Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

HIDRONEFROSIS

Disusun oleh:

MARIA SAMPONU

21606024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HIDRONEFROSIS

A. Pengertian

Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal.Hidronefrosis adalah
pembesaran ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih
tersumbat.Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung
kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter serta atrofi pada parenkim ginjal.Dalam keadaan normal, air kemih mengalir
dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air
kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus
renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini
akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.
Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan
ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

B. Epidemologi

Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih


yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
serta atrofi pada parenkim ginjal.

C. Etiologi

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik


(sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah;
c. Batu di dalam pelvis renalis;
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, dan tumor.

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan


ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:

a. Batu di dalam ureter;


b. Tumor di dalam atau di dekat ureter;
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran
atau pembedahan;
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter;
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid);
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih);
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya;
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker;
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera;
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim


menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya
pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang
berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal
mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan
kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan
yang menetap.

D. Tanda dan gejala

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.Obstruksiakut


dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang.Jika terjadiinfeksi maja
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akanterjadi.Hematuri dan
piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kenamaka tanda dan gejala gagal ginjal
kronik akan muncul, seperti:

a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium)


b. Gagal jantung kongestif
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi)
d. Pruritis (gatal kulit)
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit)
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
h. Amenore, atrofi testikuler.

E. Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di
piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.Obstruksi dapat diakibatkan
oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau
inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut.Gangguan dapat sebagai akibat
dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.

Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks
ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.

F. Komplikasi dan Prognosis

Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa
menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk
sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.Hidronefrosis bisa
menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa
kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi ginjal akan mulai menurun
segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi reversibel jika tidak menyelesaikan
pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan
berlangsung hingga 6 minggu.

G. Penatalaksanaan dan Pengobatan

a. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungifungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan
melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani
dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi
ureter).Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka
nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan.

b. Pengobatan
a) Hidronefrosis akut
1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan
melalui kulit)
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu

b) hidronefrosis kronik
1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan
air kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi
5. terapi hormonal untuk kanker prostat
6. pembedahan
H. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul,
terutama jika ginjal sangat membesar.
2. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
3. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
5. Laboratorium
6. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena
ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. a.Identitas Klien
1) Nama : Tn. I
2) Umur : 38 thn
3) Jenis kelamin : L
4) Agama : Muslim
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Tukang ojek
7) Status kawin : Menikah

b. Keluhan utama
Tidak nyaman saat beraktivitas sehari-hari karena terjadi perubahan
pengeluaran urine

c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami hal seperti ini.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
klien saat ini berkemih sedikit terganggu, nyeri saat berkemih dan
nyeri panggul.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit polikistik
ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang
lain.
2. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat
Klien Kelelahan
b. Integritas ego
Klien merasa tidak berdaya
c. Elimasi
Klien mengalami perubahan pengeluaran BAK dan BAB
d. Makanan/cairan
Penurunan berat badan karena malnutrisi
e. Interaksi social
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa.
f. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.

3. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan obstruksi akut
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan
ureter/uretra
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4. Perencanaan
a. Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan obstruksi akut
Tujuan: Nyeri berkurang sampai tidak ada nyeri
Kriteria hasil: pasien menunjukkan rileks dan mengatakan nyeri
berkurang

intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling 1. Mengenal klien dan
percaya mempermudah untuk
2. Kaji lokasi, lamanya, memberikan intervensi
intensitas dan tingkat skala selanjutnya.
nyeri 2. Mengetahui skala dan
3. Atur posisi yang nyaman kualitas nyeri
bagi klien 3. Posisi yang nyaman
4. Ajarkan pasien teknik akan membantu
relaksasi memberikan
5. Berikan health education kesempatan pada otot
tentang penyebab nyeri yg untuk relaksasi
dialami pasien. seoptimal mungkin
6. Kolaborasi dengan dokter 4. Teknik relaksasi dapat
untuk pemberian analgesik. mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
5. pemahaman pasien
tentang penyebab nyeri
yang terjadi akan
mengurangi ketegangan
pasien dan
memudahkan pasien
untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
6. Obat –obat analgesik
dapat membantu
mengurangi nyeripasien

b. Diagnosa 2
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan
ureter/uretra
Tujuan: pasien dapat berkemih dengan jumlah normal
Kriteria hasil: pasien menunjukkan tidak mengalami tanda obstruksi.

Intervensi Rasional
1. Kaji pemasukan cairan dan 1. memberikan informasi
pengeluaran karakteristi urin tentang fungsi ginjal dan
2. Tentukan pola berkemih adanya komplikasi
normal dan perhatikan 2. peningkatan hidrasi
variasi membilas bakteri darah dan
3. Dorong meningkatkan membantu lewatnya batu
pemasukan cairan 3. biasanya frekuensi
4. Observasi perubahan status meningkat bila kalkulus
mental, perilaku atau tingkat mendekati pertemuan
kesadaran uretrovesikal
5. Catat Px laboratorium, 4. akumulasi sisa berkemih
ureum, creatinin dan ketidakseimbangan
6. Amati keluhan kandung elektrolit dapat menjadi
kemih, palpasi untuk toksik
distensi suprabubik, 5. peningkatan ureum,
pertahankan penurunan creatinin mengindikasikan
keluaran urine disfungsi ginjal
6. retensi urine dapat terjadi,
menyebabkan distansi
jaringan dan resiko infeksi,
gagal ginjal

c. Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
Tujuan: status nutrisi klien mencapai adekuat
Kriteria hasil: pasien menunjukkan peningkatan berat badan

Intervensi Rasional
1. Kaji pola nutrisi klien dan 1. Mengetahui status nutrisi
perubahan yang terjadi pasien terkini
2. Kaji factor penyebab 2. Mengetahui penyebab
gangguan pemenuhan gangguan pemenuhan
nutrisi. nutrisi
3. Anjurkan klien untuk 3. Memaksimalkan intake
modifikasi diit (porsi pemenuha gizi
sedikit demi sedikit tapi 4. Tindakan memaksimalkan
sering) kebutuhan nutrisi pasien
4. Rencanakan pengaturan diit 5. Mengetahui keefektifan
dengan libatkan klien dan pemberian diit pasien
ahli gizi (kebutuhan kalori, 6. Mengetahui perkembangan
variasi menu) status nutrisi pasien
5. Pantau intake nutrisi klien 7. Tindakan untuk mencapai
6. Timbang berat badan setiap intake yang adekuat
hari
7. Kolaborasi dengan dokter
terkait pemberian obat-
obatan bila ada indikasi
sesuai program

d. Diagnosa
Hipertermi b/d proses infeksi
Tujuan: suhu tubuh pasien normal
Kriteria hasil: pasien menunjukkan suhu normal

Intervensi Rasional
1. Monitoring TTV 1. Memantau suhu setip saat
2. Beri kompres air hangat apakah normal, atau
3. Jaga lingkungan sekitar terjadi peningkatan.
pasien 2. Menurunkan suhu tubuh
4. Anjurkan keluarga sampai batas normal.
memakaikan baju tipis 3. Pasien tetap nyaman
5. Anjurkan keluarga untuk dengan mengatur suhu
membatasi aktivitas klien ruangan.
6. Kolaborasi dengan tim 4. Metabolisme dalam tubuh
medis dalam pemberian tidak meningkat.
obat penurun 5. Untuk mempercepat
panas,contoh paracetamol proses penyembuhan
6. Akan meredakan
hipotalamus sebagai pusat
mengatur panas
sehinggapanas tubuh
berangsur-angsur turun.
5. Pelaksanaan dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan


keperawatan keperawatan
1. Gangguan rasa 1. mengobservasi S: Klien mengatakan
nyaman TTV nyeri berkurang dan
berhubungan 2. mengkaji skala skala nyeri berkurang
dengan nyeri yang di menjadi 3 dari skala
obstruksi akut. alami klien nyeri (1-5)
3. membantu klien
dalam posisi O : klien tidak tampak
nyaman meringis lagi
4. menjelaskan nyeri TTV :
klien dan Td 130/80,
penyebabnya Nadi 75x/ menit,
nyeri. RR: 24x/ menit,
5. mengajarkan suhu 39oC
teknik relaksasi
membantu dalam A : masalah belum
mengubah posisi teratasi

P : lanjutkan
intervensi
2. Perubahan pola 1. 1. memantau S : : klien mengatakan
eliminasi urine tanda-tanda vital tubuh terasa lemah
berhubungan 2. Memonitor dan
dengan mencatat intake O : klien tampak
penyempitan atau output cairan lemah.
ureter/uretra. 3. Mengkaji TTV :
pengeluaran urine Td 130/80,
4. Memonitor pola Nadi 80x/ menit,
napas RR: 24x/ menit,
5. Mengukur berat suhu 38oC
badan
6. Pemberian cairan A : masalah belum
sesuai dengan teratasi.
indikasi
P : lanjutkan
intervensi
3. Gangguan nutrisi 1. Awasi konsumsi S : klien mengatakan
kurang dari makanan atau menghabiskan ¼
kebutuhan tubuh minuman porsi makannya
berhubungan 2. Perhatikan adanya
dengan mual dan mual dan muntah O : klien masih
muntah 3. Berikan makanan tampak lemah
sedikit tapi sering
4. Tingkatkan A : masalah belum
kunjungan oleh teratasi
orang terdekat
selama makan P :lanjutkan intervensi
5. Berikan
perawatan mulut
sering
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
dengan pemberian
diet
4. Hipertermi 1. Observasi tanda- S: Setelah dilakukan
berhubungan tanda vital. tindakan keperawatan
dengan proses 2. Berikan obat 1 x 60 menit, pasien
infeksi penurun panas mengatakan badannya
parasetamol 1 sudah tidak panas.
tablet, mengganti
cairan infuse RL O: Nadi: 60x/menit
500 cc 20 tpm RR: 24 x/menit
3. Berikan kompres Suhu: 36 oC
di ketiak dan
lipatan paha A: Masalah teratasi
4. Anjurkan pasien
untuk memakai P: Lanjutkan
pakaian tipis dan intervensi
yang menyerap
keringat

Anda mungkin juga menyukai