Anda di halaman 1dari 57

METODE PRODUKSI

Rizki Akbar, ST. MT

Petroleum Engineering Dept.


Faculty Earth of Technology and Energy
Universitas Trisakti
2020
METODE PRODUKSI

1. Aliran Fluida di Media Berpori.


2. Aliran Fluida Di Media Pipa.
3. Metode Produksi
▪ Sembur Alam
▪ Perencanaan Ukuran Tubing
▪ Perencanaan Perforasi
▪ Perencanaan Interval Perforasi.
▪ Artificial Lift
4. Optimasi Produksi
SISTIM PRODUKSI

 Peralatan Bawah permukaan


 Kepala Sumur
 Pipa Salur
 Peralatan Penampungan dan Pemrosesan
 Manifold
 Separator dan Peralatan Proses Lain
 Peralatan Pengukuran
 Tempat Pengumpulan
KOMPONEN SISTEM PRODUKSI

10
Keterangan :
9 11 12
13 14 1. Formasi Produktif
8 2. Dasar Sumur /Perforasi
7
3. Packer
4. Production Casing

6 5. Safety Valve
6. Tubing
7. Anulus Valve
5 8. Master Valve
9. Wing Valve
4 10. Swab Valve
11. Choke
3 12. Pipa Salur
13. Pengukur Tekanan
2 1
14. Separator
ALIRAN FLUIDA DALAM MEDIA
BERPORI

❑Untuk aliran radial satu phasa, homogen ,


Isotropic ,steady state persamaan Darcy
menggambarkan aliran dari formasi produktif
menuju dasar sumur menjadi

0.00708kh (Pr − Pwf )


qo =
 re 
μ o Bo  ln 
 rw 
ALIRAN DALAM MEDIA BERPORI
DIPENGARUHI :

 Sifat fisik dari batuan formasi


 Sifat fisik dari fluida yang mengalir
 Geometri dari sumur dan daerah pengurasannya
 Perbedaan tekanan antara formasi produktif dengan lubang
sumur pada saat terjadi aliran
PRODUKTIVITY INDEX (PI)

 Kemampuan suatu akumulasi hidrokarbon dalam batuan porus


untuk memproduksikan fluida yang dikandungnya tergantung
dari produktivitas reservoir. Ukuran keproduktifan reservoir ini
dikenal dengan Productivity Index (PI).
q
PI = J = STB/hari/psi
( Ps − Pwf )

➢q = gross liquid rate, STB/hari


➢ Ps = tekanan static reservoir, psi
➢ Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
➢ Ps-Pwf = draw-down pressure, psi
Batasan PI
Kermitz E. Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya
produktivitas sumur, yaitu :

• PI rendah jika kurang dari 0.5


• PI sedang jika antara 0.5 sampai 1.5
• PI tinggi jika lebih dari 1.5
Inflow Performance Relantionship (IPR)

➢ Untuk lebih memahami konsep


Produktivity Index, maka harga PI
dianggap konstans, tidak tergantung
pada rate produksi sesaat

q
Pwf = Ps −
PI
Satu Fasa
Kurva IPR di Atas dan di Bawah Bubble Point Pressure
Dua Fasa
Persamaan VOGEL
2
qO  Pwf   Pwf 
= 1.0 − 0.2  − 0.8 
(qO )max  Ps   Ps 

Persamaan diatas hanya dapat digunakan


bila Pwf lebih kecil dari Pb (tekanan
gelembung). Sedangkan bila Ps di atas Pb
maka sebagaian dari kurva IPR merupakan
garis linier dan selanjutnya melengkung
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMILIHAN
METODE PRODUKSI
1. INFLOW PERFORMANCE
Inflow Performance merupakan ulah kerja sumur yang
tergantung aliran dari reservoir menuju ke lubang
sumur.
Dikontrol oleh karakteristik reservoir seperti tekanan
reservoir, produktivitas dan karakteristik fluida.
Contoh :
Continuous gas lift untuk sumur yang mempunyai PI
tinggi (> 0.5 B/D/psi)
Intermittent gas lift digunakan pada sumur yang
mempunyai PI rendah (< 0.5 B/D/psi) rendah
2. LAJU PRODUKSI

Laju produksi > 2000 B/D, metode artificial lift


yang cocok digunakan adalah ESP
Laju produksi antara 2000 – 10000 B/D dapat
menggunakan semua metode artificial lift
kecuali Rod Pump
Laju produksi antara 100 – 1000 B/D dapat
menggunakan semua metode artificicl lift
Laju produksi < 100 B/D, yang digunakan
adalah semua metode artificial lift, kecuali ESP
3. WATER CUT
Water cut secara langsung mempengaruhi laju produksi
total. Water cut yang tinggi mempengaruhi inflow
performace yang sesungguhnya.

Air juga menghasilkan penambahan kehilangan tekanan di


dalam tubing, akibatnya densitasnya yang lebih besar
dari minyak sehingga akan membutuhkan tekanan yang
lebih besar untuk mengangkatnya kepermukaan.

Menurut Kermit. E Brown yang paling cocok dengan


kondisi seperti ini adalah pengangkatan dengan
menggunakan ESP
4. GAS LIQUID RATIO (GLR)
Semua metode pengangkatan mengalami penurunan effesiensi dengan
bertambahnya GLR, sampai dengan 2000 scf/bbl dapat ditangani oleh semua
metode pengangkatan.

Sucker rod memiliki effesiensi kira-kira 40% bila GLR di atas 2000 scf/bbl. Pada
2000 – 5000 scf/bbl

Intermittent flow gas lift lebih effesien digunakan karena gas keluar sejalan
dengan perputaran gas (injeksi gas).

Continuous flow gas lift penambahan gas akan menurunkan tekanan alir dasar
sumur (Pwf) sehingga menghasilkan effesiensi pengangkatan yang kecil, karena
banyaknya gas dalam kolom akan dapat mengakibatkan adanya back pressure
karena besarnya Pwf tidak dapat mengatasi kehilanggan tekanan. Bagaimanapun
GLR yang tinggi akan menjadi problem bagi metode pengangkatan buatan
5. KEDALAMAN LUBANG BOR

 Bila kedalaman sumur > 12000 ft, maka metode


artificial lift yang dapat digunakan hanya
Hydraulic Pump
 Bila kedalamannya 10000 – 12000 ft, maka yang
digunakan adalah semua metode artificial lift,
kecuali ESP karena adanya batasan temperature
 Bila kedalamannya < 8000 ft, maka semua
metode artificial lift dapat digunakan
6. UKURAN CASING DAN TUBING

Ukuran casing disini akan membatasi ukuran peralatan


metode artificial lift
Pada metode gas lift dengan menggunakan continuous
flow, tubing 2 in dapat digunakan untuk laju produksi <
1000 B/D,
untuk laju produksi > 5000 B/D menggunakan casing > 7 in
dan tubing > 3,5 in.
Pada dasarnya semakin kecil ukuran casing semakin kecil
pula laju produksi yang dihasilkan. Pipa yang berukuran
terlalu kecil akan mengakibatkan friction loss yang besar
dan mengakibatkan pengurangan effesiensi volumetric
dari gas lift dan ESP
7. TIPE KOMPLESI

Desain artificial lift juga tergantung tipe komplesi, apakah dengan open
hole atau menggunakan interval perforasi. Pertimbangan utama adalah
inflow performace.

Pada open hole, caving dan problem pasir dapat mengurangi inflow
performance. Pada interval perforasi, penyumbatan lubang perforasi
menurunkan inflow performance..

Sebagai contoh apakah tersedia gas atau tidak apabila nantinya metode
artificial lift yang akan dipasang adalah gas lift, bila ada maka tubing
dikomplesi dengan menambah side pocket mandrel sebagai tempat valve gas
lift. Bila tidak ada gas, bisa juga menggunakan compressor, tetapi harga
sebuah compressor sangat mahal sehingga perlu diperhitungkan secara
matang pemilihan metode artificial lift yang akan digunakan
8. TEMPERATUR

 Sucker Rod Pump sangat bagus pada temperature 550 0F


 ESP terbatas pada temperature < 250 0F untuk standart dan < 350 0F
untuk ESP dengan special motor dan kabel
 Hydraulic Pump dapat beroperasi pada temperature 300 0F untuk
standart material dan 500 0F untuk special material
 Maksimum temperature untuk gas lift adalah 350 0F
9. MEKANISME PENDORONG

Depletion Drive => Gas Lift


Water Drive => ESP, PCP, Sucker Rod,
Hidrolik pump
Gas Cap Drive => Gas Lift
10. MASALAH OPERASI PRODUKSI

 Pasir
 Paraffin
 Scale
 Korosi
 BHT
 Iklim
PASIR

 Apabila digunakan metode pompa maka pasir-pasir ini akan


mengakibatkan goresan-goresan yang tajam pada plunger
pompa sehingga akan mengakibatkan kerusakan dan effesiensi
pompa menurun
PARAFIN

 Untuk minyak jenis paraffin dimana titik tuangnya adalah


tinggi maka dengan adanya penurunan temperature
sepanjang aliran akan mengakibatkan minyak tersebut
membeku, sehingga akan dapat menyumbat aliran minyak di
dalam pipa.
 Jika penyumbatan terjadi di tubing string, wellhead atau
flowline akan menyebabkan backpressure sehingga akan
mengurangi effesiensi, maka pembersihan dan pencegahan
sangat dibutuhkan.
 Sucker rod pumping lebih menguntungkan daripada metode
yang lain karena rods akan terus-menerus membersihkan
paraffin (scraping action). High-temperature fluids dan
inhibitor dapat disirkulasikan pada hydraulic system. Plunger
menjalankan secara otomatis paraffin scarapers
(pembersihan paraffin)
JENIS-JENIS METODA PRODUKSI
(LIFTING METHOD)

 Sumur Sembur Alam


 Gas Lift
 Electric Submersible Pump (ESP)
 Sucker Rod Pump, PCP
SEMBUR ALAM

 Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi jika


tenaga alamiah dari reservoar masih mampu untuk
mengalirkan fluida dari formasi produktif ke dasar sumur
dan mengangkat fluida dari dasar sumur ke permukaan.
Untuk mempertahankan agar sumur berproduksi secara
natural , maka diperlukan Tekanan di dasar sumur (Pwf)
cukup untuk :
o Menopang aliran vertikal dari kolom fluida.
o Mempertahankan tekanan kepala sumur agar mampu
mengalirkan sepannjang Cristmas tree sampai flow line dan
surface facility.
 Berdasarkan hal tersebut agar fluida reservoar dapat mengalir
ke permukaan, maka tekanan dasar sumur (Pwf) harus lebih
besar dari kolom fluida vertikal ditambah Tekanan kepala sumur.
Pwf > Pkolom + Pwh
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELAKUAN ALIRAN
FLUIDA DARI RESERVOAR DARI FORMASI PRODUKTIF
MASUK KE DASAR LUBANG SUMUR MELIPUTI :

1. Jumlah fasa yang mengalir.


2. Sifat fisik fluida reservoar.
3. Sifat fisik batuan reservoar.
4. Konfigurasi disekitar lubang sumur , seperti halnya :
▪ Lubang Perforasi
▪ Adanya Skin/kerusakan formasi
▪ Gravel Packing
▪ Rekahan hasil perekahan hidraulik
5. Kemiringan lubang sumur
6. Bentuk daerah pengurasan.
ALIRAN FLUIDA DI MEDIA PIPA
 Kemampuan reservoir dapat diproduksikan ke
permukaan tergantung tekanan sumur (Pwf).
 Besarnya Pwf tergantung pada tekanan dan
konfigurasi sistem perpipaan, sehingga dapat ditulis :
Pwf = Psep + Pfl + Pch + Ptb + Prts

 Untuk mementukan kemampuan sistem secara total


perlu menghitung kehilangan tekanan masing-
masing komponen
GRADIENT TEKANAN

 Jika tekanan yang diakibatkan kolom fluida pada pipa


vertikal (tubing) dibagi dalam beberapa segmen pada
setiap feet, maka disebut gradien tekanan.

 Gradient tekanan secara umum disebabkan oleh tiga


komponen meliputi :
 Densitas
 Friksi
 Slippage.
KURVA GRADIENT TEKANAN
FLUIDA
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ALIRAN VERTIKAL.

1. Efek Ukuran Tubing


2. PENGARUH LAJU ALIR.

Gambar samping memperlihatkan


pressure gradien pada ukuran
tubing 2 inch untuk berbagai laju
alir.
Berdasarkan gambar tersebut
dapat disimpulkan makin besar laju
alir maka makin besar harga
tekanan alir dasar sumur.
3.PENGARUH PERUBAHAN DENSITAS.

Perubahan densitas pada


viskositas konstan, akan
menyebabkan perubahan tekanan
alir dasar sumur.
Makin besar harga API Gravity
minyak makin kecil harga tekanan
alir dasar sumur
4. PENGARUH GAS LIQUID RATIO

Kenaikan Gas liquid ratio akan


menyebabkan penurunan
tekanan alir di dasar sumur.
5. PENGARUH LAJU PRODUKSI AIR

Kenaikan laju produksi air akan


menyebabkan kenaikan tekanan alir
dasar sumur
Sehingga produksi air akan
menyebabkan berkurangnya laju
produksi fluida .
6. PENGARUH VISKOSITAS.

Kenaikan viskositas pada kondisi


sumur yang sama akan menaikan
tekanan alir dasar sumur.
PENGGUNAAN KURVA PRESSURE TRAVESE
GAS LIFT

 Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur


dengan cara menginjeksikan gas bertekanan tinggi
(minimal 250 psi) sebagai media pengangkat ke dalam
kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang pada
tubing dengan kedalaman dan spasi tertentu.
 Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat
diterapkan metoda gas lift antara lain :
 Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri maupun dari tempat lain.
 Fluid level masih tinggi.
. PERENCANAAN GAS LIFT

 Continuous gas lift adalah suatu cara injeksi gas


bertekanan tinggi secara terus menerus (kontinyu) ke
dalam annulus dan melalui valve (yang dipasang pada
tubing) gas masuk ke dalam tubing, setelah gas
diinjeksikan
 Gas injeksi disini berfungsi untuk menambah gas yang
berasal dari formasi, sehingga gradien kolom cairan turun
dan tekanan aliran di depan titik injeksi turun (selisih
tekanan aliran yang dicapai terhadap BHP mengakibatkan
adanya aliran fluida dari dasar sumur menuju permukaan).
Didalam continuous gas lift, terjadi proses percampuran
gas ke dalam kolom fluida sehingga terjadi penurunan
tekanan pada titik injeksi.
GAS LIFT
 Laju produksi yang tinggi
 Produktivitas yang tinggi
 Kelarutan gas yang tinggi
 BHP yang agak tinggi
PRINSIP KERJA GAS LIFT
GRADIENT CURVE
PRINSIP KERJA GAS LIFT
DASAR PERECANAAN GAS LIFT

 Apabila dapat diperkirakan besarnya gradien tekanan aliran rata-rata di bawah dan
di atas titik injeksi, maka Pwf dapat dihitung dengan persamaan:

Pwf = Pwh + Gfa (L) + Gfb (D - L)

Keterangan:
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Pwh = Tekanan kepala sumur, psi
Gfa = Gradien aliran rata-rata di atas titik injeksi, psi/ft
Gfb = Gradien aliran rata-rata di bawah titik injeksi, psi/ft
L = Kedalaman titik injeksi, ft
D = Kedalaman sumur total, ft
PERENCANAAN GAS LIFT

 Sumur yang berproduksi dengan cara continuous gas lift,


pola aliran pada injeksi gas menerus ini sama dengan
sumur yang berproduksi dengan cara sembur alam
(Natural flow).
 Hanya saja pada continuous gas lift, dalam analisa vertical
lift-nya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
 untuk aliran di bawah titik injeksi dengan GLR (Gas Liquid Ratio)
formasi
 untuk aliran di atas titik injeksi dengan GLR total (GLR formasi + GLR
injeksi).
PENENTUAN TITIK INJEKSI

 Pada dasarnya makin besar tekanan gas yang


diinjeksikan akan makin dalam pula letak titik injeksinya,
sehingga akan memperbesar draw down tekanan
produksi akan semakin besar.
D =
Tetapi karena biasanya
tekanan injeksi di permukaan terbatas atau dibatasi,
maka dengan demikian kedalaman titik injeksi juga
terbatas. Kermit E. Brown memberikan suatu
persamaan:

Pso − Pwh
D=
0.15
PENENTUAN TITIK INJEKSI
PENENTUAN JUMLAH GAS INJEKSI

Penentuan jumlah gas injeksi dapat ditentukan dengan


menggunakan persamaan berikut:

Qgi = Q (GLRt – GLRf)

Keterangan:
Qgi = Laju injeksi gas, scf/day
Q = Laju produksi total, bbl/day
GLRt = Gas Liquid Ratio total, scf/stb
GLRf = Gas Liquid Ratio formasi, scf/stb
PENENTUAN KEDALAMAN KATUP GAS LIFT

 Pada dasarnya penentuan kedalaman katup sembur


buatan dimaksudkan untuk menentukan letak katup yang
diperlukan dalam proses unloading, yaitu katup-katup
yang berfungsi untuk mengeluarkan kill fluid yang ada di
dalam annulus pada waktu dilakukan injeksi.
 Untuk kondisi normal, katup-katup ini akan tertutup di
bawah kondisi produksi hingga hanya katup operasi yang
terletak pada kedalaman titik injeksi yang terbuka.
Penentuan letak katup tersebut dapat dilakukan secara
analitis maupun secara grafis.
PENENTUAN KEDALAMAN KATUP GAS LIFT
UNTUK PENENTUAN SPASI KATUP SEMBUR BUATAN
(KSB) SECARA ANALITIS DAPAT DILAKUKAN DENGAN
MENGGUNAKAN PERSAMAAN:

Pko − Pwh
DV! =
GS

PSO1 ,SO2 ,... − Pwh − DV1 ,V2 ,...(Gu )


DV2 ,V3 ,... = DV1 ,V2 ,... +
GS

Keterangan:
DV1, V2,.... = Kedalaman katup 1,2 dan seterusnya, ft
Pso1,so2,… = Tekanan buka katup 1,2 yang
ditentukan di permukaan, psi
Pwh = Tekanan kepala sumur, psi
GS = Gradien kill fluid, psi/ft
Gu = Gradien unloading, psi/ft
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai