Anda di halaman 1dari 8

Available online at https://stikesmu-sidrap.e-journal.

id/JIKP 19

Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26


DOI:https//: 10.12345/jikp.v9i01.161

Hubungan Pengetahuan Tentang Glaukoma Dengan Kepatuhan Kontrol


Pada Pasien Pasca Operasi Trabeculectomy
Sumbara1*, Rizki Muliani2, Titing Karis3
1,2
Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana
3
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
sumbara@bku.ac.id *
*corresponding author
Tanggal Pengiriman: 15 Januari 2020, Tanggal Penerimaan: 12 Juni 2020

Abstrak
Tindakan yang dilakukan untuk menangani glaukoma adalah tindakan operasi trabeculektomy..
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang glaukoma dengan kepatuhan
kontrol pada pasien pasca operasi trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung. Penelitian menggunakan desain analitik observasional pada 70 responden
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang diperoleh melalui
pengumpulan data kuesioner dan catatan rekam medik untuk mengetahui kepatuhan kontrol. Uji
Analisis data yang digunakan adalah chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari
setengah 39 orang (5,7%) pasien pasca operasi trabeculectomy berpengetahuan kurang,
sebagian besar 54 orang (77,1%) pasien pasca operasi trabeculectomy tidak patuh. Hasil uji chi
square didapatkan p-value= 0,000; α<0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
antara pengetahuan tentang glaukoma dengan kepatuhan kontrol pada pasien pasca operasi
trabeculectomy. Diharapkan pihak rumah sakit memberikan kebijakan untuk mengadakan
penyuluhan secara rutin tentang kepatuhan kontrol pasca operasi trabeculectomy.

Kata kunci: Kepatuhan; Pengetahuan; Pasca operasi trabeculectomy

Abstract
The action taken to treat glaucoma is a trabeculectomy surgery. The aim of the study was to
determine the relationship of knowledge about glaucoma with control compliance in post-
operative trabeculectomy patients at the National Eye Center at Cicendo Eye Hospital in
Bandung. The study used an observational analytic design on 70 respondents with a purposive
sampling technique. Data obtained through questionnaire data collection and medical records
to determine control compliance. Test Analysis of the data used is chi square. The results of this
study showed that more than half of the 39 people (5.7%) of post-operative trabeculectomy
patients were lacking knowledge, most of the 54 people (77.1%) of post-operative
trabeculectomy patients were not compliant. Chi square test results obtained p-value = 0,000; α
<0.05, so it can be concluded that there is a relationship between knowledge about glaucoma
with adherence to controls in patients after trabeculectomy surgery. It is expected that the
hospital provides a policy to hold regular counseling about compliance with postoperative
trabeculectomy control.

Keywords: Compliance; Knowledge; Post trabeculectomy surgery.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.


Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 20
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi untuk memberikan informasi
visual ke otak (Ilyas, 2014). Mata sebagai organ tubuh yang tidak terlepas terkena penyakit.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang mata adalah glaukoma. Apabila terjadi glaukoma
pada mata, maka informasi visual ke otak pasti akan terganggu sehingga dapat mengakibatkan
kebutaan (Ilyas, 2014). Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, penyebab kebutaan paling utama di dunia
adalah katarak (47,8%), kemudian glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age-macular
degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal opacity (5,1%), diabetic retinopathy
(4,8%).
Berbeda dengan katarak, kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat permanen atau
tidak dapat diperbaiki (irreversible) namun katarak dan glaukoma sebelum terjadi kebutaan
sama-sama berisiko di operasi (Kemenkes, 2015). Setelah operasi katarak maupun glaukoma
apabila tidak dilakukan kontrol maka akan menyebabkan peradangan dan muncul kembali
penyakit tersebut. Jumlah penyakit glaukoma di dunia oleh World Health Organization (WHO)
diperkirakan ± 60,7 juta orang di tahun 2010, akan menjadi 79,4 juta di tahun 2020 (Artini,
2011). Di Indonesia, prevalensi glaukoma adalah 0,5% dan ada 9 provinsi yang memiliki
prevalensi kasus glaukoma diatas prevalensi nasional Sumatera Utara, Sumatera Barat, yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Utara dan Sulawesi
Selatan (Kemenkes RI, 2015).
Di Rumah Sakit Cicendo, pada tahun 2015 urutan terbesar penyakit pada mata
diantaranya katarak sebanyak 3093 orang, retinopathy sebanyak 1760 orang, age-macular
degeneration sebanyak 1861 orang, uveitis sebanyak 1226 orang dan glaukoma sebanyak 783
orang. Pada tahun 2016, katarak sebanyak 3388 orang, retinopathy sebanyak 2221 orang,
age-macular degeneration sebanyak 1976 orang, uveitis sebanyak 1294 orang dan glaukoma
sebanyak 844 orang. Angka kejadian dari tahun ke tahun semua masalah penyebab kebutaan
meningkat.
Pasien dengan glaukoma akan berdampak terhadap berbagai aktivitas yang biasa
dilakukan oleh klien tersebut, dikarenakan keterbatasan penglihatan yang semakin parah
keadaan glaukomanya yang akan menyebabkan kebutaan (Tamsuri, 2011). Tindakan operasi
trabeculectomy merupakan tindakan untuk menangani kelainan mata dengan glaukoma. Selama
tindakan operasi trabeculectomy, pasien dilakukan pembiusan sehingga tidak akan sadarkan diri.
Pasca operasi trabeculectomy tidak hanya operasi saja, tetapi perlu dilakukan kontrol ulang
sampai 6 kali (Rafi, 2016).
Pasien dengan trabeculectomy diharuskan melakukan kontrol ulang, yang bertujuan
untuk mengurangi keluhan pasca operasi sampai hilang. Selain itu jika klien tidak kontrol ulang
dapat menimbulkan berbagai dampak seperti serangan akut glaukoma post trabeculectomy,
meningkatnya tekanan intraokular, penurunan tajam penglihatan dan kebutaan. Oleh karena itu,
dibutuhkan kepatuhan bagi pasien untuk melakukan kontrol ulang tersebut dengan waktu yang
cukup lama. Sehingga dari setiap kontrol keluhan akan berkurang atau hilang sama sekali, pasien
akan merasa sembuh dan malas untuk meneruskan pengobatan kembali (Partasasmita, 2010).
Kepatuhan kontrol merupakan suatu perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan sosial dan dukungan petugas

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 21
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

kesehatan. Faktor yang paling utama dan mendasar yang mempengaruhi perilaku untuk patuh
adalah pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Albert dan Jacobiec’s (2008) mengatakan
bahwa apabila pasca operasi trabeculectomy tidak kontrol secara rutin dikhawatirkan akan
menimbulkan penglihatan menurun bahkan menimbulkan kebutaan.
Hal ini terbukti di RS Cicendo pada tahun 2016 yang tidak patuh kontrol mengalami
serangan akut berjumlah 62 orang, pasien dengan tekanan intra okular berjumlah 21 orang, dan
yang mengalami penurunan ketajaman penglihatan sebanyak 8 orang serta yang mengalami
kebutaan ada 4 orang. (Rekam Medik Rumah Sakit Mata Cicendo, 2016). Setelah operasi
trabeculectomy kontrol dilakukan selama selang waktu 1 minggu setelah dilakukan operasi,
kontrol kedua selama 2 minggu setelah kontrol pertama, kontrol ketiga selama 2 minggu setelah
kontrol kedua dan kontrol keempat selama 1 bulan setelah kontrol ketiga, kontrol kelima selama
1 bulan setelah kontrol keempat dan kontrol keenam 1 bulan setelah kontrol kelima (Albert dan
Jacobiec’s, 2008).
Studi pendahuluan yang dilakukan di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung terdapat poli pengobatan untuk glaukoma. Jumlah klien pada periode Januari sampai
Desember 2015 sebanyak 783 dan pada periode Januari sampai Desember 2016 yaitu sebanyak
844 orang. Pada tiga bulan terakhir yaitu bulan November 2016 jumlah yang di operasi sebanyak
87 orang dan yang kontrol sebanyak 70 orang, bulan Desember 2016 jumlah yang dioperasi
sebanyak 71 orang dan yang kontrol sebanyak 30 orang, dan bulan Januari 2017 jumlah yang di
operasi sebanyak 74 orang dan yang kontrol sebanyak 18 orang. Fenomena yang terjadi, ada
penurunan jumlah pada klien pasca operasi untuk melakukan kontrol ulang. Dari bulan Januari
sampai Juni 2017 didapatkan data pasien yang tidak kontrol dengan kondisi harus mengulang
kembali operasi yaitu sebanyak 7 orang. Pasien yang tidak kontrol pernah ada yang datang
dengan keluhan mual, muntah ataupun sakit lainnnya selain pada mata.
Hasil wawancara terhadap 10 orang pasien pasca operasi trabeculectomy didapatkan
bahwa semuanya mengatakan tidak mengetahui tentang glaukoma dan operasi trabeculectomy
dan 6 orang mengatakan apabila pada saat kontrol pertama sudah tampak sembuh maka tidak
perlu melakukan kontrol ulang karena akan membuang waktu, tidak ada uang dan tidak ada yang
mengantar. Selanjutnya didapatkan informasi pendidikan kesehatan hanya diberikan sebelum
dilakukan operasi.
Selain itu, hasil wawancara yang dilakukan tanggal 13 Maret 2017 terhadap pasien yang
pasca operasi trabeculectomy mengatakan bahwa satu tahun yang lalu dirinya sudah dioperasi
trabeculectomy, kondisi sebelum di operasi mata tampak ada yang menghalangi dan dinyatakan
glaukoma kemudian di operasi karena ketidaktahuan mengenai penyakit yang diderita karena
sudah merasa sembuh maka klien tersebut tidak melakukan kontrol ulang sama sekali, lama
kelamaan matanya menjadi buram kembali dan akhirnya sekarang sudah melakukan operasi
ulang sebanyak 2 kali.
Dilihat dari studi pendahuluan, didapatkan bahwa semuanya mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit glaukoma dan pentingnya melakukan kontrol ulang sampai selesai,
klien hanya akan kontrol apabila masih ada keluhan dan apabila sudah merasa sembuh maka
kontrol tidak perlu dilakukan lagi. Untuk faktor yang mempengaruhi perilaku lainnya tidak
dikaji dikarenakan pengetahuan merupakan hal yang paling pertama dalam terbentuknya suatu

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 22
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

perilaku yaitu berupa kepatuhan kontrol, dan juga sampai saat ini belum pernah ada peneliti
yang meneliti mengenai pengetahuan dengan kepatuhan kontrol pada pasien pasca operasi
trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang glaukoma dengan
kepatuhan kontrol pada pasien pasca operasi trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah
Sakit Mata Cicendo Bandung.

METODE
Penelitian dilakukan di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasinya yaitu pasien pasca operasi trabeculectomy sebanyak
232 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 70 orang
dengan kriteria pasien pasca operasi trabeculectomy lebih dari 4 bulan 1 minggu dan tanpa ada
komplikasi.
Hasil analisa univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap variabel untuk mengetahui berapa persen responden dengan kategori pengetahuan dan
tingkat kepatuhan yang dilakukan pasca operasi trabeculectomy. Analisa bivariat menggunakan
uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan table 1 dapat diketahui bahwa pengetahuan pasien pasca operasi
trabeculectomy lebih dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 39 orang (55,7%).
Sedangkan keptuhan pasien pasca operasi trabeculectomy sebagian besar tidak patuh sebanyak
54 orang (77,1%) (Tabel 2).

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Glaukoma Klien Pasca Operasi


Trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


Baik 9 12,9
Cukup 22 31,4
Kurang 39 55,7

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gambaran Kepatuhan Kontrol pada Klien Pasca Operasi
Trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Kepatuhan Jumlah Persentase (%)
Patuh 16 22,9
Tidak patuh 54 77,1
Dari hasil perhitungan Chi Square, diketahui bahwa nilai p-value (0,000) lebih kecil dari
nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
glaukoma dengan kepatuhan kontrol pada pasien pasca operasi trabeculectomy.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 23
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Glaukoma dengan Kepatuhan Kontrol pada Klien Pasca
Operasi Trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Kepatuhan P value
Pengetahuan Patuh Tidak Patuh Total
n % N % n %
Baik 7 77.8 2 22.2 9 100
Cukup 5 22.7 17 77.3 22 100 0,000
Kurang 4 10.3 35 89.7 39 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pengetahuan responden lebih dari setengahnya


berpengetahuan kurang sebanyak 39 orang (55,7%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik
sebanyak 9 orang (12,9%). Pengetahuan klien yang kurang tentang glaukoma dapat disebabkan
karena faktor usia, dimana berdasarkan hasil pendidikan didapatkan usia 28 orang (40%) dengan
usia lansia awal. Menurut Notoatmodjo (2010) semakin cukup umur maka pengetahuan
seseorang akan bertambah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian, dikarenakan pada usia
lansia awal terjadi penurunan kognitif.
Kurangnya pengetahuan tentang glaukoma dikarena pendidikan yang rendah dan
pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan untuk menerima informasi (Notoatmodjo,
2010). Hasil penelitian didapatkan paling banyak klien dengan pendidikan SD sebanyak 22
orang (31,4%) dan SMP sebanyak 24 orang (34,3%) sehingga adanya kesulitan penyerapan
informasi yang diberikan. Selanjutnya kurangnya pengetahuan dikarenakan pekerjaan. Pekerjaan
merupakan suatu usaha yang dibutuhkan manusia untuk mencapai suatu keadaan yang lebih baik
(Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian didapatkan sebagian besar klien pasca operasi
trabeculectomy bekerja, dan kebanyakan klien bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 28 orang
(40%), walaupun klien bekerja yang memudahkan klien untuk mengakses informasi, klien tetap
tidak tahu informasi mengenai glaukoma dikarenakan pekerjaan klien bukan di bidang
kesehatan.
Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau
pengenalan suatu informasi, ide atau fenomena yang diperoleh sebelumnya. Pengetahuan
merupakan hasil dari belajar dan mengetahui sesuatu, hal ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior),
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar dalam bentuk pendidikan
yang berkala formal maupun non formal (Notoatmodjo, 2010).
Dilihat dari soal, pertanyaan yang paling banyak di jawab benar adalah soal nomor 23
yaitu mengenai selang waktu kontrol pertama yaitu 1 minggu setelah operasi. Banyak klien yang
menjawab benar dikarenakan setelah kontrol semua klien pasti diberi tahu oleh tenaga kesehatan
untuk kontrol 1 minggu setelah operasi. Pertanyaan yang paling banyak di jawab salah adalah
soal nomor 27 mengenai kontrol yang dilakukan pasien pasca operasi trabeculectomy dinyatakan
selesai apabila dinyatakan sembuh oleh dokter di rumah sakit, jawaban klien banyak yang
menjawab dikatakan selesai apabila sudah tidak ada keluhan lagi. Dari jawaban tersebut

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 24
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

dipastikan klien tidak melakukan kontrol ulang lagi pada saat klien sudah merasa sembuh, yang
akhirnya klien tidak akan patuh kontrol sampai selesai.
Pengetahuan klien pasca operasi trabeculectomy kurang karena tingkat pendidikan yang
rendah yaitu SD dan SMP. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Efifta (2016)
mengenai hubungan pengetahuan dengan kualitas hidup penderita glaukoma didapatkan hasil
bahwa pengetahuan yang kurang pada penderita glaukoma diakibatkan oleh rendahnya
pendidikan yakni rata-rata berpendikan SMP. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan
kesehatan mengenai glaukoma dan kontrol secara rutin sebelum dan setelah dilakukan operasi
trabecolectomy dan diberikan leaflet mengenai glaukoma dikarenakan sampai sekarang
berdasarkan observasi di lapangan belum ada leaflet mengenai glaukoma.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kepatuhan responden sebagian besar tidak patuh
sebanyak 54 orang (77,1%) dan sebagian kecil patuh sebanyak 16 orang (22,9%). Yang tidak
patuh rata-rata hanya 2-3 kali kontrol. Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku
yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien
mengerti rencana dengan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta
melaksanakannya (Kemenkes RI., 2015). Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti
disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan
kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin (Niven, 2008). Kepatuhan kontrol
merupakan suatu keharusan sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan dan dilakukan pada jangka
waktu yang cukup lama. Karena jangka waktu pengobatan yang ditetapkan lama maka terdapat
beberapa kemungkinan pola kepatuhan klien yaitu klien patuh dan klien tidak patuh dalam
pengobatan (Partasasmita, 2010).
Hasil penelitian diperoleh 54 orang tidak patuh dan 16 orang patuh untuk kontrol pasca
operasi trabeculectomy. Banyaknya klien pasca operasi trabeculectomy yang tidak patuh
dikarenakan waktu yang lama dan merasa sudah tidak ada keluhan. Dilihat dari usia banyak
dengan usia dewasa akhir dan lansia awal, pendidikan banyak yang pendidikan SD dan SMP dan
pekerjaan wiraswasta.
Berdasarkan tabel 3 hasil analisis tabel silang antara pengetahuan dengan kepatuhan
kontrol didapatkan bahwa pengetahuan baik diketahui sebagian besar patuh sebanyak 7 orang
(77,8%), pengetahuan cukup diketahui sebagian besar tidak patuh sebanyak 17 orang (77,3%)
dan pengetahuan kurang diketahui sebagian besar tidak patuh sebanyak 35 orang (89,7%). Dari
hasil perhitungan Chi Square, diketahui bahwa nilai p-value (0,000) lebih kecil dari nilai α
(0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan kontrol pada klien pasca operasi trabeculectomy.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Niven, 2008). Seseorang yang berpengetahuan baik akan lebih mudah memahami
dan dapat dengan mudah menyerap tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan kesehatan
sehingga orang-orang tersebut dapat mengetahui dan memiliki tingkat kesadaran untuk merubah
perilaku-perilaku mereka agar menjadi lebih baik dibandingkan dengan orang yang
berpengetahuan rendah. Pengetahuan yang baik dapat diperoleh dari pendidikan yang tinggi
serta dapat diperoleh dari informasi yang ia dapatkan. Rendahnya pengetahuan seseorang akan

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 25
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

membuat mereka sulit dan tidak mudah memahami dengan apa yang disampaikan orang lain
sehingga terdapat hambatan dalam menyaring informasi yang mereka dapat tersebut sehingga
dapat berpengaruh terhadap perilaku yang mereka miliki. Jadi pengetahuan merupakan domain
penting terhadap pembentukan perilaku sesorang, dalam hal ini adalah kepatuhan untuk
melakukan kunjungan kontrol sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (Notoadmodjo, 2010).
Kepatuhan dalam penelitian ini merupakan kepatuhan dalam kontrol pasca operasi
trabeculectomy yang seharusnya dilakukan oleh klien. Salah satu faktor yang paling utama
mempengaruhi kepatuhan kontrol adalah pengetahuan. Dikaitkan dengan kepatuhan kontrol
sebagai suatu perilaku maka pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
(Notoatmodjo, 2010), sehingga dapat dikatakan bahwa kepatuhan klien pasca operasi
trabeculectomy salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan klien tersebut mengenai glaukoma
dan pengobatan pasca operasi trabeculectomy. Pendapat di atas sesuai dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang glaukoma dengan
kepatuhan kontrol pasca operasi trabeculectomy dengan p-value 0,000 (<0,05).
Dilihat lebih lanjut pengetahuan yang baik ada yang tidak patuh 2 orang, pengetahuan
yang cukup ada yang tidak patuh 17 orang, hal ini dikarenakan jarak ke rumah sakit yang jauh
dan tidak ada yang mengantar sehingga klien tidak patuh kontrol secara rutin. Selanjutnya ada 4
orang yang pengetahuannya kurang tetapi patuh melakukan kontrol, hal ini dikarenakan klien
selalu didorong oleh keluarga untuk selalu rutin melakukan kontrol ulang sampai tuntas.

SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang glaukoma dengan
kepatuhan kontrol pada klien pasca operasi trabeculectomy di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung, maka dapat diambil simpulan terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan kepatuhan kontrol pada klien pasca operasi trabeculectomy. Diharapkan pihak rumah
sakit memberikan kebijakan agar perawat memberikan penyuluhan secara rutin tentang
kepatuhan kontrol pasca operasi trabeculectomy menggunakan media leaflet dengan materi
glaukoma dan kepatuhan untuk kontrol secara rutin pasca operasi trabeculectomy.

DAFTAR PUSTAKA
Albert & Jacobiec’s. 2008. Principles & Prochce of Opthalmology. Edisi 3. Saunders.
Artini. 2011. Pendidikan Kesehatan Mata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Efifta. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Kualitas Hidup Penderita Glaukoma. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Ilyas. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Niven, Neil. 2008. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat dan Profesional. Jakarta:
EGC.
Notoatmodjo. 2010. Pendidikan dan Perilaku kesehatan.Cetakan 2 Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Partasasmita. 2010. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (1), 2020, 19-26 26
Sumbara, Rizki Muliani, Titing Karis

Tamsuri, Anas. 2011. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
WHO. 2010. Kesehatan Mata. Geneva: WHO Press

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Anda mungkin juga menyukai