Anda di halaman 1dari 12

ASKEP NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
inu maupun bayinya. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamlan terjadi setelah persalinan,
dan 50 % kematia masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa
kritis dalam kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan
dan 60 % kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan
asuhan pada ibu dan bayi masa-masa nifas dapat mencegah kematian tersebut.
Tujuan dari perawatan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik
maupun psikilogis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberi pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

1.2. Tujuan

Makalah ini disusun untuk bahan referensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan post partum
/ masa nipas.

1.3. sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Postnatal (Latin for 'after birth', from post meaning "after" and natalis meaning "of birth") is the
period beginning immediately after the birth of a child and extending for about six weeks. The
period is sometimes incorrectly called the postpartum period, which refers to the mother and, less
commonly, puerperium (www.wikipedia.com)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam
Mochtar,1998 )
Nifas dibagi dalam 3 periode 
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8
minggu.
3. Remote puerperium, waktui yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
a. Sistem reproduksi
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil
Tabel 1. Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
2. Servik
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, bentuk servik agak
menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, setelah bayi lahir
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan,
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

3. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
Macam – macam Lochia
a. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.
b. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
c. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum
d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu 
e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya.
4. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
manjadi lebih menonjol.

5. Bekas implantasi uri


Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
6. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan
7. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
a. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
b. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi

b. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratama kemungkinan terdapat spasme sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu.
c. Sistem gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang.
d. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
e. Sistem endokrin
1. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada
hari ke 3 post partum.
2. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang
f. Sistem muskulosketal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
f. Sistem integumen
1. Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi
kulit. 
2. Striae pada abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna tetapi dapat berubah menjadi
garis putih keperakan yang halus setelah periode beberapa bulan
3. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang
pada saat estrogen menurun.
2.3. Adaptasi Psikologis Post Partum

Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara. Fungsi yang
mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua. Respon dan support
dari keluarga dan teman dekat sangat dibutuhkan .Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan
yang lalu dan harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan dapat
mempengaruhi psikologis ibu . 
Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
a. Taking in period

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat

b. Taking hold periode


Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami
ibu.

c. Letting go period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang
sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
d. Honneymoon
Fase dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi serta saling
memperhatikan bayi mereka dan menciptakan sesuatu yang baru

2.4. Perawatan Pasca Persalinan

a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.
Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

b. Diet 
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, tinggi serat ,sayur-sayuran dan buah-buahan.

c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit
kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani
selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.

d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan
terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika
masih belum bisa dilakukan klisma.

e. Perawatan Payudara
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali ibu untuk meyusukan
bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi dan ibunya. Bila bayi meninggal, laktasi harus
dihentikan dengan cara :
1. Pembalutan mamma sampai tertekan.
2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel

f. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
1. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih
susu.
3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga
tampak jelas.
4. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi
akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan
g. Perawatan perineum
h. Senam nifas
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggang banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. 
Tujuan :
1. Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan
membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung
2. berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-
paru.
3. memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh.
Adapun cara senam nifas adalah :
1. Baringkan pada punggung, kedua lutut ditekuk. Letakkan kedua belah tangan pada perut
dibawah bagian iga. Tarik nafas perlahan-lahan dan dalam lewat hidung, kemudian keluarkan
lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut untuk membantu mengosongkan paru-paru.
2. Berbaring pada punggung, kedualengan diluruskan di atas kepala dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Kendurkan sedikit lengan kiri dan kencangkan tungkai kanan sehingga
seluruh sisi tubuh yang kiri menjadi kencang sepenuhnya. Ulangi hal yang sama pada sisi tubuh
yang kanan.
3. kontraksi vagina
 berbaring pada punggung atau jika terdapat luka jahitan. Pada oerut-karena posisi ini lebig
nyaman. Kedua tungkai sedikit dijauhkan. Kencangkan dasar panggul, pertahankan selama 3
detik dan kemudian lemaskan. Teruskan gerakan ini dengan berdiri dan duduk.
4. Memiringkan panggul
 Berbaring pada punggung dengan kedua lutut ditekuk. Kontraksikan otot-otot perut untuk
membuat tulang belakang menjadi datar. Dan otot-otot pantat menjadi kencang-pertahankan
selama 3 detik dan kemudian lemaskan.
5. Sesudah hari ketiga
 Berbaring pada punggung, kedua lutut ditekuk dan kedua lengan direntangkan. Angkat kepala
dan bahu hingga sudut sekitar 45 derajat, pertahankan selama 3 detik dan kemudian perlahan-
lahan lemaskan. letakkan kedua lengan disebelah luar lutut kanan.

2.5. Post Partum Patologis


a. Post Partum Blues

Fenomena post partum blum merupakan sekuel umum kelahilan bayi dan terjadi hinggga 70 %
wanita melahirkan. Berbagai penyebab telah diteliti termasuk lingkungan kelahiran yang tidak
mendukung, perubahan hormin yang cepat atau keraguan terhadap pran yang baru. Namun, tak
satupun dari dari hal tersebut tampak sebagai latar belakang penyebab yang konsisten.

Post partum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah kelahiran dan selesai 10-14 hari.
Karakterisik post partum bluesmeliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, agitasi atau
gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri dan reaksi negatif dari terhadap anak atau
keluarga. 

Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah dukungan yang konsisten dari
keluarga dan pemberi perawatan, meyakinkan kembali bahwa ia ”tidak gila” dan memberkan
kesempatan untuk meningkatkan istirahat. Selain itu, dukungan positif terhadap keberhasilannya
dalam menjadi orang tua bayi yang baru lahir dapat membgantu memulihkan kepercayaan diri
terhadap kemampuannya.

b. Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan
dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr.
Rustam Mochtar,MPH,1998).

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama
setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E
Dongoes, 2001). 

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:


- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post
partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus

Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;


• Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
• Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder.

Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500
ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi
syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:


a. AtoniaUteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak
lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

b. Robekan jalan lahir


Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir,
kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat
tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)


Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak
lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika
plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke
sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga
pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah,
penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari
perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock
hemoragi

Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus
harus diurut :
- Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk
menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan.
Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat
menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena
penyebab lain selain atoni uteri.

- Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan
berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.

- Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama
berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang
relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina
berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya
laserasi.

- Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami
hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.

- Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk
pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan
pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.

- Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila
diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif

Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang
uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat
implantasi plasenta.
- Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk
memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
• Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat
tanda kegawatan pernafasan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

3.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah
akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan.
Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang
diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain –
lain
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia,
trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi
lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan
pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.

d. Riwayat obstetri dan ginekologi


1. Riwayat obstetri
- Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu
haid, HPHT
- Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
- Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
2. Riwayat kehamilan sekarang
- Hamil muda, keluhan selama hamil muda
- Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi,
pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
- Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta
pengobatannya yang didapat

f. Pola aktifitas sehari-hari


Meliputi kebiasaan makan, istirahat, eliminasi, kegiatan-kegiatan aktifitas fisik terutama selama
hamil
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dengan pendekaran pendokumentasian secara
sistematis.
h. Pemeriksaan Psikososial
i. Pemerilsaan Penunjang

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang mungkin timbul diantaranya :
a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post partum
b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan 
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum
f. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi

3.3. Intervensi
a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post partum
- Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau
memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli
cairan amnion.
- Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan
darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter
- Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus
dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis
- Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku,
membran mukosa dan bibir.
- Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal
secara berkala.
- cek kadar hemoglobin dan hematokrit darah dan segera lakukan koreksi jika terjadi penurunan

b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan 


 - Kaji ulang dan catat tingkat kemampuan aktifitas klien
 - Bantu pemenuhan aktifitas sehari-hari
 - Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien

 c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
- kaji ulang kebutuhan nutrisi klien
- berikan makan porsi sedikit tapi sering
- berikan kesempatan untuk memilih makanan/ kudapan untuk memenuhi kebutuhan
- Timbang berat badan setiap minggu
- tinjau ulang nilai labolatorium misalnya glukosa, albumi serun dan elektrolit
- Kolaborasi untuk mendapat obat anti mual
d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan
 - Kaji ulang tingkat nyeri dihubungkan dengan aktifitas klien.
 - Ajarkan klien reknik untuk mengontrol nyeri seperti teknik relaksasi dan distraksi.
 - Kolaborasi pemberian analgetik

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum


 - Observasi tanda- tanda vital
 - Lakukan perawatan luka dan perawatan perinium secara berkala
 - lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan anti septik
 - Pantau hasil labilatorium terutama leukosit
 - Ciptakan lingkungan yang sehat

g. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi


 - Dorong perasaan klien untuk mengungkapkan perasaannya
 - bantu klien dan orang terdekat untuk mengklarifikasi rasa takutnya 
 - Berikan informasi yang akurat dan jelas tentang kebutuhan eliminasi.

3.4. Implementasi
 Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat sesuai dengan kondisi pasien.

BAB IV
KESIMPULAN 

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamlan terjadi setelah persalinan,
dan 50 % kematia masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
Tujuan dari perawatan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik
maupun psikilogis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberi pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

Anda mungkin juga menyukai