Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan hukum, harus
mampumemberikan perlindungan terhadap seluruh warga negaranya dari
segala bentukdiskriminasi dan tindak kekerasan. Perlindungan dan jaminan
hukum harus diberikanoleh negara terutama untuk individu yang rentan akan
tindak kekerasan, sepertiperempuan dan anak penyandang disabilitas. Segala
bentuk tindakan yang dapatmerugikan terhadap kehidupan perempuan dan
anak harus mampu dihapuskan,bagaimanapun perhatian dan perlindungan
khusus harus mampu diberikan terhadapperempuan dan anak, tanpa terkecuali
perempuan dan anak penyandang disabilitas.Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun,termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
1. Anak penyandang disabilitas adalah
Anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau
sensorik dalamjangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikapmasyarakatnya dapat menemui hambatan yang
menyulitkan untuk berpartisipasipenuh dan efektif berdasarkan
kesamaan hak.
2. Perempuan penyandang disabilitas
Pemenuhan kebutuhan khusus terhadap penyandang disabilitas,
harus dilakukan dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan lingkungan
sosial secara umum.Keberadaan perempuan dan anak penyandang
disabilitas harus mendapatkantempat dan perlindungan secara khusus,
bagaimanapun lingkungan terdekat sepertiorang tua, keluarga dan
masyarakat harus memberikan perhatian yang lebih kepadaperempuan
dan anak penyandang disabilitas. Keberadaan perempuan dan
anakpenyandang disabilitas sebagai pribadi yang mempunyai
kebutuhan khusus, harustetap mempunyai tempat dan kedudukan yang

1
sama sebagai warga negara Indonesia.Tindakan seseorang yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain baik secara fisik maupun
psikis dapat dikatakan sebagai suatu tindak kejahatan.
Kejahatankekerasan dapat diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik
dan kekuasaan,ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan
atau sekelompok orang
1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Perlindungan AnakNomor 23 Tahun 2002 Pasal
1 Angka 1.
2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Perlindungan AnakNomor 23 Tahun 2002 Pasal
1 Angka 7.
3) masyarakat yang mengakibatkan memar atau trauma, kematian,
kerugian psikologis,kelainan perkembangan atau perampasan
hak.Segala hal yang mendasari danberkaitan dengan tindak
kekerasan tidak dapat dibenarkan dengan alasan
apapun.Pertanggung-jawaban pidana merupakan salah satu
jawaban dalam hal penegakannilai keadilan bagi pelaku tindak
kekerasan.Sistem peradilan pidana adalah sistem yang dibuat
untuk menanggulangimasalah-masalah kejahatan yang dapat
mengganggu ketertiban dan mengancam rasaaman masyarakat
untuk mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada
dalambatas-batas toleransi yang dapat diterima.
4) Salah satu tujuan akhir dalam pelaksanaansistem peradilan pidana
adalah penegakan hukum secara baik, dimana salah satupenegakan
hukum secara baik adalah yang mengandung prinsip
proporsional.Penegakan hukum yang mengandung prinsip
proporsional adalah bagaimanapenegakan hukum berjalan
sedemikian rupa, dengan demikian yang tegak tidak sajaaturan
normatifnya (aspek kepastian hukumnya) tetapi juga aspek
filosofinya (aspekdan nilai keadilannya).

2
5) Penegakan hukum pidana merupakan salah satu pengendalian
terhadapkejahatan yang untuk diberantas atau sekurang-kurangnya
dijaga agar berada dalambatasan tertentu.
6) Implementasi penegakan hukum yang baik yang berdasarkan
prinsip proporsional harus mampu menciptakan nilai keadilan
secara umum, yangmencangkup nilai keadilan dari pihak korban,
pihak pelaku kekerasan, maupunterhadap pihak masyarakat secara
keseluruhan.Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
disampaikan di atas, makapenulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul: “Perlindungan HukumTerhadap
Perempuan Dan Anak Penyandang Disabilitas Sebagai Korban
Kekerasan.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kekerasan ?
2. Apa pengertian perlindungan ?
3. Apa saja macam-macam kekerasan terhadap perempuan dan anak ?
4. Apa saja solusi terhadap masalah ini ?
5. Apa kaitannya kasus tersebut dengan nilai-nilai pancasila ?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PERUMUSAN MASALAH


1. Dapat mengetahui apa arti kekerasan
2. Dapat mengetahui apa itu perlindungan
3. Dapat mengetahui macam-macam kekerasan perempuan dan anak
4. Dapat mengetahui solusi dari masalah ini
5. Dapat mengetahui kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai pancasila

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KEKERASAN
Secara umum, kekerasan dapat didefinisikan sebagai perbuatan seseorang
atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau hilangnya nyawa
seseorang atau dapat menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. 
Sementara itu, secara sosiologis, kekerasan dapat terjadi di saat individu
atau kelompok yang melakukan interaksi sosial mengabaikan norma dan
nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat dalam mencapai tujuan masing-
masing.
Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan sebagai
penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda.
Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang
dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori
social tertentu.
Dalam masyarakat diusahakan agar konflik yang terjadi tidak berakhir
dengan kekerasan.Oleh karena itu diperlukan adanya suatu prasyarat, yaitu
sebagai berikut.
 Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari akan
adanya situasi konflik di antara mereka.
 Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dapat dilakukan
apabila berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan itu
terorganisir dengan jelas.
 Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan-
aturan permainan tertentu yang telah disepakati bersama.

4
2. PENGERTIAN PERLINDUNGAN
pengertian dari perlindungan hukum diantaranya:
1) Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum
adalah  memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum.
2) Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan
Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh
subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.
3) Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya
hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk
memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.
4) Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah Sebagai
kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu
hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum
memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu
yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.
5) Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah
penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya
perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh
hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal
ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai
subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk
melakukan suatu tindakan hukum.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek
hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang
bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis.

5
3. MACAM-MACAM KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN
ANAK
 PADA ANAK
1. Penyiksaan Fisik (Physical Abuse)
Bentuk penyiksaan fisik seperti cubitan, pemukulan,
menyundut, tendangan, membakar, dan tindakan-tindakan fisik
yang dapat membahayakan anak termasuk ke dalam jenis
kekerasan.Kebanyakan orang tua menganggap kekerasan fisik
merupakan bentuk dari pendisiplina anak.Dengan harapan anak
dapat belajar untuk berperilaku yang baik.
2. Pengabaian (Child Neglect)
Bentuk kekerasaan anak yang memiliki sifat pasif, yaitu
merupakan sikap meniadakan perhatian yang mencukupi baik itu
dalam bentuk fisik, emosi, ataupun sosial.
3. Penyiksaan Emosi (Emotional Abuse)
Yang dimaksud dengan penyiksaan emosi disini adalah
segala tindakan yang mana meremehkan dan merendakan
anak.Karena tindakan ini membuat anak menjadi tidak merasa
berharga untuk dikasihi dan dicintai.
4. Penolakan
Biasanya ini dilakukan para otrang tua yang narsis yang
menampakkan sikap penolakan kepada anak, entah itu sadar
maupun tidak akan berakibat membuat anak merasa tidak
diinginkan.  Misalnya saja dengan menyuruh anak pergi,
memanggil dengan nama yang tidak pantas, menolak berbicara
pada anak, menolak melakukan kontak fisik dengan anak,
menyalahkan anak, mengkambing hitamkan anak, bahkan yang
terparah menyuruh anak untuk enyah.
5. Orang Tua Bersikap Acuh
Sikap seperti ini biasanya dikarenakan orang tua yang
sedang memiliki masalah dalam pemenuhan emosi yang membuat

6
dirinya tidak mampu untuk merespon kebutuhan emosi sang anak.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya ketidak tertarikan pada anak,
menahan kasih sayang, bahkan mengalami kegagalan dalam
mengenali kehadiran sang anak. Sehingga nantinya akan
memberikan pengaruh yang negatif dalam tumbuh kembang anak.
Ada beberapa contoh perilaku pengabaian semisal, tidak
menunjukkan perhatian saat momen penting anak, tidka peduli
pada kegiatan anak, tidak merespon perilaku spontan anak saat di
lingkungan sosial, tidak memberikan perawatan kesehatan saat
dibutuhkan, tidak masuk ke dalam keseharian anak, dan lainnya.
6. Memberikan Teror Kepada Anak
Mengancam, membentak, hingga mengucapkan kata kata
kasar pada anak akan memberikan pengaruh yang cukup serius
dalam psikologis anak. Hal ini akan membuat anak mengalami
ketakutan dan merasa terintimidasi. Sikap teror ini dapat
ditunjukkan pada teriakan, bentakan, kata sumpah serapah,
menakut-nakuti, hingga ancaman dalam bentuk verbal yang cukup
ekstrim.
7. Mengasingkan Anak
Tidak memperbolehkan anak untuk terlibat dalam kegiatan
sosialnya, mengurung di rumah, tidak memberikan rangsangan
pada apapun yang berkaitan dengan pertumbuhannya akan masuk
ke dalam kekerasa emosional. Hal ini akan merusak kehidupan
anak secara tidak lansgung, namun tergantung dari situasi serta
tingkat keparahannya. Sikap mengasingkan anak ini dapat
ditunjukkan seperti meninggalkan anak sendirian pada jangka
waktu yang lama, menjauhkan anak dari lingkungan keluarga,
menuntut anak untuk belajar secara berlebihan, tidak
memperbolehkan anak untuk mempunyai teman ataupun
berinteraksi dengan lingkungan sosial.

7
8. Memberikan pengaruh buruk pada anak
Memberikan pengaruh buruk adalah dengan
memperlihatkan hal-hal yang bersikap negatif di depan anak
secara langsung. Berikut ini beberapa contoh sikap yang
memberikan pengaruh buruk untuk anak semisal memuji anak
yang melakukan tindakan tidak terpuji kepada orang lain,
mengajarkan anak untuk rasis, mendorong anak  bersikap kasar
pada orang lain, bahkan memberikan narkoba maupun obat-obatan
terlarang pada anak.
9. Eksploitasi
Bentuk manipulasi atau dapat dikatakan sebagai bentuk
pemaksaan dengan tidak memperdulikan perkembangan anak.
Banyak contoh eksploitasi pada anak yaitu dengan memberikan
tanggung jawab yang berlebihan pada anak yang melebihi dari
usia dan kemampuannya.

 PADA PEREMPUAN
1. Tindakan kekerasan fisik :
Tindakan yang bertujuan untuk melukai.
Menyiksa/menganiaya orang lain dengan menggunakan anggota
tubuh pelaku (tangan, kaki) dengan alat-alat lain. Bentu kekerasa
fisik yang dialami perempuan antara lain: tamparan, pemukulan,
penjambakan, mendorong secara kasar, penginjakan, penendangan,
pencekikan, pelemparan, penyiksaan menggunakan benda tajam,
seperti pisau, gunting, dll.
2. Tindakan kekerasan psikologis :
Yaitu tindakan yang bertujuan merendahkan citra seorang
perempuan, baik melalui kata-kata maupun perbuatan (ucapan
menyakitkan, kata-kata kotor, penghinaan, ancaman) yang
menekankan emosi perempuan.

8
3. Tindakan kekerasan ekonomi :
Yaitu dalam bentuk penelantaran ekonomi dimana tidak
diberi nafkah secara rutin atau dalam jumlah yang cukup,
membatasi/atau melarang untuk bekerja yang layak didalam rumah
ataupun diluar rumah, sehingga korban dibawah kendali orang
tersebut.

4. SOLUSI/MENCEGAH DAN CARA MELINDUNGI TERHADAP


KEKERASAN ANAK DAN PEREMPUAN
a) Untuk mencegah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak harus
dilakukan:
1. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pernikahan.
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian sosial.
4. Membangun sistem perlindungan berbasis masyarakat.
5. Optimalisasi kerjasama dengan komite sekolah.
6. Melakukan koordinasi dengan para penegak hukum untuk
menyelenggarakan tata cara persidangan yang berkeadilan.
b) Untuk melindungi / menanggulangi tindak kekerasan terhadap perempuan
dan anak seluruh komponen masyrakat harus berkomitmen untuk:
1. Melindungi perempuan dan anak sesuai harkat dan martabatnya
serta mencegah kekerasan dan diskriminasi.
2. Memfasilitasi, memberikan konseling serta pendampingan
terhadap korban perdagangan orang dan tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
3. Berkoordinasi serta bekerjasama dengan seluruh masyarakat dan
pihak berwajib dalam mencegah, mengenali, menemukan,dan
menanggulangi korban perdagangan orang dan tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak.

9
5. KAITAN KASUS PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN
PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA
Kaitan dengan nilai-nilai pancasila yaitu NILAI KEMANUSIAAN.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti bahwa
kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya. Manusia diberlakukan sesuai harkat dan martabatnya
sebagai makhluk tuhan yang sama derajatnya, hak, dan kewajiban asasinya.
Dengan kata lin, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak
asasinya atau bertindak adil dan beradab terhadapnya. Sila ini menjamin
diakui dan diperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama
haknya dan kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, dan kepercayaan, dll. Karena itu dikembangkanlah sikap
saling, mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa serta sikap tidak
terhadap orang lain.
Kasus kekerasan ini memang miris untuk terdengar oleh telinga kita
sebagai warga indonesia. Tentu hal ini telah melenceng dari sila ke-2
pancasila, yaitu “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Karena dalam sila
ke-2 terkandung niali-nilai humanistis yang harus kita terapkan pada
segala aspek kehidupan antara lain:
 Pengakuan terhadap adanya martabat manusia dengan segala hak
asasinya yang harus dihormati oleh siapapun.
 Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
 Pengertian manusia beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa
dan iman, sehingga nyatalah bedanya dengan makhluk lain.

Nilai-nilai tersebut akan semakin pudar jika kita tidak segera


menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk orang yang mendidik anak
dengan meggunakan kekerasan sebagai alat disiplin yang sebenarnya tidak
ada pengaruh positif bagi anak.

10
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berbagai permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak
merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapat perhatian dan jangkauan
hukum pidana. Selama ini, pengaturan tentang perlindungan hukuk terhadap
perempuan dan anak korban perdagangan manusia tersebar dalam beberapa
peraturan perundang-undangan baik yang sifatnya umum maupun khusus,
seperti: kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang no.21 Tahun
2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, Undang-
undang no.13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.
Perlindungan hukum yang diberikan oleh KUHP baru secara abstrak dan
belum diberikan secara langsung atau konkret. Perlindungan hukum secara
konkret diberikan oleh KHUP hanya dalam hal ganti kerugian, namun dengan
syarat-syarat tertentu yaitu ganti kerugian itu hanya bisa didapatkan oleh
korban apabila hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama 1 tahun atau
pidana kurungan.

2. SARAN
Guna memberikan perlindungan hukum yang memadai pada korban
kejahatan perdagangan perempuan dan anak diluar engri, disaran kan
Indonesia menempatkan wakilnya diluar negri yang secara khusus bertugas
dalam memberikan bantuan hukum pada para korban.
Mengingat masih banyak ditemukan perUndang-Undangan yang
bersifatDiskriminatif terhadap perempuan dan anak dalam kerangka
perlindungan hukumnya, maka disrankan agar dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://dpmdesa.jabarprov.go.id./berita-347-melindungi-mencegah-dan-
menanggulangi-tindak-kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak-.html

http://rahmiarrahman.blogspot.com/2012/12/perlindungan-terhadap-anak-
dan.html?m=1

http://rangkumanmateriips.blogspot.com/2014/10/pengertian-dan-bentuk-
kekerasan-sosial.html?m=1

https://rizkynadiahputri.wordpress.com/2015/11/20/kekerasan-anak-bentuk-
pelanggaran-nilai-kemanusiaan/

www.topihukum.com/2017/10/maksud-dan-pengertian-perlindungan.html?m=1

https://dosenpsikologi.com/macam-kekerasan-pada-anak

12

Anda mungkin juga menyukai