Anda di halaman 1dari 4

OLEH

GLADYS FOURIZA IBANEZ

NIM : F1B020047

Judul Buku: Mantappu Jiwa

Penulis: Jerome Polin Sijabat

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: Agustus 2019

Tebal: 206 Halaman

ISBN: 978-602-06-3241-4

Jerome Polin Sijabat lahir di Jakarta 2 mei 1998 atau yang lebih dikenal sebagai Jerome Polin, adalah
seorang Youtuber dan Selebritis Internet berkebangsaan Indonesia. Dengan memuat konten tentang
kehidupan pribadinya di YouTube, selama di Jepang dan kerap membuat konten cara belajar Bahasa
Jepang. Akun Youtube milinya adalah "NIHONGO MANTAPPU"Berbicara soal matematika. Mungkin di
antara kalian pasti ada yang suka matematika, ada yang suka banget dengan matematika dan ada pula
yang tidak suka sama sekali dengan matematika.

Apakah buku ini akan membahas soal matematika? Bukan, Kata orang, selama masih hidup, manusia
akan terus menghadapi masalah demi masalah. Dan dalam buku ini, yaitu bagaimana Jerome
menghadapi setiap persoalan di dalamnya.

Di mulai dari Jerome yang lahir dengan hari meletusnya kerusuhan di tahun 1998. Bagaimana
keluarganya berusaha menyekolahkan ia dengan ekonomi terbatas itulah yang akan Jerome ceritakan
hingga ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh S1 di Jepang.

Jerome lahir antara tanggal 6-8 Mei. Kelurganya sederhana saja. Ayahnya seorang pendeta, Ibunya
seorang ibu rumah tangga. Keluarga dengan kondisi perekonomian sangat terbatas, untuk membeli
bahan makanan saja sulitnya ampun-ampunan.

Saat duduk dibanku Sekolah Dasar, Jerome bersekolah di IPH School dengan beasiswa, pada tahun 2004.
Ia ingin sekali les matematika tetapi orang tuanya tidak memperbolehkan. Sebab kedua orangtua nya
tidak mempunya uang kala itu, jadinya Jerome les sendiri di bombing oleh Mamanya. Sehingga ia bisa
mengejar ketertingagalan pelajarannya disekolah.
Waktu itu Jerome bermimpi suatu hari ia bisa pergi ke Disneyland dengan keluarganya menikmati
suasana taman impian. Tetapi bagaimana caranya? Ketika itu jerome memiliki ide dan akal bahwa untuk
mewujudkan impiannya ia harus bisa ke luar negeri dengan cara berkuliah di LUAR NEGERI.

Sampai tiba-tiba anak kelas 2 SD bernama Jerome ini mendaptkan ide dan mimpi baru, yaitu “kuliah di
luar negeri”. Kemudian ia menceritakan imipiannya itu kepada kedua orang tuanya, namun kedua
orangtuanya hanya bias tersenyum sembari mengatakan.

“Kamu kan tahu Papa dan Mama enggak punya banyak uang. Untuk bias biayain kuliah aja sudah sulit
banget mikirinnya. Apalagi kuliah diluar negeri?. Jadi, kalau kamu mau kuliah diluar negeri jangan minta
ke Papa-Mama, tapi minta ke Tuhan ya.”

Seketika Jerome merasa sedih tetapi ada satu api semangat yang tiba-tiba menyala dalam dirinya.
Kemudian ia bertekad “Kalau begitu aku harus mendapatkan beasiswa penuh!”

Mimpi besar itu ia kerjakan, ia usahakan, dan selalu berdoa setiap hari. Tidak putus putus. Semua ia
barengi dengan kedisiplinan dan ketekunan.

Mulai SMP ia sudah rajin riset mengenai beasiswa penuh S1. Saat itu beasiswa penuh untuk studi S1
yang ia temukan adalah NTU (Nanyang Technological University) Singapura dan NUS (National University
Singapore), sejak mengetahui informasi beasiswa itu Jerome memantapkan tujuannya yaitu:
mendapatkan beasiswa penuh di NTU atau NUS

Jerome orang yang sangat pintar di sekolahnya sehingga memiliki banyak kejuaraan yang telah ia raih
dari perlombaan yang diikuti, yaitu Juara 1 Olimpiade Matematika Nasional UNM, juara 1 Industrial
Engineering Games ITS, Medali Emas International Kangoroo Mathematics Competition dll. Hal itu ia raih
pada saat kelas X, XI, dan XII.

Padatanggal 30-31 Januari 2016 tes beasiswa NUS diselenggarakan, ia mengikuti tes beasiswa itu namun
Jerome dihadapi dengan berbagai macam soal tes yang sangat rumit bagi dirinya. Bulan Februari saat
pengumuman beasiswa, jika berhasil mendapatkan beasiswa peserta akan mendapatkan E-mail
pemberitahuan, namun E-mail kunjung sampai pada Jerome. Itu artinya ia tidak lolos untuk
mendapatkan beasiswa. Harapannya hancur, impian yang ia perjuangkan sejak kecil dengan dibarengi
semangat dan kerja keras, harus ia lepas beitu saja. Ia berfikir “Katanya hasil tidak akan mengkhianati
usaha? Kok dengan segala usaha keras yang sudah kulakukan, aku masih dikhianati oleh hasil?. Katanya
banyak jalan menuju Roma… aku percaya itu. Aku mau percaya itu. Dan aku sudah menjalankan jalan-
jalan yang ada, serumit dan sesusah apapun itu. Tapi.. bagaimana jika, jangan-jangan, Roma yang kutuju
ternyata bukan Roma yang Tuhan sediakan untukku?” ucap Jerome.

Setelah tidak lolos beasiswa tersebut Jerome tidak menyerah, target selanjutnya adalah mendapatkan
beasiswa di Jepang. Hal itu ia persiapkan dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya adalah tahap persiapan sebelum berangkat ke Jepang. Untuk ke Jepang, para calon
penerima beasiswa harus mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Jepang. Jerome Polin pun
harus belajar buku bahasa jepang selama satu bulan.
Saat Jerome Polin sudah sampai di Tokyo Jepang, ia harus belajar bahasa Jepang terlebih dahulu selama
1,5 tahun sebelum masuk kuliah. Setelah itu, ia juga harus melewati ujian EJU (The Examination for
Japanese University Admission for International Students) yang terdiri dari tes bahasa Jepang (reading,
listening dan writing), tes kimia, fisika, dan matematika. Semuanya dalam bahasa Jepang.

Setelah menguasai bahasa Jepang, Jerome mulai belajar matematika, fisika dan kimia dalam bahasa
Jepang. Tujuannya untuk menembus ujian EJU yang harus dilaluinya agar bisa masuk Universitas
impiannya. Setelah usaha dan kerja keras juga doa, ia terpilih untuk masuk ke jurusan mathematics
science di Waseda of University. Selain itu, ia juga ikut lomba pidato bahasa Jepang. Ia membahas
tentang tema ‘Hal Kecil itu Penting’ yang membawanya menjadi juara pertama lomba pidato bahasa
Jepang itu. Lomba inilah yang membawanya menjadi pemenang. Ia diwawancara oleh beberapa stasiun
televisi Jepang dan berpidato di depan para petinggi Rotary Club.

‘Aku percaya jika kita bertanggung jawab atas hal kecil, kita juga bisa bertanggung jawab atas hal lebih
besar. Tetapi jika kita tidak bisa bertanggung jawab atas hal kecil, kita tidak akan bisa bertanggung jawab
atas hal lebih besar.” #RumusJerome (hlm. 86)

“Aku belajar untuk jangan takut mencoba sesuatu yang baru, meski kelihatannya sulit sekalipun, karena
kita sebagai manusia tidak ada yang tahu masa depan.” #RumusJerome (hlm. 94)

Demi mempersiapkan ikut ujian EJU, Jerome sampai harus puasa main instagram selama sebulan. Ini
biar bisa fokus belajar ya. Selain itu, ia khawatir hasilnya tidak maksimal jika ia terdistraksi dengan
gadget dan lebih milih main social media seperti instagram. Bagi Jerome Polin, ujian EJU ini harus
dilewati dengan baik agar ia bisa terpilih masuk universitas impian. Ia sampai khawatir jika hasil
belajarnya selama ini sia-sia.

Dari 4857 peserta yang mengikuti EJU, yang mendapatkan nilai matematika antara 195-199 hanya 33
orang dan Jerome Polin adalah salah satunya. Ia sangat senang karena nilai ujian EJU ini bisa ia gunakan
untuk masuk ke Waseda University. Setelahitu, ia harus mengikuti tahapan administrasi dan ujian tulis
Waseda. Ujian ini harus dilalui dengan ujian esai, bukan pilihan ganda. Di antara ujian-ujian itu, Jerome
masih harus menunggu kepastian apakah ia akan bisa masuk ke kampus impiannya.

“Aku sadar belajar nggak akan pernah ada ruginya. Kalaupun kita tidak bisa menggunakan ilmunya saat
ini, bukan mustahil kita akan membutuhkannya di masa yang akan datang.” (hlm. 127)

Akhir September, hasil akhir seleksi masuk Waseda University diumumkan. Pengumumannya ada
diwebsite. Ia membuka website tersebut, dan membuka daftar nama peserta yang lolos. Difakultas
matematika yang lolos hanya lima orang. Dan ya!, Jerome Polin berhasil mendaptkan beasiswa itu

“Seperti ada soal-soal matematika yang tampaknya tidak memiliki jawaban, proses mengerti maksud
Tuhan memang tidak pernah mudah di jalani” – Rumus Jerome (hlm 144)

Ini barulah permulaan dari perjalanan Jerome Polis Sijabat, ia sadar bahwa ia masih dalam tahap belajar
untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Untuk lebih mengerti tentang hitam, putih, dan abu-abunya hidup.
Karena hidup hanya sekali, mati hanya sekali, jadi mari kita berbuat sebaik-baiknya, agar dapat hidup
sebaik-baiknya, dan mati sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai