Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF PADA BAYI DI DESA AIR NANINGAN KABUPATEN


TANGGAMUS TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :

IVANA DHEA INDRASWARI


142012017024

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN REGULAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sehat

secara fisik, psikologis, spiritual dan sosial, guna mencetak generasi masa

depan yang berkualitas. Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat

dimulai sejak anak masih dalam kandungan ibu dan setelah dilahirkan dengan

cara mencukupi kebutuhan nutrisi salah satunya yaitu pemberian air susu ibu

(ASI) secara eksklusif sejak bayi dilahirkan selama 6 bulan penuh tanpa

menambahkan atau menganti dengan makanan atau minuman lain . Air susu

ibu merupakan asupan utama yang paling baik dan lengkap kandunganya,

ASI diberikan sejak menit pertama sampai dengan 6 bulan penuh, hal ini

dikarenakan ASI mengandung nutrisi lengkap, enzim-enzim dan antibody

yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan secara

optimal .

Pemberian ASI secara eksklusif memberikan sejuta manfaat bagi kesehatan

bayi dan ibunya. ASI bukan hanya mencukupi kebutuhan bayi secara optimal,

tetapi melindungi bayi dari berbagai masalah kesehatan seperti kekurangan

gizi, kelebihan gizi, gagal tumbuh, penyakit infeksi dan menurunkan angka

kematian pada bayi, selain itu ASI berperan dalam mempercepat proses

penyembuhan ketika anak sakit . Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan

risiko penyakit infeksi akut pada bayi seperti ISPA, pneumonia, infeksi
telinga, meningitis, haemophilus influenza, infeksi saluran kemih, dan infeksi

saluran cerna seperti diare . Pemberian ASI eksklusif dapat memberkuat

ikatan psikologis ibu dan anak yang sangat penting dalam pembentukan

kepribadian, proses sosialisasi anak dikemudian hari, sedangkan bayi yang

tidak mendapatkan ASI secara eksklusif tingkat ikatan psikologis antara ibu

dan bayi tidak sekuat anak yang mendapatkan ASI eksklusif dan anak tidak

ASI eksklusif lebih rentan mengalami masalah kesehatan .

Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki kerentanan terhadap

berbagai masalah kesehatan seperti penyakit infeksi, meningkatkan

morbidilitas dan mortalitas dibandingkan yang mendapatkan ASI eksklusif .

The Word Alliance for Breastfeeding Action menyapaikan bahwa menyusi

secara eksklusif merupakan dasar dari kehidupan dan investasi generasi masa

depan. Upaya menigkatan cakupan ASI eksklufis secara global terus

dilakukan organisasi internasional Word Health Organization dan United

Nations Children’s Fund yang merekomendasikan upaya mendukung ASI

eksklusif dengan cara, yaitu : Inisiasi menyususi dini satu jam pertama setelah

lahir, menyusui eksklusif dengan tidak memberikan makanan atau minuman

apapun termasuk air, menyusui sesuai dengan keinginan bagi baik pagi dan

malam hari, menghindari pengunaan botol, dot dan empeng dan .

WHO memberikan batas minimal cakupan pemberian ASI eksklusif kepada

Indonesia yaitu 50% . Data Profil Kesehatan Indonesia mencatat cakupan

bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh pada tahun 2018 di
Indonesia sebesar 68,74% . Mengalami kenaikan pemberian ASI eksklusif

sebesar 5.75% secara nasional pada tahun 2019 menjadi 74,5%, meskipun

sudah melampaui target dari WHO angka ini masih tergolong rendah dari

target Kemenkes RI sebesar 80% . Sedangkan cakupan bayi mendapatkan

ASI eksklusif di Provinsi Lampung tahun 2019 sebesar 69,3% dimana angka

ini masih dibawah angka target nasional dan di Kabupaten Tanggamus sendiri

target cakupan ASI eksklusif tahun 2019 yaitu 80% dan prevalensi pemberian

ASI eksklusif telah melampaui target nasional pada tahun 2019 yaitu sebesar

80,6% .

Penyebab cakupan ASI eksklusif di Provinsi Lampung belum memenuhi

target nasional, kondisi ini disebabkan kurangnya kesadaran, kemauan,

motivasi, dan alasan yang sering ditemukan pada ibu yang tidak memberikan

ASI secara eksklusif yaitu produksi ASI tidak banyak atau tidak lancar, sibuk

bekerja, maraknya iklan susu formula sehingga mempunyai angapan bahwa

susu formula memiliki kandungan dan manfaat sama seperti air susu ibu serta

masih rendahnya dukungan keluarga (Suharti J.F Mamangkey, 2018).

Penyebab cakupan tidak ASI eksklusif ini dapat ditekan dengan menigkatkan

pengetahuan keluarga mengenai pentingnya ASI eksklusif, sehingga keluarga

dapat mendukung ibu menyusui secara penuh .

Dukungan keluarga bersumber dari suami, orang tua, saudara dan lingkungan

mempunyai peran besar terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif ibu

kepada anaknya. Keluarga memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap

perkembangan seorang ibu menyusui yang dapat menentukan berhasil atau


tidaknya dalam memberikan ASI eksklusif. Menurut (Suharti J.F

Mamangkey, 2018) keluarga mempunyai fungsi dasar dalam keberhasilan

pemberian ASI eksklusif yaitu fugsi afektif seperti pemenuhan kebutuhan

psikologis, saling mengasuh, memberikan cinta dan kasih sayang serta saling

menerima dan mendukung. Dukungan memiliki pengaruh yang penting sekali

terhadap peningkatan motivasi, kemauan dan kemampuan ibu yang sedang

menyusui anaknya. Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang

mempunyai pengaruh paling besar dalam keberhasilan tercapainya pemberian

ASI eksklusif .

Dukungan keluarga dapat diberikan kepada ibu yang sedang menyusui dalam

beberapa bentuk yaitu : dukungan informasional, dukungan instrumental,

dukungan penilaian, dukungan penghargaan, dan dukungan emosional. Ibu

yang sedang menyusui memerlukan dukungan keluarga yang utuh dan

memerlukan kondisi emosional atau psikologis yang stabil, mengigat faktor

psikologis mempunyai peran kuat dalam mempengaruhi produksi ASI .

Berbagai macam dukungan yang diberikan keluarga kepada ibu menyusui

dukungan suami merupakan hal yang paling berarti, hal ini disebabkan karena

suami mempunyai peran aktif terhadap keberhasilan ASI eksklusif dan turut

menentukan milk let down reflex atau pengeluaran ASI. dukungan suami

merupakan salah satu faktor yang dapat menstimulus refleks oksitosin

sehingga membuat produksi air susu ibu meningkat .


Dukungan keluarga bagi ibu yang sedang menyusui memiliki arti penting

tidak hanya memberikan fasilitas menyusui, akan tetapi dapat mempengaruhi

ibu dalam konsistensi, tanggung jawab dan kesedian dalam memberikan ASI

eksklusif. Pengalaman dari keluarga terutama ibu kandung, ibu mertua dan

saudara mengenai menyusui, pengetahuan keluarga tentang fungsi dan

manfaat menyusui, serta sikap tenaga kesehatan dapat membantu ibu dalam

mengambil keputusan pemberian ASI eksklusif pada anaknya . Keluarga

yang tidak memberikan dukungan secara optimal kepada ibu menyusui dan

kurangnya pemahaman mengenai manfaat ASI eksklusif dapat memberikan

contoh negatif kepada ibu menyusui sepertihalnya memberikan madu yang

dioleskan di bibir atau lidah bayi, memberikan air mineral, pisang, susu

formula dan makanan pendamping ASI sebelum waktunya. Dukungan negatif

seperi ini membuat pencapaian ASI eksklusif selama enam bulan tidak

tercapai dan meningkatkan masalah kesehatan pada bayi dikemudian hari .

Penelitian dilakukan oleh menginformasikan bahwa dukungan keluarga yang

bersumber dari suami, orang tua dan kerabat mempunyai pengaruh signifikan

terhadap konsistensi seorang ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada

bayinya selama 6 bulan penuh terbukti berdasarkan uji statistik menggunakan

Man Whitney menunjukan nilai p-value 0.000 artinya ada hubungan

signifikan dukungan keluarga dengan keberhasilan ASI eksklusif pada bayi 0-

6 bulan. Hasil ini sejalan dengan , ibu yang memberikan ASI secara eksklusif

(43,6%) dan mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik sebesar

(53,8%), dukungan yang diberikan oleh keluarga pada ibu yang memberikan
ASI eksklusif dalam penelitian ini berupa bantuan dalam bentuk materi,

bantuan fisik yaitu alat pendukung untuk menyusui dan kehadiran kelaurga.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggorowati dan Fita Nuzulia (2013),

menginformasikan bahwa dukungan keluarga kepada ibu menyusui sebagian

besar dalam kategori baik (52,9%) dan sebagian besar ibu tidak memberikan

ASI eksklusif (73,5%), hal ini dikarenakan dukungan keluarga yang

diberikan tidak efektif dan rendahnya motivasi, ketidak percayaan diri ibu

dalam memberikan ASI secara eksklusif. Selain itu pengetahuan yang kurang

dan pendidikan ibu membuat pemahaman mengenai ASI rendah, kondisi ini

menjadi salah satu penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif. Sejalan

dengan yang menyampaikan bahwa faktor ketidak berhasilan ASI eksklusif

yaitu rendahnya pendidikan, informasi mengenai ASI yang minim dan

support sistem yang kurang menjadi awal rendahnya keberhasilan pemberian

ASI secara eksklusif.

Keberhasilan cakupan pemberian ASI eksklusif erat kaitanya dengan

dukungan keluarga baik suami, orang tua dan kerabat. Pemberian ASI

eksklusif dapat memberikan manfaat bagi kesehatan terutama memacu

tumbuh kembang anak dan ibunya. Anak yang tidak mendapatkan ASI

eksklusif akan cenderung mengalami masalah kesehatan seperti terserang

penyakit infeksi dan penyakit degenerative. Oleh sebab itu untuk mengetahui

dukungan keluarga mengenai keberhasilan pemberian ASI eksklusif, maka

peneliti telah melakukan survei di Desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus


untuk mengetahui presentase ibu menyusui secara eksklusif yang

mendapatkan dukungan keluarga. Berdasarkan prevalensi cakupan pemberian

ASI eksklusif di Kabupaten Tanggamus sebesar 80,6 % pada tahun 2019

(Dinkes Lampung, 2019). Hasil wawancara kepada 5 orang ibu yang

menyusui dengan diberikan pertanyaan 3 dari 5 orang ibu mengatakan

memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif dan mendapatkan

dukungan penuh oleh keluarga baik dari suami yang memfasilitasi kebutuhan

menyusui dan orang tua, kerabat yang mendukung secara instrumental dan

psikologis.

B. RumusanMasalah

Pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan merupakan hak

anak yang harus diberikan oleh ibunya. Pemberian ASI secara eksklusif

merupan pemberian tanpa adanya unsur-unsur selain ASI seperti madu, air

putih, pisang dan lainya. ASI mengandung berbagai macam unsur seperti

nutrisi micro dan makro, enzim-enzim, mineral, vitamin dan antibody yang

berfungsi untu menunjang tumbuh kemabang dan mencegah dari berbagai

penyakit infeksi. Keberhasilan ASI eksklusif pada ibu menyusui tidak lepas

dari faktor dukungan keluarga berupa dukungan informasi, instrumental,

penilaian, penghargaan, dan dukungan emosional. Oleh karna itu penelitian

ini di lakukan untuk membuktikan hubungan dukungan keluarga dengan

pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Air Naningan Kabupaten

Tanggamus Tahun 2020


C. Tujuan

1. TujuanUmu

Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi

Eksklusif Pada Bayi di Desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus

Tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, dan pekerjaan

ibu di Desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus Tahun 2020.

b. Mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian

ASI eksklusif di Desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus Tahun

2020.

c. Mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan

keluarga di Desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus Tahun 2020.

d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga pada ibu dengan pemberian

ASI eksklusif di Desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus Tahun

2020.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode cross sectional

2. Sasaran

Sasaran ini di lakukan kepada ibu menyusui dengan usia bayi 0-6 bulan.
3. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilakukan di Desa Air Naningan Kabupaten

Tanggamus dan akan dilaksanakan pada bulan April – Mei tahun 2021.

4. Variabel Penelitian

a. Independent : Dukungan Keluarga

b. Dependen : Pemberian ASI Eksklusif

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dukungan

keluarga pada ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Air Naningan

Kabupaten Tanggamus yang nantinya dapat di jadikan sebagai bahan

evaluasi kepada suami, orang tua, saudara, untuk mendukung pemberian

ASI eksklusif pada ibu yang sedang menyusui.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan sehingga dapat mendapat wawasan dan dapat dijadikan sebagai

perbandingan agar dapat meneliti dengan variabel yang berbeda selanjutnya.

Selain itu dapat memberikan edukasi kepada lingkungan sekitar tempat

tingga di Airnaningan agar seorang ibu memberikan ASI eksklusif kepada

anaknya serta sebagai pedomon bagi peneliti agar kelak dapat memberikan

ASI secara eksklusif pada anak saya.

3. Bagi Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan bahan

bacaan mahasiswa dan mahasiswi di perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu dan sebagai bahan perbandingan dengan

penelitian lainnya.

4. Bagi Peneliti Sejanjutnya

Diharapkan peneliti selanjurnya dapat melanjutkan penelitian hubungan

dukungan keluarga pada ibu dengan pemberian ASI eksklusif atau meneliti

dengan variabel yang berbeda mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu

menyusui diantaranya pengetahuan, pendidikan, ekonomi, pekerjaan ibu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ASI

1. Definisi ASI
Air susu ibu atau ASI merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar

payudarah ibu yang sedang menyusui (Wijaya, 2019). ASI secara penuh

diproduksi dalam waktu 48-96 jam setelah melahirkan, setelah plasenta

terlepas dan keluar maka hormone esterogen dan progesterone menurun,

kemudian hormone proklatin meningkat, hormone ini meragsang

memproduksi ASI di alveoli payudara kemudian memeras kelenjar dan

mendorong ASI keluar dari payudarah ibu (Kurniawan, 2016). ASI saat 6

bulan pertama produksinya sangat melimpak dari segi kandungan,

kompisisi nutrisi sangat tinggi, namun kondisinya akan menggalami

penurunan dari segi kuantitas dan kualitas setelah 6 bulan menyusui

(Mufdlilah, 2019).

2. Jenis-Jenis ASI

Menurut (Wijaya, 2019) ASI dikelompkan menjadi tiga jenis yaitu :

a. Kolostrum atau ASI hari 1-7

Kolostrum merupakan air susu ibu yang keluar pertama kali berbentuk

cair berwarna kekuningan dan kental yang diproduksi beberapa hari

setelah kelahiran. Kolostrum mengandung tinggi protein 8,5%,

karbohidrat 3,5%, lemak 2,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1%

dan vitamin larut lemak. Selain itu mengandung sel darah putih yang

berfungsi sebagai antibodi tubuh terutama immunoglobulin A atau

IgA sekretorik, nitrogen, laktoferin dan faktor pertumbuhan

epidermal.

b. ASI Peralihan
ASI peralihan merupakan transisi dari kolostrum ke ASI yang matur,

keluar dari hari ke 4 sampai dengan hari ke 10 ditandai dengan

peningkatan volume ASI. Kandungan ASI peralihan diantaranya

tingginya lemak, laktosa, vitamin larut air dan karbohidrat. Sedangkan

kandungan protein dan mineral mengalami penurunan (Mufdlilah,

2019).

c. ASI Matur

Asi matur atau matang merupakan air susu ibu yang disekresi dari hari

ke 14 dan seterusnya dengan komposisi ASI relative konstan. ASI

matur dibedakan menjadi dua yaitu ASI primer yang keluar pada awal

menyusui dengan kandungan lebih banyak air sehingga kebutuhan

bayi akan terpenuhi dan ASI sekunder yang keluar pada setiap akhir

menyusui dengan kandungan lebih banyak lemak dari pada susu awal

yang menyebabkan susu akhir lebih putih (Wijaya, 2019). Kandungan

ASI matur lebih tinggi lemak dan karbohidrat serta rendah protein

(Mufdlilah, 2019).

3. Hormon Yang Berperan Dalam Produksi ASI

Tubuh wanita akan memproduksi hormone yang memberikan rangsangan

untuk memproduksi ASI dalam sistem payudarah, menurut (Indonesia

Breastfeeding Network, 2018) sebagai berikut :

a. Hormon Progesteron
Hormon progesteron memberikan rangsangan dalam pertumbuhan dan

ukuran aveoli. Tingkat progesteron akan menurun sesaat setelah

melahirkan. Penurunan hormone ini memicu produksi ASI yang masih

selama 6 bulan pertama dan menurun volume dan kualitas ASI di 6

bulan berikutnya.

b. Hormon Estrogen

Hormon estrogen memberikan stimulasi pada saluran ASI untuk

membesar. Pada saat hormon estrogen menurun dan ibu masih dalam

masa menyusui, dianjurkan untuk tidak melakukan KB hormonal yang

mengandung hormon estrogen karena akan menghambat produksi

ASI.

c. Hormon Prolaktin

Hormon prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan olah

gandula pituitary yang merangsang sel-sel pada payudarah untuk

memproduksi air susu.

d. Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin berfungsi untuk mengencangkan otot halus pada

rahim yang terjadi saat melahirkan dan setelah melahirkan. Oksitosin

juga berfungsi untuk mengencangkan otot haluspada daerah alveoli

yang berguna untuk pengeluaran ASI. Ada beberapa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi terjadinya pengeluaran hormon oksitosin

ini, yaitu : Isapan bayi saat menyusu pada ibu, rasa kenyamanan diri

ibu pada saat menyusui, dilakukan pijat oksitosin oleh ibu yang
sedang menyusui, dukungan dari suami dan keluarga pada saat ibu

memberikan ASI Eksklusif, keadaan psikologi ibu yang baik (Nia

Umar S, 2014).

e. Human Placenta Lactogen/HPL

Saat kehamilan trimester pertama dibulan kedua, plasenta akan

banyak mengeluarkan hormon HPL yang berperan dalam

pertumbuhan payudara, putting dan areola pada saat sebelum

melahirkan (Rini Yuli Astutik, 2014). Saat payudara sudah

memproduksi ASI, terdapat proses pengeluaran ASI yaitu dimana bayi

mulai menghisap untuk menyusu pada ibu. Kondisi ini akan

melibatkan beberapa hormon yang berbeda, salah satunya yaitu

hormon oksitosin yang bekerja sama untuk pengeluaran ASI dan

melepaskannya untuk dihisap oleh bayi. Gerakan isapan dari bayi

dapat menstimulus serat saraf dalam putting yang akan membawa

implus supaya ASI melewati kolumna spinalis ke kelenjar hipofisis

dalam otak. Kelenjar hipofisis akan merespon ke otak untuk

melepaskan hormon prolaktin dan hormon oksitosin, kontraksi ini

akan menekan ductus dan mengeluarkan ASI ke dalam penampungan

dibawah areola (Taufan Nugroho, 2014).

4. Kandungan ASI

Menurut (Wijaya, 2019) kandungan ASI mempunyai dua komponen yaitu

nutrisi makronutrien dan mikronutrien sebagagai berikut :

a. Makronutrien
Nutrisi makronutrien yang terkandung dalam ASI diantaranya : air

yaitu komponen terbanyak yang terkandung dalam ASI yaitu lebih

dari 80% dari semua total komposisi yang berfungsi sebagai sumber

cairan utama bagi tubuh. Lemak dalam ASI jumlanya ½ dari jumlah

kalori ASI, kadar lemak dalam air susu ibu berfungsi sebagai

pendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi, asal lemak dalam

ASI kaya akan asam palmitat, asam oleat, asam linoleate, asam alfa

linolenat dan trigliserida merupakan bentuk lemak utama pada ASI

dengan kandungan antara 97-98%. Selain itu lemak dalam ASI kaya

akan omega 3 termasuk DHA, AA, ARA, mengandung enzim lipase

yang berguna untuk mencerna lemak. Lemak ASI terdapat di susu

akhir, oleh karena itu bayi harus menyusu sampai akhir hingga

payudara kosong baru pindah ke payudara lainya (Sjarif DR, 2014).

Kandungan lainya dalam ASI yaitu protein yang memiliki dua jenis

protein whey dan kasein. Selain itu mengandung laktoferin yang

berfungsi untuk menigkatkan kesehatan saluran pencernaan serta

lisozim sebagai anti mikroba. ASI juga kaya akan nukleotida yang

tersusun dari senyawa organic seperti nitrogen, karbohidrat dan

fosfat. Nukleotida berperan menigkatkan pertumbuhan dan

kematangan usus, merangsang bakteri baik dalam usus, serta

menigkatkan penyerapan zat besi dan daya tahan tubuh (Hendarto A,

2013).
Karbohidrat salah satu yang terkandung dalam ASI dalam bentuk

laktosa, galaktosa, glukosa dan kaya akan oligosakarida yang

membantu pengenalan dan pengikatan sel serta menjaga kesehatan

usus. Selain itu ASI juga mengandung imun, saat menyusu bayi akan

mendapatkan sel darah putih sebagai faktor imunitas dan kaya

immunoglobulin yang memperkuat sistem imun dan lokal saluran

cerna (Mufdlilah, 2019).

b. Mikronutrien

Mikronutien dalam ASI diantaranya : vitamin dan mineral yang

terkandung dalam ASI seperti zat besi, seng, dan kalsium yang

mudah diserap oleh tubuh bahkan 75% zat besi dapat diserap serta

mengandung antioksidan selenium. Vitamin dalam ASI seperti

vitamin K yang berfungsi sebagai faktor pembekuan, vitamin D

berfungsi mencegah terjadinya penyakit tulang, vitamin E yang

memiliki fungsi penting yaitu sebagai ketahanan dinding sel darah

merah, dampak dari kekurangan vitamin E dapat menyebabkan

anemia hemolitik, kandungan vitamin E pada ASI tinggi terutama

pada kolostrum dan ASI transisi awal, vitamin A memili fungsi

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan megoptimalkan

pertumbuhan, serta vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam

folat, vitamin C (Hendarto A, 2013).

5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Pemberian ASI


Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif dikelompkan

menjadi tiga yaitu predisposing factors, enabling factors, dan

reinfrorcing fantors.

a. Faktor Pemudah atau Predisposing Factors

1. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana seseorang untuk mendapatkan

informasi mengenai berbagai hal yang dibutuhkan. Pendidikan

mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan perilaku, seorang

ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah mendapatkan

akses informasi dan mudah memahami informasi serta lebih besar

peluangnya untuk mengaplikasikan apa saja yang telah didapatkan

terutama mengenai promosi kesehatan mengenai ASI dibandingkan

seseorang yang berpendidikan rendah (Rahmawati, 2010).

Menurut (Wilda Umami, 2018) pendidikan merupakan dasar dalam

pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk

dimotivasi serta turut menentukan pola berfikir seseorang dalam

menerima pengetahuan, sikap dan perilaku. Pendidikan ibu

menyusui yang rendah memugkinkan lambat dalam mengadopsi

pengetahuan yang baru, khususnya tentang pemberian ASI secara

eksklusif (Yolanda., 2014). Sejalan dengan (Mardeyanti, 2013)

menyampaikan bahwa pendidikan yang rendah pada ibu yang

menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif mempunyai risiko

tinggi tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.


2. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupahan hasil dari mencari dan mendapatkan

informasi yang berasal dari berbagai sumber baik dari keluarga,

lingkungan sosial atau pergaulan, media sosial, telivisi, poster,

tenaga kesehatan dan dipelayanan kesehatan. Pemahaman seorang

ibu yang sedang menyusui yang cukup mengenai ASI dalam hal

manfaat dan keunggulan ASI, posisi menyusui, merawat payudara,

merangsang pengeluaran ASI, maka seorang ibu akan lebih

termotivasi dan berkomitmen untuk memberikan ASI eksklusif

pada anaknya dengan benar dan berkualitas. Pengetahuan seorang

ibu yang baik memberikan peluang yang tinggi untuk keberhasilan

dalam pemberian ASI secara eksklusif dibandingak ibu yang

memiliki pengetahuan yang rendah mengenai ASI eksklusif

(Sohimah, 2017).

3. Faktor Nilai-nilai atau Adat Budaya

Nilai-nilai atau adat budaya merupakan kepercayaan yang talah

menjadi tata aturan kehidupan dalam suatu wilayah, dimana budaya

tersebut mempunyai kecenderungan mengarahkan perilaku

seseorang baik kearah yang positif ataupun perilaku kurang baik.

Adat budaya dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI

kepada bayinya, ibu yang tinggal dengan budaya tidak


bertentangan dengan kesehatan khususnya pemberian ASI maka

akan melakukan pemberian ASI eksklusif secara penuh dan benar.

Sedangakan ibu yang berada pada ligkungan budaya pemberian

makanan pendamping ASI lebih dini seperti memberikan madu,

pisang dan susu formula akan gagal dalam pemberian ASI secara

eksklusif (Novita Sari Batubara, 2016).

b. Faktor Pendukung atau Enabling Factors

1. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga memiliki hubungan yang tidak dapat

dipisahkan dengan kondisi status ekonomi keluarga yang dikur

dengan penghasilan perbulan perkapita dan pekerjaan orang tua.

Pendapatan keluarga yang rendah mendorong seorang ibu untuk

bekerja diluar rumah untuk membantu memenuhi kebutuhan

keluarga, sehingga ibu tidak mempunyai waktu untuk memberikan

ASI secara eksklusif. Keluarga dengan pendapatan yang cukup atau

diatas rata-rata dapat mencukupi kebutuhan nutrisi anggota

keluarganya terutama ibu yang sedang menyusui dengan

tercukupinya kebutuhan asupan makanan yang bernutrisi tinggi

sebagai upaya memperlancar produksi ASI sehingga ibu dapat

memberikan ASI secara optimal dan eksklusif pada bayinya (Anita

Putri Fatmawati, 2013).

2. Ketersediaan Waktu
Ketersedian waktu ibu dalam memberikan ASI pada bayinya erat

kaitanya dengan status pekerjaan ibu. Seorang ibu yang tidak

bekerja atau sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih

banyak untuk merawat dan bersama anaknya serta leluasa dalam

memberikan ASI kepada bayinya. Sehingga keberhasilan

pemberian ASI eksklusif lebih besar peluangnya dibandigkan pada

ibu yang bekerja. Ibu yang bekerja mempunyai peluang untuk tidak

memberikan ASI eksklusif disebabkan ibu yang bekerja harus

Kembali bekerja sebelum selesai periode ASI eksklusif, sehingga

hak bayi mendapatkan ASI eksklusif terabaikan, namun hal ini

tidak menjadi penghalang ibu menyusui memberikan ASI eksklusif

pada bayinya (Ari Fitriani, 2018).

Menurut (Vina, 2014) terdapat hubungan yang signifikan antara

pekerjaan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada

ibu menyusui. Hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja tidak

memiliki waktu yang cukup untuk memberikan ASI kepada

bayinya. Selain itu, cuti melahirkan yang diberikan pemerintah

selama 3 bulan tidak cukup untuk memberikan ASI secara

maksimal, meskipun sudah terdapat pojok ASI disetiap instasi

pemerintahan atau swasta namun beban kerja dan tuntutan kerja

yang tinggi membuat ibu tidak sempat untuk meluangkan waktu

memompa atau memberikan ASI kepada bayinya.


3. Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh besar terhadap

keberlangsungan prososes menyusui. Ibu yang sehat dapat

memberikan ASI secara optimal tanpa khawatir menularkan

penyakit kepada bayinya. Sedangkan pada ibu mempunyai penyakit

menular, penyakit pada payudara, ibu melahirkan dengan bedah

sesar, ibu yang sakit akan mempengaruhi dalam pemberian ASI

kepada bayinya. Produksi ASI sangat berpengaruh kepada

kesehatan ibu baik fisik dan psikologis, seorang ibu yang

mengalami masalah kejiwaan seperti selalu dalam keadaan sedih,

kurang percaya diri, dan berbagai ketegangan emosional akan

menurunkan produksi ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI

sehingga pemberian ASI eksklusif akan gagal akibat produksi ASI

yang terganggu, maka untuk memberikan ASI secara eksklusif ibu

menyusui harus sehat secara fisik dan psikologis (Rizki Yudhi

Rinanti, 2018).

c. Faktor Pendorong atau Reinfrorcing Fantors

1. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah dukungan proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosial dan penguatan kegiatan positif

yang dilakukan secara sukarela dengan tujuan utama

mempromosikan, melindungi kesehatan keluarga dan

komunitasnya khususnya bagi mereka yang rentan atau berisiko.


Seorang ibu yang sedang menyusui bayinya memerlukan dukungan

dari orang-orang terdekat dan orang lain, dukungan tersebut dapat

menentukan sukses atau tidaknya seorang ibu dalam memberikan

ASI secara eksklusif. Sumber dukungan keluarga dapat diperoleh

dari dukungan internal yaitu : suami, orang tua, saudara kandung

atau kerabat dan anak. Sedangkan dukungan eksternal bersumber

dari sahabat, tetangga, lingkungan pekerjaan dan sosial, komunitas,

petugas kesehatan (Atameha, 2016).

Menurut (Kinasih, 2017) mengklasifikasikan dukungan keluarga

yang diberikan pada ibu menyusui diantaranya:

a. Dukungan instrumental

Yaitu dukungan dengan memberikan bantuan secara langsung

untuk mempermudah melakukan aktivitas seperti penyediaan

material diantaranya jasa, bantuan keuangan, atau barang.

Selain itu dapat berupa pijatan ringan pada punggung setelah

menyusui, menyendawakan bayi setelah minum ASI, menyeka

mulut bayi apabila ada sisa ASI (Kinasih, 2017).

b. Dukungan informasional

Dukungan informasi oleh keluarga atau suami yaitu dengan

memberikan informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif

pada bayinya, suami mengigatkan pemberian ASI, keluarga

dan suami menginformasikan dan menyediakan makanan,


minuman, untuk menunjang kebutuhan nutrisi ibu selama

menyusui (Atameha, 2016).

c. Dukungan keluarga appraisal

Dukungan keluarga appraisal yaitu berupa penilaian atau

appraisal merupakan pemberian penghargaan secara positif

dari keluarga yang dapat membantu seorang ibu menyusui

membagkitkan motivasi untuk konsisten dalam pemberian ASI

secara eksklusif. Dukungan penilaian ini bersifat tidak terlihat,

namun dengan konsistensi memberikan penghargaan, penilaian

positif akan lebih bermanfaat dan merasa dihargai. Bentuk

dukungan ini yaitu : tidak melontarkan kritis, sindiran,

bulliying terhadap perubahan bentuk tubuh ibu setelah

melahirkan atau menyusui, bentuk dukungan ini dapat

menigkatkan kemampuan ibu untuk terus bertahan menyusui

bayinya secara eksklusif dan mencegah ibu mengalami tekanan

secara psikologis (Sohimah, 2017).

d. Dukungan psikologis atau emosional

Dukungan psikologis atau emosional yang diberikan keluarga

kepada ibu menyusui dapat menenagkan masalah kejiwaan

pada ibu setelah melahirkan dan selama menyusui. Bentuk

dukukungan emosional yang diberikan keluarga dan suami


dapat berupa empati, cinta, kepercayaa, penghargaan. Ibu

menyusui yang diberikan dukungan emosional akan merasa

lebih diperhatikan dan menurunkan beban masalah yang

dihadapi. Selain itu dukungan emosional dapat memberikan

keyakinan kepada ibu menyusui bahwa ia merupakan

seseorang yang bergharga dan kehangatan, perawatan yang

diberikan keluarga, suami dan orang lain dapat menurunkan

tigkat beban pikiran atau stress yang dialami. Dukungan

emosional keluarga kepada ibu menyusui dapat menigkatkan

motivasi untuk ibu tetap memberikan ASI eksklusif pada

bayinya (Rahmawati, 2010).

2. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan dapat memberikan informasi atau

edukasi kepada ibu menyusui mengenai manfaat ASI eksklusif,

cara menigkatkan produksi ASI, pemberian ASI dengan tepat,

perawatan payudara selama menyusui, hal ini dapat mempengaruhi

pola fikir dan kemampuan ibu dalam menyusui serta dapat

memberikan keyakinan kepada seorang ibu untuk tetap

memberikasn ASI. Berdasarkan teori Green dalam (Ullya Prastika

Ransum, 2013) pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah

sakit, poliklinik, posyandu, polides, dokter dan bidan desa

merupakan faktor pendukung yang mendukung seseorang

terjadinya perubahan perilaku kesehatan termasuk dalam


pemberian ASI eksklusif dan ketepatan dalam pemberian MP-ASI.

Dukungan petugas kesehatan baik dokter, bidan, perawat dan kader

kesehatan memiliki kontribusi besar dalam menunjang keberhasilan

pemberian ASI secara eksklusif. Bentuk dukungan petugas

kesehatan yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan

mengenai ASI dan MP-ASI secara benar dan tepat dalam

pemberianya dan pemantauan ibu yang sedang menyusui 6 bulan

pertama secara berkala (Ullya Prastika Ransum, 2013).

6. Manfaat ASI

Menurut (Brennan D, 2017) dan (Kurniawan, 2016) manfaat ASI sebagai

berikut :

a. ASI memberikan nutrisi yang lengkap dan ideal bagi bayi, air susu ibu

memiliki komposisi seperti vitamin, mineral, protein, lemak, dan

energi yang sempurna untuk mencukupi pemenuhan nutrisi yang

dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan ASI lebih mudah diserap dan

dicerna oleh tubuh dibandigkan dengan susu formula.

b. ASI mengandung kolostrum yang mengandung antibodi dan protein

yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh alami dan sebagai pembunuh

kuman dalam tubuh bayi yang jumlanya besar. Selain itu bayi dengan

ASI eksklusif menurunkan risiko infeksi telinga, penyakit saluran

pernafasan, dan kejadian diare akan lebih rendah.

c. Menigkatkan ikatan emosional atau psikologis antara ibu dan bayi.


d. ASI dapat menigkatkan kecerdasan anak, pemberian ASI secara

eksklusif dapat menjamin tercapainya pengembangan potensi

kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena ASI mempunyai

kandungan nutrisi yang berkualitas dan mengandung nutrient khusus

yang diperlukan otak.

e. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih berpotensi mendapatkan

berat badan ideal, tidak menyebabkan alergi, menunjang

perkembangan motorik, dan mencegah terjadinya stunting.

f. Menyusui dapat mencegah sudden inflat death syndrome dan

menurunkan risiko penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, dan kanker.

Manfaat lain ASI bagi ibu yaitu mencegah perdarahan setelah

persalinan, mempercepat pengecilan rahimsetelah melahirkan,

mengurangi pengeroposan tulang, sebagai metode kontrasepsi MAL

atau metode amenore laktasi, menunda masa subur, mengurangi

anemia, mudah, praktis, hemat dan bersih, memberikan kepuasan

kepada ibu karena kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik serta

mempercepat kembalinya berat badan kesemula (Mufdlilah, 2019).

B. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan rangkuman dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi setiap variabel yang akan diteliti berkaitan dengan

konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka

konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kerangka teori dalam penelitian ini

sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor Pemudah atau


Kebutuhan nutrisi bayi Predisposing Factors
- Pendidikan
usia 0-6 bulan - Pengetahuan
- Nilai-nilai atau adat
budaya
Pemberian Faktor yang mempengaruhi
ASI eksklusif Pemberian ASI eksklusif
Faktor Pendukung atau
Enabling Factors
- Pendapatan
keluarga
- Ketersedian waktu
- Kesehatan ibu

Dukungan keluarga Faktor Pendorong atau


- Dukungan instrumental Reinfrorcing Fantors
- Dukungan informasional - Dukungan
- Dukungan penilaian keluarga
- Dukungan emosional - Dukungan petugas
kesehatan

Sumber : (Ullya Prastika Ransum, 2013),(Novita Sari Batubara, 2016),(Anita Putri


Fatmawati, 2013),(Ari Fitriani, 2018),(Vina., 2014),(Atameha, 2016).
(Sohimah, 2017),(Rizki Yudhi Rinanti, 2018),(Wilda Umami, 2018)
(Yolanda., 2014),(Mardeyanti, 2013).

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah uraian yang saling berkaitan antara konsep satu

dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya dari

masalah yang akan di teliti (Notoatmodjo, 2010). Penyusunan kerangka

konsep penelitian ini sebagai berikut :


Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen


Dukungan Keluarga Pemberian ASI Eksklusif

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

(Notoatmodjo, 2010) atau sebuah steatment prediksi sementara yang

menghubungkan variable independen dan dependen (Swarjana, 2015).

Berdasarkan kerangka konsep tersebut maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi di Desa Air Naningan Kabupaten

Tanggamus Tahun 2020

Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian

ASI eksklusif pada bayi di Desa Air Naningan Kabupaten

Tanggamus Tahun 2020

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu prosedur atau teknik dalam perencanaan

penelitian yang bermanfaat sebagai panduan untuk menyusun metodelogi


penelitian. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskritif

analitik yaitu penelitian epidemiologi untuk mengetahui faktor risiko dan

penyebab penyakit, dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel

terikat dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data. Artinya

data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini juga. Cara ini

dilakukan dengan melakukan survey, wawancara atau dengan menyebar

kuesioner pada responden .

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah hasil pengembangan dari teori atau konsep

berdasarkan hasil riset sebelumnya sesuai dengan fenomena penelitian. Selain

itu, variable penelitaian sebagai ukuran atau ciri yang melekat pada objek

penelitian baik fisik maupun psikis. Variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau dikenal juga variabel yang menjadi akibat adanya variabel

independen. Sedangkan variabel independen merupakan variabel yang

menjadi penyebab adanya atau timbulnya perubahan variabel dependen atau

variabel yang mempengaruhi . Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu :

variabel independen pemberian ASI eksklusif dan variabel dependen adalah

dukungan keluarga.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan dari variable penelitian

yang menjadikannya lebih konkrit dan mudah untuk diukur . Berdasarkan

uraian diatas, maka definisi operasional penelitian ini adalah :

Variable Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
Dependen
Pemberian ASI Air susu ibu yang Kuesioner Mengisi lembar 0. Diberikan Ordinal
eksklusif diberikan selama 6 dengan skala kuisoner dengan ASI eksklusif
bulan penuh tanpa guttman memberikan tanda 1. Tidak
adanya pemberian (Ya/Tidak) dalam check list pada diberikan
minuman dan makanan menjawab pernyataan yang ASI eksklusif
pernyataan-
tambahan selain tersedia yaitu Ya : (Suharti, 2018)
pernyataan yang
vitamin, suplemen tersedia dalam
diberikan ASI
mineral dan obat- kuesioner. eksklusif. Tidak :
obatan. tidak diberikan
ASI eksklusif.
Independen
Dukungan Dukungan yang Kuesioner Mengisi lembar 0. Dukungan Ordinal
keluarga diberikan oleh suami, dengan skala kuisoner dengan keluarga baik
orang tua, anak guttman memberikan jika score ≥
kandung dan saudara (Ya/Tidak) dalam tanda check list mean/median
berupa dukungan menjawab pada pernyataan 1. Dukungan
pernyataan-
instrumental, yang tersedia keluarga
pernyataan yang dengan skor 1
informasi, penialaian tersedia dalam
tidak baik
dan emosional dalam jawaban “Tidak” jika score ≤
kuesioner. dan skor 2 jawaban
pemberian ASI secara mean/median
“Iya” pada setiap
eksklusif pada ibu (Kinasih, 2017)
pernyataan yang
menyusui. tersedia pada
kuisoner.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan jumlah yang terdiri atas

objek atau fenomena yang memiliki karakteristik dan kualitas khusus

yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian .

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 ibu yang sedang

menyusui dengan usia bayi 0-6 bulan di desa Air Naningan Kabupaten

Tanggamus Tahun 2020.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen populasi yang di hasilkan dari

strategi sampling. Sampel yang di ambil dalam penelitian ini dapat

mewakili suatu populasi sehingga peneliti dapat menjangkau dan

mengambil data secara langsung pada unit ini . Pengambilan sempel

menggunakan teknik total sampling adalah teknik penentuan sempel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sempel atau jumlah

populasi kurang dari 100 . Sempel dalam penelitian adalah seluruh ibu

yang sedang menyusui anaknya dengan usia bayi 0-6 bulan dan sempel

yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 50 responden yang berada

pada desa Air Naningan Kabupaten Tanggamus Tahun 2020.

Kriteria sample penelitian

1. Kriteria inklusi

a. Mau menjadi responden

b. Ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan

c. Tercatat aktif mengikuti posyandu

2. Kriteria eklusi
a. Bayi lahir premature dan BBLR

b. Bayi yang mengalami kelainan kongenital

c. Ibu dan anak tidak tercatat dalam data posyandu

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian merupakan jadwal yang digunakan peneliti sejak

dikeluarkan izin penelitian hingga penelitain selesai. Penelitian ini

akan dilaksanakan pada bulan Maret s.d Mei tahun 2021.

2. Tempat penelitian merupakan lokasi yang digunakan untuk objek

dan subjek yang akan diteliti. Penelitian ini akan dilakukan di Desa

Air Naningan Kabupaten Tanggamus.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian artinya hak subjek penelitian dan yang lainnya harus

dilindungi. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi, bebas

eksplorasi, kerahasiaan, bebas penderita, bebas menolak jadi responden,

dan perlu surat persetujuan .

Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada beberapa

prinsip yang harus dipegang teguh, yaitu :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Sebelum penelitian peneliti memberikan lembar persetujuan ini akan

diberikan kepada setiap responden yang menjadi subjek penelitian


dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk

diteliti maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak

responden.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Peneliti merahasiakan nama responden terkait dengan partisipasi

mereka dalam suatu objek penelitian. Pada penelitian ini identitas

subjek sangat diutamakan, sehingga peneliti sengaja tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.

3. Right to Privacy (Hak Menjaga Kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan untuk merahasiakan informasi yang

diberikan oleh responden, oleh karena itu peneliti tidak

mencantumkan nama responden, hanya dicantumkan kode-kode.

4. Respect for justice an inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Penelitian dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan

dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama,

etnis, dan sebagainya.

5. Blancing harm and benefits (Memperhitungkan manfaat dan

Kerugian yang ditimbulkan)


Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan,

penelitian ini memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya.

6. Asas kemanfaatan

Penelitian yang dilakukan mempertimbangkan manfaat dan resiko

yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat

yang diperoleh lebih besar dari pada dampak negatif yang akan

terjadi.

7. Menghormati

Penelitian ini menjunjung tinggi martabat seseorang atau subjek

penelitian. Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus

dihargai .

G. Instrument dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrument

Instrumen penelitian merupakan cara atau alat untuk mengobservasi

mengukur, menilai dan mengumpulkan data dalam penelitian, instrument

penelitian ini sebagai barikut :

a. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara memberikan

daftar pertanyaan/pernyataan tertulis dengan cara beberapa pilihan

jawaban kepada responden . Kuesioner yaitu data yang diperoleh

langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Metode

yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu metode survey


dan mengisi kuesioner . Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar kuesioner dan yang menanyakan masing-masing

variabel.

b. Uji Validitas

Uji validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat

digunakan dalam suatu pengukuran . Uji validitas instrument dengan

menggunakan tehnik degree of freedom N-2 : 20-2 = 18. Kesimpulan

uji validitas dikategorikan valid bila r hitung > r tabel, sebaliknya bila

nilai r hitung < r tabel maka instrumen tersebut dikategorikan tidak

valid .

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan . Tingkat konsisten

dari suatu pengukuran reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran

menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan kembali

secara berulang. Reliabilitas dipengaruhi oleh random eror yang

bersumber dari variasi observer, variasi subjek dan variasi instrument.

Kriteria pengukuran uji reliabilitas dengan membandingkan nilai rtable

dengan r hasil Cronbach Alpha dan jika Cronbach Alpha lebih besar

dibanding r table maka pertanyaan dinyatakan reliabel .

2. Metode Penngumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk


memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

penelitian. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang

dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari subjek atau

objek penelitian. Metode pengumpulan data penelitian ini diantaranya :

wawancara, observasi dan angket kuesioner .

H. Metode Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan diolah, pengelolaan data dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu :

1. Editing (Penyuntingan Data)

Setelah data dikumpulkan peneliti melakukan penyuntingan atau editing

terlebih dahulu untuk mengecek kelengkapan data dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner.

2. Coding (Memberikan Kode)

Setelah kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding,

yaitu mengubah data berbentuk huruf data angka atau bilangan.

3. Entry (Data Masukan Data)

Data jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

angka atau huruf dimasukan kedalam komputerisasi.

4. Cleaning (Mengecek Kembali Data)

Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,

maka peneliti mengecek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.


I. Analisis Data

Analisa data merupakan upaya atau cara untuk pengolahan data menjadi

sebuah informasi sehingga hasil dari karakteristik data dapat dipahami oleh

peneliti . Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui persentase, hasil dari setiap

variabel ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi karakteristik

responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan .

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat ini digunakan untuk melihat hubungan antara variable

independen dan dependen, untuk menguji variabel bebas dan variabel

terikat peneliti menggunakan uji statistik Chi Square (X 2). Tingkat

kepercayaan yang digunakan adalah 95% apabila p-value ≤ 0,05 berarti

ada hubungan yang bermakna antara variable independen. Jika p-value ≥

0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variable

independent .

J. Jalannya Penelitian

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian :

1. Tahap persiapan

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan pra survey penelitian

dari Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.


b. Mengurus perizinan kepada institusi dan tempat penelitian

c. Mengajukan ijin dan melakukan survey dilokasi penelitian

d. Penyusunan dan pengurusan proposal

e. Proses bimbingan BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, BAB V.

f.. Penyususnan skala penilaian dengan instrument penelitian

g. Menyerahkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian

untuk melaksanakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyerahkan suart izin dan menetapkan tanggal penelitian.

b. Peneliti memberikan penjelasan untuk penelitian yang akan

dilakukan mengenai judul penelitian, tujuan, manfaat, alur

penelitian dan cara mengisi lembar kuesioner dari penelitian

kepada calon responden yaitu ibu menyusui.

c. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan dan persetujuan

responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani

informed consent.

d. Pada tahap penelitian, setelah calon responden menyetujui

mengikuti penelitian, maka peneliti akan memberikan kuesioner

yang akan diisi oleh responden. Pengisian kuesioner dilakukan

sendiri tanpa bantuan orang lain. Peneliti mendampigi responden

dalam mengisi kuisoner. Setelah selesai mengisi kuisoner peneliti

akan mengambil lembar kuisoner tersebut dari responden dan


dilakukan pengecekan apakah ada yang kurang atau tertinggal

dalam pengisian kuesioner.

e. Setelah pengambilan data penelitian selesai peneliti lalu mengolah

data penelitian untuk mengetahui hasil dari penelitian yang

dilakukan. Setelah hasil penelitian usai peneliti akan menyimpan

atau memusnakan data atau kuisoner dari responden untuk

menjaga kerahasian dan etika penelitia.

f. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengelolalaan dan

analisis data dirumuskan kesimpulan penelitian, kemudian data

disajikan dalam bentuk tabel.

SAY IBU MINTA QUISINOERMU YA ??

DAFTAR PUSTAKA

Andarini. (2018). Huungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif


di desa Bubukan Kecamatan Grimarto Kabupaten Wonogiri. Universitas
muhammadiyah Surakarta.
Anggorowati, F. N. (2013). Hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Babengan Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal. Universitas Diponogoro.
(PP Nomor 33 Tahun 2012). Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai