Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATERI KELOMPOK 9

Retno Kiyarsi (1810104005)


Maya Octavia (1810104031)
Nurul Mahmudah (1810104034)

RESUME BAB 1 FILSAFAT SEBAGAI DASAR METODOLOGI PENELITIAN


AKUNTANSI

• Pergeseran Arah Penelitian

Pendekatan klasikal yang menitikberatkan pemikiran normative berjaya pada tahun 1990-
an. Di tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi karena
pendekatan normatif tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai dalam praktik
sehari-hari, sehingga muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif dengan harapan
muncul desain sistem yang lebih berarti. Selain itu, adanya “move” dari komuniti peneliti
akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku. Pendekatan normatif
maupun positif sampai saat ini masih mendominasi yang merupakan pendekatan mainstream.
Sejak tahun 1980-an telah muncul usaha baru untuk menggoyahkan pendekatan tersebut
menggunakan metodologi dan ilmu sosial lainnya.

• Klasifikasi Metodologi Penelitian

Burrell dan Morgan (1979) mereview dan mengelompokkan penelitian di bidang ilmu
organisasi menurut teori yang melandasi dan anggapan filosofinya. Kerangka ini disusun dari
dua dimensi yaitu sifat ilmu sosial dan sifat manusia. Dimensi ilmu sosial mengenai anggapan
tentang ontology, epistemology, aksimologi, sifat manusia, dan metodologi. Pada dimensi lain,
pendekatan terhadap keberadaan manusia berkaitan dengan keteraturan, order, dan stabilitas,
serta pembagian kepentingan, konflik, dan ketidakadilan distribusi kekuasaan.

o Interpretive

Pendekatan ini menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman


dalam ilmu sosial yang berfokus pada sifat subyektif dari social world dan memahami dari
kerangka berpikir obyeknya. Tujuan pendekatan ini menganalisis realitas sosial dan
bagaimana realitas terbentuk. Pendekatan ini diharapkan akan mendapatkan pemahaman
akuntansi yang lebih baik dan masalah yang diteliti dapat didekati secara nyata.
o Radical Humanis dan Strukturalis

Pendekatan radical memandang masyarakat terdiri dari elemen yang saling


bertentangan dan diatur sistem kekuasaan yang dapat menimbulkan ketidakadilan dan
keterasingan. Pendekatan ini berhubungan dengan pengembangan pemahaman dunia
sosial dan ekonomi dan membentuk kritik terhadap status quo. Tema sentral pendekatan
ini adalah sifat dan prinsip organisasi masyarakat secara keseluruhan. Radikal strukturalis
berfokus pada konflik mendasar, sedangkan radikal humanis pada kesadaran individu,
keterasingan manusia, dan bagaimana keduanya didominasi pengaruh ideologi. Perbedaan
keduannya ada pada dimensi obyektif-subyektif, radikal strukturalis memperlakukan
social world sebagai obyek eksternal sedangkan radikal humanis berfokus pada persepsi
individu dan interpretasinya.

• Pendekatan Mainstream atau Positif

Pandangan Hume mengilhami dua perkembangan yaitu penyempurnaan teori empiris dan
usaha mencari suatu cara untuk memodifikasi kesimpulan agar dapat mengembangkan teori
kompromi. Positivisme adalah golongan filsuf yang menggabungkan empirisme dengan
rasionalisme. Dua epistemologi yang selalu dikaitkan dengan metodologi penelitian akuntansi
adalah logical positivism dan falsificationism.

o Induktivisme

Poisitivisme berkembang menjadi logical positivism. Logical positivism ini


menerima doktrin teori verifikasi. Kriterianya digunakan untuk membedakan antara
pernyataan scientific dan pernyataan metafisis. Wujud interpretasi induktif, logical
positivism menganggap hipotesis harus dibuktikan. Metode pembuktiannya dengan
membandingkan hipotesis dan hasil observasi. Namun muncul masalah yaitu baru
dinyatakan benar jika dapat dibuktikan secara empiris, untuk mengatasinya dengan
empirisme logis.

o Falsifikasionisme

Tujuan pendekatan ini yaitu membuktikan kesalahan hipotesis. Karena teori menurut
pendekatan ini merupakan hipotesis yang belum dibuktikan kesalahannya. Menurut
falsifikasionisme, ilmu berkembang secara pendugaan dengan tujuan memecahkan
masalah.
• Teori Sebagai Struktur

o Riset Program Imre Lakatos

Teori dipandang sebagai struktur yang terdiri dari asumsi dasar, dan seperangkat
hipotesis tambahan yang khusus didesain melindungi inti teori dari falsifikasi. Teori
ini terdiri dari hard core dan negative heuristic, a protective belt of auxilary
hypotheses, positive heuristic, dan elemen yang menunjukkan perkembangan atau
kemunduran program.

o Paradigma dan Revolusi Thomas Kuhn

Teori ini menekankan pada sifat revolusioner dari suatu kemajuan ilmiah dan
bertentangan dengan yang semula. Serta peranan penting yang dimainkan sifat
sosiologis masyarakat ilmiah. Menurutnya, kemajuan pengetahuan adalah hasil
revolusi, dan kemajuan yang berakhir terbuka.

• Filsafat Ilmu dan Perkembangan Akuntansi

Akuntansi telah menggunakan metode scientific dalam proyek riset serta filsafat ilmu
untuk menggambarkan akuntansi. Banyak peneliti menganggap inductivist interpretation
merupakan filsafat ilmu yang relevan untuk akuntansi karena peneliti akuntansi merumuskan
hipotesis dan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Falsifikasi juga dalam metodologi
penelitian akuntansi dalam bentuk hipotesis nol. Paradigma Kuhn sering disinggung karena
dapat digunakan untuk memahami perkembangan akuntansi saat ini. Riset akuntansi yang
digunakan saat ini berbeda-beda modelnya, sehingga dapat saling menggantikan. Dari
berbagai pandangan diatas, dalam perkembangannya akuntansi dapat ditinjau dari berbagai
pendekatan dan melibatkan filsafat ilmu yang digunakan dalam ilmu alam.
Resume Artikel A-2
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BERBAGAI PARADIGMA
DALAM KAJIAN AKUNTANSI
Djamhuri, A.

• Klaim ilmiah atas suatu konsep ilmu, proses keilmuan, atau hasil penelitian ilmiah pada
dasarnya merupakan klaim yang bersifat relative,tergantung dari sudut pandang atau
perspektif keilmuan mana yang dipakai untuk mengukurnya.

Pandangan Konvensional atas Akuntansi


• Dalam pemahaman konvensional akuntansi sebagaimana didefinisikan oleh American
Accounting Association dalam A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) tak
lebih hanya sebagai “proses mengidentifikasi, mengukur dan mengomunikasikan informasi
ekonomi untuk memungkinkan dihasilkannya pertimbangan dan keputusan yang tepat dan
rasional oleh para pengguna informasi ekonomi tersebut” (Belkaoui, 1992, p. 22;
Roslender, 1992, p. 2). Akuntansi ditempatkan lebih pada tataran praktis, yakni sematamata
sebagai alat bantu pengambilan keputusan.
• pemahaman konvensional secara implisit berasumsi bahwa organisasi yang memerlukan
akuntansi sebagai alat penyampaian informasi akuntabilitasnya adalah organisasi swasta
(private), lebih khusus lagi, organisasi swasta yang menerapkan pemisahan antara mereka
yang memiliki kekayaan (pemegang saham) dengan yang berperan sebagai pengelola
kekayaan, yaitu para manajer, sehingga di dalamnya ditemukan adanya hubungan keagenan
(agency relationship).

Positivisme dan Pandangan Konvensional Dalam Kajian Akuntansi


• Secara kebahasaan, istilah konvensional selain berarti sesuatu yang berasal dari
kesepakatan, juga berarti sesuatu yang berjalan sebagaimana kebiasaannya.
• Kajian kontemporer (saat ini) tentang akuntansi (contemporary accounting studies),
khususnya di Indonesia, harus diakui masih didominasi oleh pemahaman atau sudut
pandang positivism.
• positivism juga telah menjadi “ruh” dari konvensionalisme kajian akuntansi di Indonesia
saat ini. Sebagai ruhnya konvensionalisme kajian akuntansi saat ini di Indonesia, pengaruh
positivism ini sangat kuat, sehingga sampai tidak banyak di antara kita sebagai akuntan atau
akademisi akuntansi yang menyadari bahwa positivism, dalam sejarah perkembangan
keilmuan atau juga filsafat keilmuan (philosophy of science) pada dasarnya hanya salah satu
dan bukan satu-satunya mazhab pemikiran keilmuan (scientific perspective atau scientific
paradigm).
• kuatnya pengaruh positivism pada kajian-kajian akuntansi saat ini tidak terlepas dari
pengaruh yang dibawa oleh ilmu ekonomi yang sampai saat ini merupakan ilmu sosial
paling dominan yang memengaruhi ilmu akuntansi.
• Hal itu tampak dari perilaku sebagian besar akademisi akuntansi dan, tentu saja para akuntan
praktisi, yang secara apriori mempertahankan prinsipprinsip keilmuan yang positivistik,
seperti misalnya atomism, nomilalism, naturalism, phenomenalism, scientific laws, dan
value free (Smith, 1998, p. 76).

Akuntansi Sebagai Suatu Multiparadigmatic Science


• akuntansi pada dasarnya memiliki status sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan yang dari
awalnya bersifat multiparadimatic.
• Gagasan akuntansi sebagai suatu multiparadigmatic science bukanlah gagasan yang baru,
bahkan juga bukan gagasan yang saat ini terbatas masih berada di ranah sosiologi yang
paling tidak untuk sebagian besar kalangan akuntansi, baik yang akademisi, apalagi yang
praktisi, masih dipandang asing dibandingkan ekonomi atau psikologi.
• akuntansi adalah multiple paradigm science dan bukan single paradigm science. Meskipun
kenyataan ini belum banyak disadari di kalangan akuntan di Indonesia, namun keyakinan
ini penting secara akademik. Implikasinya sangat terasakan pada berbagai pendekatan
penelitian yang dilakukan di berbagai program doktor akuntansi di tanah air yang sangat
mempertahankan ortodoxy dengan menutup secara rapat semua kemungkinan
interdisciplinary studies atau multiparadigmatic approaches on accounting.

Pandangan Nonkonvensional Dalam Kajian Akuntansi


• Pandangan nonkonvensional dalam kajian akuntansi untuk menunjukkan suatu cara
pandang dalam melaksanakan atau melihat hasil kajian akuntansi yang bersifat
multiperspectives atau multiparadigm. Pada level tertentu, cara pandang ini juga bisa saling
dipertukarkan dengan cara pandang dalam melaksanakan kajian atau dalam melihat hasil
kajian akuntansi yang bersifat multidisciplinary atau interdisciplinary.
• Nonkonvensional lebih menekankan kepada cara pandang yang tidak monolitik dan tidak
didasarkan atas logika dan pemikiran yang mengedepankan oposisi biner. Dengan demikian,
cara pandang ini merupakan cara pandang dalam melaksanakan kajian atau atas hasil kajian
akuntansi yang bisa menganut paradigma apapun yang lazim dijumpai dalam ranah ilmu
sosial yang pada saat yang sama memberikan ruang yang memadai terhadap kemungkinan
berlakunya perspektif atau paradigma yang lain dalam melihat masalah yang dihadapi.

Kesimpulan artikel:
1. Akuntansi adalah disiplin yang multiparadigmatik.
2. Kajian tentang akuntansi saat ini tengah mengalami transisi.
3. Perspektif-perspektif dalam ilmu pengetahuan sosial, terutama sosiologi, mampu
membuka ruang yang lebih luas bagi para peneliti atau calon peneliti akuntansi untuk
mengkaji masalah atau problema dalam ilmu akuntansi dari sisi-sisi lain yang selama
ini tidak terperhatikan.
Resume Artikel A-3

TELAAH KRITIS FILSAFAT POSITIVISME UNTUK PENGEMBANGAN TEORI


AKUNTANSI

Jaka Isgiyarta

Filsafat pengetahuan merupakan cabang filsafat yang menitikberakan pada


pengembangan pengetahuan. Pengembangan filsafat pengetahuan dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu kelompok rasionalis dan kelompok empiris. Ilmu pengetahuan selama ini
dikembangkan melalui pendekatan rasionalitas dan pendekatan emoiris yang sering dikenal
dengan filsafat positivisme. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melakukan telaah kritis pencarian kebenaran dengan mengkaji sumber kebenaran ilmu pasti
dan ilmu sosial. Kemudian dilanjutkan dengan kajian kritis sumber kebenaran dalam penelitian
akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akurasi dari filsafat positivisme dalam
pengembangan ilmu-ilmu sosial, terutama dalam konsep kebenaran dan metoda kebenaran.

Penelitian akuntansi sekarang ini mengacu pada aliran filsafat positif. Penelitian
akuntansi positif menggunakan fakta empiris untuk mencari kebenaran. Di dalam teori
akuntansi positif yang dikembangkan pertama kali oleh Watts dan Zimmerman. Teori
akuntansi positif mengasumsikan bahwa setiap orang dalam melakukan aktivitas pengelolaan
perusahaan didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, terutama kepentingan untuk
memaksimalkan kekayaanya.

Hasil Penelitian Akuntansi Positif pada lima puluh terakhir ini mengacu pada filsafat
positivisme. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran fenomena nyata dan
kemudian digunakan untuk melakukan prediksi. Penelitian akuntansi pada umumnya
menggunakan metode kuantitatif dan kemudian menggunakan statistic untuk memperoleh hasil
kesimpulan. Namun, dalam penelitian manajemen laba banyak yang telah menggunakan
pendekatan filsafat positivism. Manajemen laba dilakukan oleh manajer karena manajer selalu
bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri (Self interest/opportunistic). Kritik terhadap
penelitian akuntansi positif dan teori akuntansi positif secara rinci diungkapkan oleh Deegan
(2017) sebagai berikut:

1. Teori akuntansi positif tidak mampu memberikan perbaikan praktik akuntansi


2. Teori akuntansi bukan bebas menilai. Keputusan didasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dalam membuat pertimbangan tidak lepas dati kepentingan pihak
tertentu
3. Asumsi semua aktivitas dutujukan untuk memaksimalkan kesejahteraanya masing-
masing
4. Sejak tahun 1970 sampai sekarang belum ada perbaikan atau pengembangan akuntansi
yang berdasarkan pada hasil penelitian positif

Oleh karena itu penelitian akuntansi positif selama ini belum mampu memberikan
sumbangan pada perbaikan konsep maupun praktik akuntansi. Hal ini terjadi karena, penelitian
akuntansi positif tidak pernah menilai gambaran fenomena nyata.

Teori akuntansi positif dan penelitian akuntansi positif mengasumsikan bahwa manusia
dapat melakukan aktivitas didorong oleh kepentingan dirinya sendiri dalam rangka
meningkatkan kemakmuranya. Asumsi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai islam. Dalam
islam manusia harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Manusia harus
berkontribusi untuk orang lain, bukan sebaliknya, yaitu menomorsatukan kepentinganya.

Anda mungkin juga menyukai