Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI KEADILAN DALAM KONSUMSI ISLAMI


Disusun untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu : Lina Marlina, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh :
Silvi Haidir Fauziah 191002077

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SILIWANGI
2020
i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang memberikan rahmat dan
hidayah-Nya penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “ Teori Keadilan dalam Konsumsi Islami” untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Etika Bisnis Islam. Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang seperti sekarang.

Makalah ini bukanlah sebuah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan.
Baik isi ataupun dalam sistematika penulisanya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi karya yang lebih baik lagi. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khusunya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, November 2020

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
3. Tujuan Makalah..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1. Konsumsi dalam Islam....................................................................................................3
2. Prinsip Konsumsi dalam Islam........................................................................................4
4. Urgensi dan Tujuan Konsumsi dalam Islam...................................................................6
5. Teori Keadilan.................................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
1. Kesimpulan.....................................................................................................................9
2. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
LAMPIRAN.............................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Secara umum pemenuhan terhadap kebutuhan akan memberikan dampak atau
manfaat fisik, spiritual, intelektual ataupun material, sedang pemenuhan terhadap
keinginan akan menambah kepuasan atau manfaat psikis di samping manfaat lainnya.
Jika suatu kebutuhan diinginkan oleh seorang, maka pemenuhan kebutuhan tersebut
akan melahirkan maslahah sekaligus kepuasan, namun jika pemenuhan kebutuhan
tidak dilandasi keinginan, maka hanya akan memberikan manfaat saja. Ada beberapa
mekanisme konsumsi dalam Islam. Modus konsumsi yang baik, menurut Nabi, adalah
sepertiga untuk disedekahkan, sepertiga untuk dikonsumsi sendiri, dan sepertiga lagi
untuk investasi.
Konsumsi yang mendatangkan Maslahah tidak dilarang untuk memenuhi
kebutuhan ataupun keinginannya selama dengan pemenuhan tersebut martabat
manusia dan kemanusiaannya bisa meningkat. Memang semua yang ada di bumi ini
diperuntukkan untuk manusia, namun manusia diperintahkan untuk mengonsumsi
barang/jasa yang halal dan baik secara wajar dan tidak berlebihan. Pemenuhan
kebutuhan ataupun keinginan tetap dibolehkan selama hal itu menambah maslahah
atau tidak mendatangkan mudharat.
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian.
Karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan
ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab,
mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan
penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsumsi dalam Islam?
2. Apa saja prinsip konsumsi dalam Islam?
3. Apa urgensi dan tujuan konsumsi dalam islam?
4. Apa itu teori Keadilan?

3. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana konsumsi dalam Islam
2

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam


3. Untuk mengetahui urgensi dan tujuan konsumsi dalam Islam
4. Untuk mengetahui teori keadilan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsumsi dalam Islam


Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan
manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk
manusia. Konsumsi dalam arti ekonomi adalah semua penggunaan barang dan jasa
yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tujuan manusia
mengkonsumsi adalah agar memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai
tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhinya berbagai macam keperluan baik
kebutuhan pokok, sekunder, barang mewah, maupun kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani.1
Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam
mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang
membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam
mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al- Qur‟an dan as-Sunnah. Prilaku
konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur‟an dan as-Sunnah ini akan membawa
pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.
` Al-Quran juga mengajak agar manusia tidak terbawa arus dan tenggelam
dalam kebiasaan yang bersifat materialistis dan hedonistis. Islam tidak melarang
manusia untuk mencari nafkah sebanyak- banyaknya tetapi perlu diperhatikan bahwa
harta yang kamu miliki dan nikmati ada hak orang lain didalamnya. Harta merupakan
anugerah Allah, Dia memberikan segalanya kepada manusia, berupa pakaian,
minuman, makanan, perumahan, kenderaan, alat komunikasi, alat rumah tangga dan
sebagainya. Manusia perlu mencatat bahwa Allah mengingatkan untuk tidak berbuat
boros dan berlebih-lebihan. Setiap manusia mempunyai sifat dan watak ingin untuk
melakukan sesuatu yang berbeda dengan orang lain sekalipun perbuatan itu israf dan
berlebihanlebihan seperti mengganti Kenderaan, padahal fungsi dan kualitas barang
yang lama masih bagus. Masalah model baru dalam Islam menjadi isu yang penting
dalam konsumsi Islam.

1
Deni Putra Muhammad, “Prinsip Konsumsi 4K+1M Dalam Perspektif Islam” Asy Syar’iyyah, Vol. 4, No.1,
Juni 2019, hal. 27
4

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong


untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsusmsi sesuatu dengan niat
untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengamdian kepada Allah akan
menjadikan konsusmsi itu bemilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan
pahala.2
Aturan dan kaidah konsumsi dalam sistem ekonomi Islam menganut paham
keseimbangan dalam berbagai aspek. Konsumsi yang dijalankan oleh seorang muslim
tidak boleh mengorbankan kemaslahatan individu dan masyarakat. Kemudaian, tidak
diperbolehkan mendikotomi antara kenikmatan dunia dan ahirat, bahkan sikap
ekstrimpun harus dijauhkan dalam berkonsumsi. larangan atas sikap tabzir dan israf
bukan berarti mengajak seorang muslim untuk bersikap bakhil dan kikir, akan tetapi
mengajak kepada konsep keseimbangan, karena sebaik-baiknya perkara adalah
pertengahan.
Adapun Kegiatan konsumsi dalam Islam adalah3:
a. Tidak boleh berlebih lebihan
b. Mengkonsumsi yang halal dan thayyib

2. Prinsip Konsumsi dalam Islam


Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar, yaitu :
1. Prinsip Keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki
secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darah, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah.4 Yang
maksudnya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2
Abdul Hamid, “Teori Konsumsi Islam Dalam Peningkatan Ekonomi Umat” Jurnal Visioner dan Strategis
Volume 7, Nomor 2, September 2018, hal. 20-21
3
Novi Indriyani Sitepu, “Perilaku Konsumsi Islam di Indonesia” Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam
Volume 2 , Nomor 1, Maret 2016, hal. 97
4
Imahda Khoiri Furqon, “Teori Konsumsi dalam Islam” Jurnal Hukum dan Ekonomi Syari’ah, Vol. 06, Nomor
1, hal.4
5

Keadilan yang dimaksud adalah mengkonsumsi sesuatu yang halal (tidak


haram) dan baik (tidak membahayakan tubuh). Kelonggaran diberikan bagi
orang yang terpaksa, dan bagi orang yang suatu ketika tidak mempunyai
makanan untuk dimakan. Ia boleh memakan makanan yang terlarang itu
sekedar yang dianggap perlu untuk kebutuhannya ketika itu saja.
2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun
Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua
yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman


adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara
berlebih.

4. Prinsip Kemurahan Hati


Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika
kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena
kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan
kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan
keimanan yang kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu,
yang menjamin persesuaian bagi semua perintah-Nya.
5. Prinsip Moralitas.

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan


tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan
demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi
keinginankeinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki
perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

Prinsip-prinsip Dasar dalam Konsumsi Menurut Islam Konsumsi Islam


senantiasa memperhatikan halal-haram, komitmen dan konsekuen dengan kaidah
6

dan syariat yang mengatur konsumsi agar mencapai kemanfaatan konsumsi


seoptimal mungkin dan mencegah penyelewengan dari jalan kebenaran dan
dampak mudharat baik bagi dirinya maupun orang lain. Adapun kaidah/prinsip
dasar konsumsi Islami adalah : 5
1. Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi dalam
melakukan konsumsi.
2. Prinsip kuantitas, yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah
dijelaskan dalam syariat Islam,
3. Prinsip prioritas, di mana memperhatikan urutan kepentingan yang harus
diprioritaskan agar tidak terjadi kemudharatan
4. Prinsip sosial, dalam Islam tujuan konsumsi bukanlah konsep utilitas
melainkan kemaslahatan, konsep utilitas sangat subjektif karena bertolak
belakang pada pemenuhan kepuasan atau wants, dan konsep maslahah
relatif lebih objektif karena bertolak pada pemenuhan kebutuhan atau
needs.

4. Urgensi dan Tujuan Konsumsi dalam Islam


Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian,
karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa kegiatan konsumsi. Oleh karena itu,
kegiatan ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia.
Sebab, mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan
penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan. Dalam sistem
perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya konsumsi akan
mendorong terjadinya produksi (pembuatan produk) dan distribusi (penyaluran
produk). Dengan demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian.6
Urgensi konsumsi dalam ekonomi islam memiliki perbedaan dengan ekonomi
konvensional, jika dalam ilmu ekonomi yang dipaparkan diatas dapat dilihat tujuan
konsumsi adalah memaksimalkan kepuasan atau diasumsikan dengan tingkat
kepuasan tertinggi karena kepuasan yang tidak terbatas, sedangkan dalam ekonomi
islam tujuan konsumsi untuk beribadah kepada Allah tuhan yang maha esa, selain
untuk meningkatkan stamina seperti makan, minum dan tidur, juga dalam memenuhi

5
Almizan,”Konsumsi menurut ekonomi Islam dan Kapitalis” Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan-
Volume 1, No.1, Januari-Juni 2016, hal. 19
6
Mohammad Lutfi, “Konsumsi dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam” SYAR’IE, Vol. 1 - Januari 2019, hal. 97
7

kebutuhan lainnya didasari dengan kemaslahatan orang banyak diatas kemaslahatan


diri sendiri, seorang muslim akan mempertimbangkan maslahah daripada utilitas.7

5. Teori Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa arab “adl” yang artinya bersikap dan berlaku
dalam keseimbangan. Keseimbangan meliputi keseimbangan antara hak dan
kewajiban dan keserasian dengan sesama makhluk. Keadilan pada hakikatnya adalah
memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai haknya atas kewajiban yang telah di
lakukan. Yang menjadi hak setiap orang adalah di akui dan di perlakukan sesuai
harkat dan mertabatnya yang sama derajatnya di mata Tuhan YME. Hak-hak manusia
adalah hak hak yang diperlukan manusia bagi kelangsungan hidupnya di dalam
masyarakat.8
Keadilan yang diartikan dalam bahasa Inggris dengan justice yang lawan
katanya adalah injustice, kata ‘adl , menurut Majid Khadduri, mempunyai kata yang
berbeda arah dengannya, yakni jawr, dan ungkapan lain yang hampir sama
maksudnya namun berbeda bentuk kata yaitu: ẓulm, mayl, ṭughyān dan ḥirāf.9 Jika
dilihat makna yang lebih luas, ada beberapa makna yang dapat diberikan kepada
maksud dari keadilan, yakni:9
1. Adil dalam arti seimbang
Seimbang bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang sesuai dengan
kelayakannya sehingga terdapat kesesuaian kedudukan dan fungsinya
dibanding dengan individu lain. Untuk merealisasikan keadaan seimbang yang
dimaksud, perlu adanya syarat, baik itu ukuran yang tepat pada setiap bagian
dan pola kaitan antar bagian tersebut.
2. Adil berarti sama Adil
Yang dimaksud yakni memperlakukan sama dengan tidak membedabedakan di
antara setiap individu untuk memperoleh haknya. Pengertian seperti ini,
menurut Quraish Shihab, lebih diarahkan kepada proses dan perlakuan hakim
terhadap pihak-pihak yang berperkara, bukan persamaan perolehan yang

7
Sri Wahyuni, “Teori Konsumsi dan Produksi dalam Perpektif Ekonomi Islam” Jurnal Akuntabel ; Volume 10
No. 1 Maret 2013, hal. 77
8
Afifa Rangkuti, “Konsep Keadilan dalam Perspektif Islam” Jurnal Pendidikan Islam, Vol.VI, No.1, Januari-
Juni 2017, hal. 3-4
9
Hafidz Taqiyuddin, “Konsep Islam Tentang Keadilan” Jurnal Filsafat dan Teologi Islam Vol. 10 No. 2 (Juli-
Desember) 2019, hal. 158-159
8

didapatkan setiap individu di depan pengadilan terhadap objek yang


diperkarakan.
3. Adil dalam arti sifat yang dihubungkan dengan Allah
Adil merupakan salah satu sifat Allah adalah adil. Bahkan menurut Mu’tazilah
sifat adil adalah sifat af‘āl Allah yang paling tinggi dibandingkan dengan sifat-
Nya yang lain. Oleh karena itu mereka dijuluki dengan al-firqah al- ‘adlīyah.
Menurut mereka, Allah adalah zat yang maha pencipta. Setiap penciptaanya
pasti mempunyai hikmah dan tujuan tertentu. Jika Allah menetapkan suatu
hukum pada sesuatu, maka pasti di dalamnya terkandung sebuah keadilan.
Kemudian, apabila di dalam penetapan tersebut tidak terdapat tujuan (yakni
keadilan), maka perbuatannya menjadi sia-sia, dan itu merupakan hal yang
mustahil bagi Allah.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat
melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi
kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat
dalam al- Qur‟an dan as-Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-
Qur‟an dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan
kesejahteraan hidupnya.
Urgensi konsumsi dalam ekonomi islam memiliki perbedaan dengan ekonomi
konvensional, jika dalam ilmu ekonomi yang dipaparkan diatas dapat dilihat tujuan
konsumsi adalah memaksimalkan kepuasan atau diasumsikan dengan tingkat
kepuasan tertinggi karena kepuasan yang tidak terbatas, sedangkan dalam ekonomi
islam tujuan konsumsi untuk beribadah kepada Allah tuhan yang maha esa.
Keadilan berasal dari bahasa arab “adl” yang artinya bersikap dan berlaku
dalam keseimbangan. Keseimbangan meliputi keseimbangan antara hak dan
kewajiban dan keserasian dengan sesama makhluk. Keadilan pada hakikatnya adalah
memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai haknya atas kewajiban yang telah di
lakukan. Yang menjadi hak setiap orang adalah di akui dan di perlakukan sesuai
harkat dan mertabatnya yang sama derajatnya di mata Tuhan Yang Maha Esa.

2. Saran
Demikianlah makalah yang penulis buat ini. Penulis mengharapkan apa yang
telah dijelaskan dapat dipahami dan bermanfaat khususnya bagi pembaca dan
umumnya bagi kita semua. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki penyusunan dalam pembuatan makalah dikemudian
hari.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, (2018).“Teori Konsumsi Islam Dalam Peningkatan Ekonomi Umat” Jurnal Visioner
dan Strategis,7 (2), 20-21.

Afifa Rangkuti, (2017) “Konsep Keadilan dalam Perspektif Islam” Jurnal Pendidikan Islam,
VI(1),. 3-4

Almizan, (2016).”Konsumsi menurut ekonomi Islam dan Kapitalis” Jurnal Lembaga


Keuangan dan Perbankan,1(1),19.

Deni Putra Muhammad, (2019). “Prinsip Konsumsi 4K+1M Dalam Perspektif Islam” Asy Syar’iyyah,
4, (1). 27.
Fauzi Almubarok, (2018) “Keadilan dalam Perspektif Islam” ISTIGHNA,1(2). 115
Hafidz Taqiyuddin, (2019)“Konsep Islam Tentang Keadilan” Jurnal Filsafat dan Teologi Islam , 10
(2). 158-159
Imahda Khoiri Furqon, “Teori Konsumsi dalam Islam” Jurnal Hukum dan Ekonomi Syari’ah, 06
(1),4.

Mohammad Lutfi, (2019) “Konsumsi dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam” SYAR’IE, 1.97.

Novi Indriyani Sitepu, (2016). “Perilaku Konsumsi Islam di Indonesia” Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam 2(1), 97.

Sri Wahyuni, (2013) “Teori Konsumsi dan Produksi dalam Perpektif Ekonomi Islam” Jurnal
Akuntabel, 10 (1), 77.

10
LAMPIRAN

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai