Pendekatan klasikal yang menitikberatkan pemikiran normative berjaya pada tahun 1990-
an. Di tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi karena
pendekatan normatif tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai dalam praktik
sehari-hari, sehingga muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif dengan harapan
muncul desain sistem yang lebih berarti. Selain itu, adanya “move” dari komuniti peneliti
akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku. Pendekatan normatif
maupun positif sampai saat ini masih mendominasi yang merupakan pendekatan mainstream.
Sejak tahun 1980-an telah muncul usaha baru untuk menggoyahkan pendekatan tersebut
menggunakan metodologi dan ilmu sosial lainnya.
Burrell dan Morgan (1979) mereview dan mengelompokkan penelitian di bidang ilmu
organisasi menurut teori yang melandasi dan anggapan filosofinya. Kerangka ini disusun dari
dua dimensi yaitu sifat ilmu sosial dan sifat manusia. Dimensi ilmu sosial mengenai anggapan
tentang ontology, epistemology, aksimologi, sifat manusia, dan metodologi. Pada dimensi lain,
pendekatan terhadap keberadaan manusia berkaitan dengan keteraturan, order, dan stabilitas,
serta pembagian kepentingan, konflik, dan ketidakadilan distribusi kekuasaan.
o Interpretive
Pandangan Hume mengilhami dua perkembangan yaitu penyempurnaan teori empiris dan
usaha mencari suatu cara untuk memodifikasi kesimpulan agar dapat mengembangkan teori
kompromi. Positivisme adalah golongan filsuf yang menggabungkan empirisme dengan
rasionalisme. Dua epistemologi yang selalu dikaitkan dengan metodologi penelitian akuntansi
adalah logical positivism dan falsificationism.
o Induktivisme
o Falsifikasionisme
Tujuan pendekatan ini yaitu membuktikan kesalahan hipotesis. Karena teori menurut
pendekatan ini merupakan hipotesis yang belum dibuktikan kesalahannya. Menurut
falsifikasionisme, ilmu berkembang secara pendugaan dengan tujuan memecahkan
masalah.
• Teori Sebagai Struktur
Teori dipandang sebagai struktur yang terdiri dari asumsi dasar, dan seperangkat
hipotesis tambahan yang khusus didesain melindungi inti teori dari falsifikasi. Teori
ini terdiri dari hard core dan negative heuristic, a protective belt of auxilary
hypotheses, positive heuristic, dan elemen yang menunjukkan perkembangan atau
kemunduran program.
Teori ini menekankan pada sifat revolusioner dari suatu kemajuan ilmiah dan
bertentangan dengan yang semula. Serta peranan penting yang dimainkan sifat
sosiologis masyarakat ilmiah. Menurutnya, kemajuan pengetahuan adalah hasil
revolusi, dan kemajuan yang berakhir terbuka.
Akuntansi telah menggunakan metode scientific dalam proyek riset serta filsafat ilmu
untuk menggambarkan akuntansi. Banyak peneliti menganggap inductivist interpretation
merupakan filsafat ilmu yang relevan untuk akuntansi karena peneliti akuntansi merumuskan
hipotesis dan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Falsifikasi juga dalam metodologi
penelitian akuntansi dalam bentuk hipotesis nol. Paradigma Kuhn sering disinggung karena
dapat digunakan untuk memahami perkembangan akuntansi saat ini. Riset akuntansi yang
digunakan saat ini berbeda-beda modelnya, sehingga dapat saling menggantikan. Dari
berbagai pandangan diatas, dalam perkembangannya akuntansi dapat ditinjau dari berbagai
pendekatan dan melibatkan filsafat ilmu yang digunakan dalam ilmu alam.
Resume Artikel A-2
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BERBAGAI PARADIGMA
DALAM KAJIAN AKUNTANSI
Djamhuri, A.
• Klaim ilmiah atas suatu konsep ilmu, proses keilmuan, atau hasil penelitian ilmiah pada
dasarnya merupakan klaim yang bersifat relative,tergantung dari sudut pandang atau
perspektif keilmuan mana yang dipakai untuk mengukurnya.
Kesimpulan artikel:
1. Akuntansi adalah disiplin yang multiparadigmatik.
2. Kajian tentang akuntansi saat ini tengah mengalami transisi.
3. Perspektif-perspektif dalam ilmu pengetahuan sosial, terutama sosiologi, mampu
membuka ruang yang lebih luas bagi para peneliti atau calon peneliti akuntansi untuk
mengkaji masalah atau problema dalam ilmu akuntansi dari sisi-sisi lain yang selama
ini tidak terperhatikan.
Resume Artikel A-3
Jaka Isgiyarta
Penelitian akuntansi sekarang ini mengacu pada aliran filsafat positif. Penelitian
akuntansi positif menggunakan fakta empiris untuk mencari kebenaran. Di dalam teori
akuntansi positif yang dikembangkan pertama kali oleh Watts dan Zimmerman. Teori
akuntansi positif mengasumsikan bahwa setiap orang dalam melakukan aktivitas pengelolaan
perusahaan didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, terutama kepentingan untuk
memaksimalkan kekayaanya.
Hasil Penelitian Akuntansi Positif pada lima puluh terakhir ini mengacu pada filsafat
positivisme. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran fenomena nyata dan
kemudian digunakan untuk melakukan prediksi. Penelitian akuntansi pada umumnya
menggunakan metode kuantitatif dan kemudian menggunakan statistic untuk memperoleh hasil
kesimpulan. Namun, dalam penelitian manajemen laba banyak yang telah menggunakan
pendekatan filsafat positivism. Manajemen laba dilakukan oleh manajer karena manajer selalu
bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri (Self interest/opportunistic). Kritik terhadap
penelitian akuntansi positif dan teori akuntansi positif secara rinci diungkapkan oleh Deegan
(2017) sebagai berikut:
Oleh karena itu penelitian akuntansi positif selama ini belum mampu memberikan
sumbangan pada perbaikan konsep maupun praktik akuntansi. Hal ini terjadi karena, penelitian
akuntansi positif tidak pernah menilai gambaran fenomena nyata.
Teori akuntansi positif dan penelitian akuntansi positif mengasumsikan bahwa manusia
dapat melakukan aktivitas didorong oleh kepentingan dirinya sendiri dalam rangka
meningkatkan kemakmuranya. Asumsi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai islam. Dalam
islam manusia harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Manusia harus
berkontribusi untuk orang lain, bukan sebaliknya, yaitu menomorsatukan kepentinganya.