09
Fakultas Teknik Sipil Teknik Sipil Agung Sumarno, ST MT
Dan Perencanaan
Abstract Kompetensi
Pada mata kuliah ini dipaparkan Mahasiswa Dapat memahami
Klassifikasi bahan tambah Pengaruh permasalahan bahan tambah dalam
bahan tambah dalam campuran
Pedoman pemilihan bahan tambah campuran beton
Admixture
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi dari bahan
ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk
pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus
dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat
memperburuk sifat beton.
Chemical Admixture:
Biasanya digunakan dalam jumlah yang sedikit pada campuran beton. Tujuan
penggunaannya adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari campuran.
Penggunaan admixture harus mengikuti spesifikasi yang ditetapkan
produsennya. Trial Mix sebelum penggunaan sangat dianjurkan.
Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal,
yaitu :
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organic ataupun
campuran anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau dengan
udara dalam hal mengurangi kendungan air campuran. Selain itu bahan tambah
ini dapat digunakan untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar
sebagai dampak perubahan factor air semen.
Bahan tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer. Komposisi dari
campuran bahan tambah ini diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas :
a. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat.
Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO
M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan pada
aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan
waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan
10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat
tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah
130 – 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
b. Plastocrete 161W
c. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder.
Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan
untuk beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda
Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan set retarder
memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat
dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis.
Apabila digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg
semen. Apabila digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100
kg berat semen.
d. Viscocrete 4100
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini adalah air
yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan kehilangan air pada
saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan, dan lentur, ketahanan
terhadap perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal
tersebut, menjadi hal penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan
pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.
kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar
Efek dari penggunaan retarding admixture yang perlu diwaspadai, antara lain :
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan kadar ion klorida terlarut
dalam beton keras yang disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko
menimbulkan korosi pada besi atau baja tulangan.
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan
untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beto,
SK SNI S-18-1990-03).
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak
mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan
tambah ini cenderung merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran beton
itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik
tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan
komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan
komposisi awal beton tanpa bahan tembah.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan pengunaan zat kimia
diantaranya yaitu:
a. Water Reduction. (Zat Kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan
kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang
lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi,
engan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan
yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan
dalam penuangan.
Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton
dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi
temperatur akibat reaksi hidrasi, mengurangi atau menambah kelecakan beton segar.
Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti sebagian semen atau
sebagai tambahan pada campuran untuk mengurangi pemakaian agregat. Pembuatan
beton dengan menggunakan bahan tambah akan memberikan kualitas beton yang baik
apabila pemilihan kualitas bahannya baik, komposisi campurannya sesuai dan metode
pelaksanaan pengecoran, pemeliharaan serta perawatannya baik.
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang
ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan
kekuatan serta keawetannya meningkat.
2. Water-Reducing
Penerapan:
o Untuk meningkatkan workabilitas
o Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
o Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi
jelek
Pengaruh:
o Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
o Mengurangi kebutuhan air pencampur
o Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat
menyebabkan penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini
dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas beton.
4. Permeability Reducing
Penerapan:
o Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
o Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak air
(water-repellent)
Keterangan:
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air.
Pengurangan permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan
pengerjaan yang lebih baik
Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk
industri readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive tersebut yaitu:
a. VMA (viscosity-modifying admixtures)
b. SRA (shrinkage reducing admixture)
c. AWA (anti washout agent)
1. Pozzolan
b. Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adalah hasil
pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
Mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain pengganti
agregat, seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami atau
buatan yang mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan aluminat yang
aktif. Silika dan aluminat aktif ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang
merupakan sisa reaksi hidrasi air dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang
sama dengan hasil hidrasi air dengan semen sebelumnya, sehingga akan meningkatkan
kuat tekan beton.
FLY ASH
Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang
dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Limbah padat
ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga
memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti
pencemaran udara, perairan dan penurunan kualitas ekosistem.
Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan
limbah tersebut untuk keperluan bahan bangunan seperti batako dan paving blok serta
pembenah lahan pertanian. Namun, hasil pemanfaatan tersebut belum dapat
dimasyarakatkan, karena berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
‘1 Bahan tambah campuran beton
3 19 Agung Sumarno
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, abu terbang dan abu dasar dikategorikan sebagai limbah B3
karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara
alami dan mencemari lingkungan.
Pada ASTM C.618 ditetapkan 2 jenis Fly ash yaitu Fly ash Kelas F dan Fly ash kelas
C, perbedaan utama diantara dua jenis fly ash ini adalah jumlah kalsium,Silika,
Alumina dan kadar Besi, sifat kimia dari fly ash tersebut sangat dipengaruhi oleh
kandungan kimia dari batubara dibakar (yaitu, antrasit, bituminous, dan lignit).
Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara,
yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah
digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau abu terbang di kenal di
Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Abu terbang sendiri tidak memiliki
kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran
partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa, fly-ash mempunyai butiran
yang cukup halus, yaitu lolos ayakan N0. 325 (45 mili mikron) 5-27%, dengan
spesific gravity antara 2,15-2,8 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat proses
pozzolanic dari fly-ash mirip dengan bahan pozzolan lainnya. Menurut ASTM C.618
(ASTM, 1995:304) abu terbang (fly-ash) didefinisikan sebagai butiran halus residu
pembakaran batubara atau bubuk batubara. Fly-ash dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau
batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite
Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat
rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk
memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau
tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Karenanya dapat
dikatakan, pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak
penyelamatan lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak
negatif kalau bahan sisa ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan
semen Portland dalam pembuatan beton.
Sebagian besar abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu kalsium rendah
(kelas ”F” ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau batu bara
bituminous. Abu terbang ini memiliki sedikit atau tida ada sifat semen tetapi dalam
bentuk yang halus dan kehadiran kelambaban, akan bereaksi secara kimiawi dengan
kalsium hidrosida pada suhu biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat
penyemenan. Abu terbang kalsium tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran
lignit atau bagian batu bara bituminous, yang memiliki sifat-sifat penyemenan di
samping sifat-sifat pozolan.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Poon dan kawan-kawan, memperlihatakan dua
pengaruh abu terbang di dalam beton, yaitu sebagai agregat halus dan sebagai
pozzolan. Selain itu abu terbang di dalam beton menyumbang kekuatan yang lebih
baik dibanding pada pasta abu terbang dalam komposisi yang sama. Ini diperkirakan
lekatan antara permukaan pasta dan agregat di dalam beton. More dan kawan-kawan,
Mendapatkan workabilitas meningkat ketika sebagian semen diganti oleh abu terbang.
Beton yang mengandung 10 persen abu terbang memperlihatkan kekuatan awal lebih
tinggi yang diikuti perkembangan yang signifikan kekuatan selanjutnya. Kekuatan
meningkat 20 persen dibanding beton tanpa abu terbang. Penambahan abu terbang
menghasilakan peningkatan kekuatan tarik langsung dan modulus elastis. Kontribusi
abu terbang terhadap kekuatan di dapati sangat tergantung kepada faktor air-semen,
jenis semen dan kualitas abu terbang itu sendiri.
Dalam suatu kajian, abu terbang termasuk ke dalam kategori kelas F dengan
kandungan CaO2 rendah sebesar 1,37 persen lebih kecil daripada 10 persen yang
menjadi persyaratan minimum kelas C. Namun demikian kandungan SiO2 sukup
tinggi yaitu 57,30 persen. Abu terbang ini, selain memenuhi kriteria sebagai bahan
yang memiliki sifat pozzolan, abu terbang juga memiliki sifat-sifat fisik yang baik,
yaitu jari-jari pori rata-rata 0,16 mili mikron, ukuran median 14,83 mili-mikron, dan
Hasil-hasil pengujian menunjukkan bahwa abu terbang memiliki porositas rendah dan
pertikelnya halus. Bentuk partikel abu terbang adalah bulat dengan permukaan halus,
dimana hal ini sangat baik untuk workabilitas, karena akan mengurangi permintaan air
atau superplastiscizer.
Tidak semua fly ash memenuhi persyaratan ASTM C.618
2. Slag
Kerak (slag),Blast Furnace slag : adalah bahan non metalik hasil samping dari
pabrik pemurnian besi dalam tanur yang mengandung campuran antara kalsium silikat
dan kalsium alumina silikat dan beberapa pengotor.
g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru
(bonding agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami
kesulitan dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu
ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu atara
permukaan yang lama dengan permukaan yang baru, jenis bahan tambah
tersebut biasanya disebut bonding agent yang merupakan larutan polimer.
DAFTAR PUSTAKA