berat badan : 50 kg
C. Pemeriksaan kepala dan leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : Bentuk mesochepal, simetris, normal
b. Ubun-ubun : Tidak ada benjolan, cembung
Kulit kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,tidak ada lesi
c. Rambut : Pertumbuhan rambut normal, pendek
d. Penyebaran dan keadaan rambut : Merata, sedikit kusam
Bau : Kurang sedap
Warna : Hitam
e. Wajah : Simetris, normal, tampak gelisah, ekspresi wajah tegang.
Warna kulit : Coklat matang
Struktur wajah : Simetris, bulat

2. Mata
a. Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu dimata kiri. Pada inspeksi pada lampu
senter, tidak timbul refeksi merah.
b. Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
c. Ukuran pupil : pupil dilatasi
d. Konjungtiva : anemis
e. Sklera : putih

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung tidak ada pembengkokan,
tulang septum nasi simetris
b. Lubang hidung : tidak ada lesi, tidak sekret, tidak ada perdarahan, tidak ada polip
c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung saat inspirasi dan ekpirasi,
tidak ada perdarahan

4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris, normal
Ukuran telinga : Sedang, normal
Ketegangan telinga : Tidak tegang, lentur
Lubang telinga : Sedikit ada serumen, tidak ada perdarahan dan benda asing
b. Ketajaman pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan baik
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih rapih, gusi berwarna merah muda,
c. Keadaan lidah : Lidah bersih, tidak ada stomatitis, meringis kesakitan.
d. Orofaring : Tidak ada pembengkakan tonsilitis, sakit saat menelan

6. Leher
a. Posisi trachea : Simetris, tidak ada pembengkokan
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
c. Suara : Tidak ada bising
d. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
e. Vena Jugularis : Tidak ada distensi/pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Carotis : 80x/menit teraba, tidak ada benjolan

D. Pemeriksaan Integumen (kulit)


a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Coklat matang
d. Tekstur : Tidak kenyal
e. Kelembaban : Lembab
f. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara : Tidak terkaji
b. Warna payudara dan areola : Tidak terkaji
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : Tidak terkaji
d. Axilla dan Clavicula : Tidak terkaji

F. Pemeriksaan Thorax/Dada
1. Inspeksi Thorax
a. Bentuk Thorax : Normal chest
b. Pernapasan
- Frekwensi : 22x/menit
- Irama : Reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernapas : Tidak ada kesulitan bernafas, retraksi
intercostae terlihat saat inspirasi dan ekspirasi
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara (Vokal Fremitus) : Vokal fremitus kanan dan kiri sama
b. Perkusi : Sonor
c. Auskultasi : Vesikuler
- Suara napas : Suara nafas bronkial
- Suara ucapan : Jelas, bronkoponi
- Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan palpasi
- Pulsasi : Tidak ada pulsasi
- Ictus cordis : Berada pada ics v pada linea mid clavicula sinistra delebar
1cm

b. Perkusi :
- Batas-batas jantung : Kanan atas = Ics II lineparasternal line dekstra, kiri atas =
Ics II parasternal line sinistra, kanan bawah = Ics iv line parasternal line
dekstra, kiri bawah = Ics v mid clavicula line sinistra
c. Auskultasi :
- Bunyi Jantung I : Ics iv linea sternalis (trikuspidalis), ics v linea
mid clavicula/apek (mitral)
- Bunyi Jantung II : Ics ii linea sternalis dekstra (aorta), ics ii line
sternalis sinistra/ ics iii sternalis dekstra
- Bunyi Jantung Tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan
- Bising/Murmur : Tidak ada murmur
- Frekwensi Denyut jantung : 80x/menit

G. Pemeriksaan Abdomen :
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Simetris, datar
- Benjolan/Massa : Tidak ada benjolan/massa
- Bayangan Pembuluh Darah abdomen : Tidak terlihat pembuluh darah
b. Auskultasi
- Peristaltik usus : Bising usus klien aktif di empat kuadran
dengan frekuensi 12 kali/ menit
- Bunyi Jantung Anak/BJA : lub dub
c. Palpasi
- Tanda Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan
- Benjolan/Massa : Tidak ada benjolan/massa
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites/pembesaran
- Hepar : Tidak ada pembesaran hepar
- Lien : Tidak ada pembesaran lien
- Titik McBurney : Tidak ada nyeri di titik Mc Burney
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Timphany
- Pemeriksaan ascites : Tidak ada peradangan, perut tidak ada ascites

H. Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Rambut Pubis : Sedikit rambut pubis
b. Meatus Urethra : Lubang meathus uretra normal
c. Kelainan-kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal : Tidak ada
2. Anus dan Perineum
a. Lubang anus : Ada
b. Kelainan-kelainan pada anus : Tidak ada kelainan
c. Perineum : Tidak ada lesi

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)


a. Kesimetrisan otot : Simetris
b. Pemeriksaan Oedem : Tidak ada odem
c. Kekuatan otot : Nilai 5, seluruh gerakan otot dapat dilakukan tanpa
adanya kelelahan pada ekstremitas kanan kiri atas bawah,
d. Kelainan-kelainan pada ektremitas dan kuku : Tidak ada kelainan

J. Pemeriksaan Neurologi
a. Tingkat Kesadaran (secara Kwantiatif)/ GCS : Compos mentis eye :4, verbal:5,
motorik:6
b. Tanda-tanda rangsangan otak : Mual -, muntah-, pusing-, panas-, kejang-, kaku
kuduk-
c. Syaraf otak (nervus cranialis) : Olfaktorius+, optikus+, okulomotorius+, tochlearis+,
trigeminus+, abdusen+, fasialis+, auditorius+, glosofaringeal+, vagus+, accesorius+,
hipoglosal+
d. Fungsi Motorik : dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan baik
e. Fungsi Sensorik : panca indera dapat berfungsi dengan baik
f. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : Patella+, aschilles+, abdusen+, bronkokardialis+, bisep+,
trisep+
b. Refleks Patologis : Babinski-, oppenheum-, chaddock-, gorden-, scafferi-, gonda-

K. Pemeriksaan Status Mental :


a. Kondisi emosi/perasaan : Pasien terlihat cemas
b. Orientasi : dapat berorientasi dengan baik mengenal tempat, waktu dan ruang
c. Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhiungan) : Pola berfikirnya sudah
baik
d. Motivasi (kemauan) : Pasien semangat untuk sembuh dan bisa cepat pulang
e. Persepsi : Baik
f. Bahasa : Jawa, bahasa indonesia

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Katarak
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :
1. Laboraturium :-
2. Rontgen :-
3. ECG : -
4. USG : -
5. Lain-lain : -

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


1. Ceftriaxone 3 x 1 gram
2. Infus RL 20 tpm
Perawat

RESTI AVI DIMAYANTI


NIM : 1801083

ANALISA DATA

Nama pasien : Tn.S

Umur : 50 Tahun

No Register :-

N Data Etiologi Masalah


o
1 DS: Gangguan
klien mengatakan Perubahan fisik persepsi
penglihatannya kabur (perubahan pd sensori
terutama mata kanan, serabut halus penglihata
penglihatan kabur dirasakan multiple (zunula) n
sejak kurang lebih 1 tahun yg memanjang dari
yang lalu. badan silier
kesekitar daerah
DO: lensa)
K/U : Cukup
Kesadaran : Hilangnya
Composmeti tranparansi lensa
s
TTV
Perubahan kimia
TD : 130/90 dlm protein lensa
mmHg
N : 80 x/
menit Koagulasi
RR : 23 x/
menit
Mengabutkan
S : 36,0 C
pandangan
- Pupil berwarna putih dan
ada dilatasi pupil Gangguan
- Nucleus pada lensa penerimaan
sensori/statusorga
menjadi coklat kuning, n indera
lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat. Menurunnya
ketajaman
penglihatan

Gangguan persepsi
sensori penglihatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn.S

Umur : 50 tahun

No. Register :-

No. Tgl Muncul Diagnosa Keperawatan Kode Tgl


Teratasi
1 10-11-2020 D.0085
Gangguan persepsi sensori
penglihatan b.d menurunnya
ketajaman penglihatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn.S

Umur : 50 tahun

SDKI SLKI SIKI


kode diagnosis kode luaran kode intervensi
D.0085 Gangguan persepsi L.09083 Setelah dilakukan 1.1454 Utama :
sensori tindakan selama 24 jam 9
penglihatan b.d - Manajemen nyeri
diharapkan
menurunnya - Pemberian Analgesik
ketajaman Utama
penglihatan Pendukung :
- Persepsi Sensori
- Intervensi
Tambahan :
Pendukung
- Fungsi Sensori
- Dukungan
- Orientasi Kognitif Pelaksanaan lbadah
- Proses Informasi - Dukungan
Pengungkapan
- Status Neurologis
Kebutuhan
- Status Orientasi
- Edukasi Perawatan
Diri
- Manajemen Mood
- Manajemen
Perilaku
- Manajemen Stres
- Pencegahan Bunuh
Diri
- Pencegahan
Perilaku Kekerasan
- Promosi Perawatan
Diri
- Restrukturisasi
Kognitif
- Skrining
Penganiayaan/Pers
ekusi
- Teknik
Menenangkan
- Terapi Aktivitas
- Terapi Kognitif
Perilaku
- Terapi Relaksasi

CATATAN KEPERAWATAN

NAMA : Tn.S

UMUR : 50 Tahun

NO. Register :-

NO DX TGL/JAM TINDAKAN TT
KEP
D.0085 10-11-2020 1. Memperkenalkan diri
2. Membina hubungan saling percaya
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36,5°C
Nadi : 90 x/ mnt
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Respirasi : 22 x/ mnt
4. Melakukan penyuluhan tentang penyakit
katarak
5. Menganjurkan pada pasien untuk minum
obat secara teratur
6. Menganjurkan pada pasien untuk S jalan-
jalan pagi ( olahraga)
7. Menganjurkan pada pasien untuk
memakan- makanan yang bergizi ( 4 sehat
5 sempurna )
8. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang
cukup

D.0085 02-11-2020 1. Memperkenalkan diri


2. Membina hubungan saling percaya
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
S : 38,00C
N : 100x/menit
RR : 21x/menit
4. Mengidentifikasi pengetahuan
tentang perawatan diri
5. Merencanakan strategi edukasi
termasuk tujuan yang realistis
6. Mengajarkan perawatan diri, praktik
perawatan diri, dan aktivitas
kehidupan sehari-hari
EVALUASI

NAMA : Tn.S

UMUR : 50 Tahun

NO. Register :-

NO DX TANGGAL TANGGAL
KEP 10-11-2020 11-11-2020
D.0085 DS: DS:
Pasien mengatakan penglihatannya Pasien mengatakan penglihatannya
kabur terutama mata kanan, sudah tidak kabur
penglihatan kabur dirasakan sejak DO:
kurang lebih 1 tahun yang lalu.
K/U : Baik
DO:
Kesadaran :
K/U : Cukup Composmetis
Kesadaran : TTV :
Composmetis
TD : 120/90 mmHg
TTV
N: 80 x/ menit
TD : 130/90
RR: 23 x/ menit
mmHg
S: 36,0 C
N : 80 x/ menit
A : Tujuan tercapai
RR : 23 x/ menit P : Intervensi dihentikan
S : 36,0 C
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
- Nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC

Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta: EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia,


Pennsylvania : The Curtis Center

Mansjoer, Arif.2001. KapitaSelektaKedokteranEdisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media Aesculapius.


FakultasKedokteran UI

Doengoes, Marilynn. 1999. RencanaAsuhanKeperawatanEdisi 3. Jakarta; EGC

Diunduhdari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak

Anda mungkin juga menyukai