Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan
bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang
akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai
debit aliran. Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam
merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir)
yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga
dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air
terutama pada musim kemarau. Sehingga dengan adanya data debit tersebut
pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat
diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit
maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.
Fenomena hidrolika tidak hanya dapat dipahami dari pemberian materi
kuliah tatap muka saja. Seringkali dalam penyajian secara teoritis sulit
dimengerti oleh para mahasiswa. Hal ini wajar sekali mengingat sifat-sifat
hidrolik pada masalah tertentu terutama aliran pada suatu bangunan sulit
digambarkan secara jelas. Oleh sebab itu, untuk membantu para mahasiswa
memahami sebagian dari masalah tersebut diadakannya praktikum ini,
sehingga mahasiswa dapat belajar melakukan pengukuran debit aliran pada
suatu saluran terbuka dan saluran tertutup untuk mendapatkan informasi
besarnya air yang mengalir pada saluran air saat waktu tertentu.

1.1.1 Jenis-jenis Aliran


Ada umumnya, zat cair dibedakan menjadi dua macam, yaitu
zat cair ideal yang tidak memiliki kekentalan, dan zat cair riil yang
memiliki kekentalan. Kekentalan (viskositas) tersebut disebabkan
karena adanya kohesi antara partikel zat cair yang menyebabkan
perbedaan kecepatan partikel pada aliran. Aliran zat cair riil disebut
juga aliran viskos, yang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

Kelompok 12 1
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

1. Aliran Laminer
Aliran Laminer adalah zat cair dimana partikel-
partikelnya bergerak secara teratur mengikuti lintasan saling
sejajar. Aliran ini terjadi apabila saluran kecil, kecepatan kecil
dan kekentalan aliran besar.

2. Aliran Turbulen
Aliran Turbulen adalah aliran zat cair dimana partikel-
partikelnya bergerak tidak teratur dan garis lintasan saling
berpotongan. Dengan berkurangnya pengaruh kekentalan atau
bertambahnya kecepatan, aliran akan berubah dari aliran
laminer menjadi turbulen. Contoh Aliran Turbulen, misalnya :
aliran di sungai, aliran di saluran irigasi atau drainase, aliran di
laut.

3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran turbulen.

Gambar 1.1 (a) Percobaan untuk menggambarkan jenis aliran


(b) garis pewarna lebih spesifik
Sumber : http://kurniawan-mechanicalui09.blogspot.co.id

Kelompok 12 2
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

1.2. Manfaat dan Tujuan Praktikum


1. Manfaat dari praktikum hidrolika ini adalah :
1). Agar mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter
2). Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan cara
merawas
3). Agar mahasiswa dapat menentukan debit aliran pada bangunan ukur
thomson dan cippholeti

2. Tujuan dari pratikum hidrolika ini adalah :


1). Menghitung kecepatan rata-rata dari hasil pehitungan debit dengan
Currenmeter pada bangunan ukur Cipholetti dan Thompson.
2). Menghitung besar debit aliran air yang melalui saluran dengan
Currentmeter pada bangunan ukur Cipholetti dan Thompson dengan
metode pengukuran tidak langsung.
3). Menghitung besar debit aliran air yang melalui saluran pada bangunan
ukur Ciphotleti dan Thompson dengan metode pengukuran langsung.
4). Mencari dan menggambarkan kehilangan energi akibat pengaliran dalam
saluran tertutup, dimana kehilangan energi disebabkan :
 Gesekan antara air dan dinding pipa (mayor losses)
 Perubahan penampang pipa, pembelokan, perubahan aliran, dan
adanya diafragma (minor losses).
5). Mencari koefisien penampang.
6). Mengetahui sifat-sifat air, mekanika, dan pengaruhnya pada saluran
terbuka dan saluran tertutup.

2.1. Ruang Lingkup Praktikum


Pembahasan permasalahan dalam praktikum dibatasi pada
pengamatan mengenai sifat-sifat aliran air pada saluran terbuka dan tertutup,
beserta perhitungan, pembahasan, dan pengambilan kesimpulan :
a. Untuk saluran terbuka, pada bangunan ukur Cipholetti dan Thompson.
b. Untuk saluran tertutup, pada rangkaian pipa seri dengan tabung-tabung
piezometrik vertikal dan venturi meter.

Kelompok 12 3
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

2.2. Lokasi Praktikum


Praktikum Hidrolika ini diadakan didalam dan diluar gedung.
Didalam gedung, yaitu untuk saluran tertutup diadakan di Laboratorium
Hidrolika Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung. Sedangkan diluar
gedung, yaitu untuk saluran terbuka dilakukan pada saluran irigasi buatan
yang berada di samping kanan gedung Fakultas Teknik Unissula.

Gambar 1.2 : Denah Lokasi Praktikum Hidrolika


Sumber : https://www.google.co.id/maps/

2.3. Metode Praktikum


Secara umum, metode pelaksanaan praktikum yang digunakan
antara lain :
a. Peninjauan Lapangan
Praktikum dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan
pengukuran di lokasi praktikum.
b. Wawancara
Dalam pelaksanaan praktikum, dilakukan Tanya jawab dengan
pembimbing praktikum untuk mendapat gambaran penjelasan sejelas-
jelasnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan praktikum.

Kelompok 12 4
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

c. Kuliah
Sebagai acuan pelaksanaan praktikum adalah teori yang diperoleh dari
mata kuliah Mekanika Fluida dan Hidrolika.
d. Studi Pustaka
Sebagai tambahan wawasan dalam pelaksanaan dan penguasaan
laporan praktikum, digunakan literature-literatur mengenai Mekanika
Fluida dan Hidrolika.

Kelompok 12 5
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

BAB II
SALURAN TERBUKA

2.1. Latar Belakang Praktikum Saluran Terbuka


Pelaksanaan Praktikum Saluran Terbuka dilatarbelakangi oleh
keingintahuan akan macam akan bangunan ukur dan alat ukur yang ada di
lapangan, serta melihat secara langsung bangunan ukur dan alat ukur tersebut.
Hal yang mendasari pelaksanaan praktikum pada saluran terbuka
adalah :
a. Pengenalan jenis-jenis bangunan ukur dan karakteristiknya.
b. Pemahaman cara perhitungan debit aliran dengan metode pengukuran
langsung dan metode pengukuran tidak langsung.

2.2. Landasan Teori


Dalam hidrolika, kita mengenal dua jenis saluran. Salah satunya
adalah saluran terbuka, yaitu saluran dimana air mengalir dengan muka air
bebas, sehingga tekanan di permukaan zat cair di sepanjang saluran tersebut
adalah tekanan atmosfir. Pengukuran debit pada saluran terbuka dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Pengukuran Langsung
Pengukuran ini dilakukan dengan pembacaan pada bangunan
ukur atau pada alat papan skala (peil schaal), kemudian dibaca
debitnya pada table atau dihitung dengan rumus.
b. Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran
menggunakan pelampung (floater) atau pesawat pengukur aliran
(current meter). Kemudian mengalikannya dengan luas penampang
saluran.

2.2.1. Macam Saluran Terbuka


Saluran Terbuka terdiri dari 2 macam, yaitu Saluran alami
dan Saluran buatan.

Kelompok 12 6
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

a. Saluran Alami
Saluran alami meliputi semua alur air yang terdapat secara
alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan,
selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara
sungai. Aliran air bawah tanah dengan permukaan bebas juga
dianggap sebagai saluran terbuka alamiah.

b. Saluran Buatan
Saluran buatan dibentuk oleh manusia seperti saluran
pelayaran pembangkit listrik, saluran irigasi, parit pembangunan,
pelimpah tekanan, saluran banjir, saluran pengangkutan kayu,
selokan dan sebagainya, termasuk model saluran yang dibuat di
laboratorium untuk kepentingan penelitian. Adapun sifat-sifat
hidrolik dari masing-masing saluran :
 Pada saluran alam biasanya sangat tidak menentu.
 Pada saluran buatan semacam ini dapat diatur menurut keinginan
atau dirancang untuk memenuhi persyaratan tertentu.

2.2.2. Macam Bangunan Ukur


Bangunan Ukur pada bangunan air terdiri dari beberapa macam,
yaitu :

a. Bangunan Ukur Cipholetti


Bangunan ukur cipholetti merupakan penyempurnaan alat
ukur ambang tajam segi empat, akibat penambahan tinggi muka air
hulu (h1), maka pengaruh kontraksi tepi akan bertambah dan ini
mengakibatkan debit yang lewat menjadi berkurang. Untuk
mengatasinya dibuat suatu pembesaran tampang dengan kemiringan
1 : 4 (1 horizontal dan 4 vertikal).

Kelompok 12 7
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

 Kelebihan Bangunan Ukur Cipholetti :


 Bangunan sederhana dan mudah dibuat
 Biaya pembuatan tidak mahal.
 Pembacaan debit mudah (diberi papan daya dengan skala
liter).
 Biaya pemeliharaan relatif murah.

 Kekurangan Bangunan Ukur Cipholetti :


 Kehilangan tinggi energi besar, sehingga tidak mungkin
dipakai pada daerah datar.
 Terjadi pengendapan atau sedimentasi di hulu ambang.
 Pengaturan tidak dapat dilakukan jika air muka hilir tidak
melebihi ambang bangunan ukur.

Rumus umum yang menghubungkan ketinggian muka air (h)


dan debit (Q) untuk alat ukur ambang Cipoletti (Standard
Trapezoidal Cipolletti Weir) adalah sebagai berikut :

Q= . . . ℎ . 2.
Dimana :
Q = debit air (m3 /det)
Cd = koefisien drag (Koefisien debit)
b = lebar ambang (m)
h = tinggi muka air (m)
g = gravitasi (9,8 m/s2 )

Aliran air permukaan bebas terjadi kontraksi aliran di muka


ambang tajam sehingga Cd = 0,63 maka persamaan alat ukur
Cipoletti menjadi :

Q = 0,42.b.h 2. . ℎ

Q = 1,86..h 3/2

Kelompok 12 8
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Gambar 2.1 .: Dimensi Bangunan Ukur Cipholetti


Sumber : rinoitink.blogspot.com

b. Bangunan Ukur Romijn


Pintu ukur romijn adalah alat ukur ambang lebar yang dapat
digerakkan naik turun untuk mengatur dan mengukur debit pada
saluran.
 Kelebihan Bangunan Ukur Romijn :
 Bangunan tersebut dapat mengatur dan mengukur sekaligus.
 Dapat membilas endapan, karena pintu bagian bawah dapat
diangkat.
 Kehilangan tinggi energi relatif kecil.
 Ketelitian baik.
 Pengoperasian mudah.

 Kekurangan Bangunan Ukur Romijn :


 Pembuatan rumit dan mahal.
 Diperlukan muka air yang tinggi di saluran.
 Dapat disalahgunakan dengan membuka pintu bawah
(aliran tak terukur).
 Biaya pemeliharaan relatif mahal.

Kelompok 12 9
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Rumus pengaliran pintu ukur Romijn ini pada dasarnya sama


dengan pada alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi
empat kerena meja Romijn itu pada dasarnya adalah ambang lebar
yang dapat dinaik turunkan. Dengan demikian rumus pengalirannya
adalah :

2 2 ,
= . . . . .ℎ
3 3.

Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,10 H1/L, for 0,1 < H1/L < 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu (m)
L adalah panjang mercu (m)
Cv = Koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
bc = lebar mercu (m)
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)

Q = 1,71 x b x h2/3

Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
b = Lebar ambang (m)
h = Tinggi muka air (m)

Kelompok 12 10
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Gambar 2.2.Detail Pintu Romijin


Sumber : http://docplayer.info.html

c. Bangunan Ukur Ambang Lebar


 Bangunan Ukur Ambang Lebar dengan mulut dibulatkan
Konstruksi dari bangunan ukur ambang lebar dengan
mulut dibulatkan dimaksudkan agar tidak terjadi pemisahan
aliran. Syarat dimensi bangunan seperti terlihat pada gambar
berikut ini.

Kelompok 12 11
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Gambar 2.3 : Dimensi Alat Ukur Ambang dengan Mulut Dibulatkan


Sumber : https://dokumen.tips.html

Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan


bagian pengontrol segi empat adalah :

2 2 ,
= . . . . .ℎ
3 3.
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,10 H1/L, for 0,1 < H1/L < 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu (m)
L adalah panjang mercu (m)
Cv = Koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
bc = lebar mercu (m)
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)

Kelompok 12 12
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Persyaratan yang harus dipenuhi agar diperoleh


pengukuran yang teliti adalah :
 Lebar ambang minimum dipilih harga dari 0,3 m, H1
maksimum atau L/5.
 Nilai perbandingan H1/p maksimum adalah 3 dengan p0,15
m.

 Bangunan Ukur Ambang Lebar bentuk segiempat


Konstruksinya berupa sebuah ambang mercu horizontal
dengan muka hulu dan hilir berupa bidang vertikal dan
membentuk sudut 900 dengan bidang datar serta benar-benar
tajam (lihat gambar di bawah). Agar di atas ambang terjadi garis
aliran yang sejajar, maka alat ukur ini memerlukan beberapa
persyaratan, yaitu :
 Nilai perbandingan H1/L terletak antara 0,08 - 0,33.
 Nilai perbandingan h1 / (h1 + p) maksimum 0,60 dengan p
minimum 0,15 m.
 H1 maksimum adalah nilai terbesar dari 0,06 m atau 0,081 m.
 Lebar ambang minimum dipilih yang terbesar dari 0,30 m atau
L/5 m.

Kelompok 12 13
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Gambar 2.4: Dimensi Ambang Lebar Segiempat


Sumber : vdocd.wordpress.com

Q = 1,76 x b x h3/2

Dimana :
Q = Debit (m3/s)
h = Tinggi air di saluran (m)
b = Lebar dasar saluran (m)

d. Bangunan Ukur Pashall Flume


Bangunan ukur Parshall Flume adalah bangunan ukur yang
telah diuji secara laboratories untuk mengukur aliran pada saluran
terbuka. Bangunan ini terdiri dari sebuah peralihan penyempitan
dengan lantai datar, leher dengan lantai miring kebawah dan
peralihan pelebaran dengan lantai miring keatas. Karena bentuk
konstruksinya yang tidak konvensional ini, tinggi muka air hulu (h2)
diukur pada saluran pengantar tetapi pada bagian peralihan
penyempitan, yaitu pada jarak x dari ujung hulu leher.

Kelompok 12 14
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

 Kelebihan Bangunan Ukur Parshall Flume :


 Tidak dapat diganggu atau diubah-ubah petani karena tidak
menggunakan pintu.
 Bebas dari masalah benda-benda yang hanyut, seperti : kayu,
sampah, dll.
 Kehilangan energi kecil.
 Bangunan kokoh karena terbuat dari beton.

 Kekurangan Bangunan Ukur Parshall Flume :


 Tidak dapat digunakan pada bangunan bagi/ sadap ataupun
bangunan pengatur.
 Karena terbuat dari beton, maka biaya yang dikeluarkan untuk
membuat bangunan ini cukup banyak.
 Pengoperasian rumit.

Berikut ini adalah rumus untuk mencari debit aliran pada


bangunan ukur Parshall Flume :

Q = 0,372.w (3,28. Ha )1,57 . w . 0.026

Dimana :
Q = Debit (m3/ dt).
W = Lebar leher (m).
Ha = Tinggi air (m).

Kelompok 12 15
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Gambar 2.5. : Bangunan Ukur Parshall Flume


Sumber : http://itsunggul.blogspot.co.id

Kelompok 12 16
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

e. Bangunan Ukur Thompson


Jika lebar ambang terlalu tipis (H1 / L > 15) sehingga tidak
berpengaruh pada hubungan tinggi energi – debit maka disebut
ambang tajam. Pemilihan tipe dan dimensi ambang tajam didasarkan
atas besar debit yang akan dialirkan atau fluktuasi aliran.
Bangunan ukur ambang tajam segitiga (bentuk ”V”) yang
popular bersudut 90 disebut type Thompson. Jenis ini sering
digunakan pada sadap tersier, karena sederhana dan mudah dibuat
oleh petani sendiri.
Untuk menghitung debit, dapat dipakai persamaan:

Q  h2 2gh

Dimana :
Q = Debit yang diukur (m3/dtk).
h =Kedalaman air di hulu ambang (m).

Gambar 2.6. : Bangunan Ukur Thompson


Sumber : http://www.academia.edu

2.2.3. Alat Ukur Current Meter


Current Meter adalah cuatu alat yang berbentuk baling atau
mangkok yang dapat berputar untuk mengukur kecepatan arus. Ada
beberapa jenis Current Meter yang masing-masing mempunyai
bentuk yang berbeda, tetapi mempunyai prinsip dan fungsi yang
sama. Cara Pengukuran dengan Menggunakan Current Meter :

Kelompok 12 17
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

1. Merawas
Pengukuran debit dengan cara merawas perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas.
 Posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan
tidak boleh menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur
vertikal yang diukur.
 Letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara 2,5 -
7,5 cm di hilir kabel baja yang telah dibentangkan.
 Hindari berdiri dalam air bila akan mengakibatkan
penyempitan penampang melintang.
 Bila arah aliran tidak tegak lurus pada penampang, maka perlu
mengukur koefisien sudutnya.
 Pengukuran yang digunakan dalam gambar praktikum ini
adalah dengan cara merawas.

Gambar 2.7 : Pengukuran Dengan Merawas


Sumber : https://raharjabayu.wordpress.com

2. Menggunakan Perahu
Pengukuran debit dengan menggunakan perahu perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Dilakukan bila tidak memungkinkan dilakukan dengan
merawas.

Kelompok 12 18
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

 Alat ukur harus dilengkapi dengan alat penggulung kabel dan


pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran.
 Posisi alat ukur harus berada di depan perahu.
 Bila posisi kabel penggantung tidak tegak lurus muka air,
kedalaman harus dikoreksi.
 Pengukuran lebar sungai menggunakan meteran yang terpisah
dari kabel atau tambang yang digunakan untuk pegangan
pelurus perahu.

Gambar 2.8 : Pengukuran Dengan Perahu


Sumber : https://raharjabayu.wordpress.com

3. Menggunakan Jembatan
Pengukuran debit dari atas jembatan perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
 Jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar.
 Posisi alat ukur sebaiknya berada di hilir jembatan.
 Bila posisi kabel penduga tidak tegak lurus terhadap muka air,
kedalaman harus dikoreksi.

Gambar 2.9. : Pengukuran Dengan Jembatan


Sumber : https://raharjabayu.wordpress.com

Kelompok 12 19
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

4. Menggunakan Kereta Gantung


Pengukuran debit dengan menggunakan kereta gantung
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Bila posisi kabel penduga tidak tegak lurus pada muka air,
kedalaman harus dikoreksi, sudut kemiringan harus dibaca.
 Pengukuran lebar harus menggunakan alat ukur lebar.

Gambar 2.10 : Pengukuran dengan Kereta Gantung


Sumber : https://raharjabayu.wordpress.com

2.3. Manfaat dan Tujuan Praktikum Saluran Terbuka


1. Manfaat pelaksanaan praktikum pada saluran terbuka yaitu :
a. Agar mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter
b. Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan cara
merawas
c. Agar mahasiswa dapat menentukan hubungan kecepatan dan luas
penampang basah dengan debit pada bangunan ukur cippoleti dan
thompson

2. Tujuan pelaksanaan praktikum pada saluran terbuka yaitu :


a. Untuk mengkalibrasi bangunan ukur yang ditinjau, yaitu pintu cipholetti
dan thompson, apakah masih layak guna untuk aliran yang melaluinya.
b. Menghitung debit dengan alat Current meter.
c. Menghitung debit pada bangunan ukur (cipholetti dan thompson)

Kelompok 12 20
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

2.4. Lokasi Praktikum Saluran Terbuka


Pelaksanaan praktikum untuk pengukuran debit pada saluran terbuka
bertempat di Laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.

2.5. Tata Cara Pelaksanaan Praktikum Saluran Terbuka


1. Pengukuran dengan Current Meter
Tahap-tahap pengukuran :
1. Siapkan peralatan pengukuran yang diperlukan.
2. Pilih penampang melintang saluran di lokasi yang telah ditentukan.
3. Bentangkan tambang pada penampang melintang saluran di lokasi yang
telah ditentukan.
4. Ukur lebar penampang basah.
5. Tentukan jumlah vertikal kedalaman dan jarak antara dua vertikal yang
telah disesuaikan dengan keadaan.
6. Periksa dan rakit alat ukur.
7. Hitung lama putaran propeller sebelum pengukuran pada tempat yang
bebas pengaruh angin.
8. Siapkan kartu pengukuran.
9. Ukur kedalaman jalur vertikal yang akan diukur kecepatan alirannya,
kemudian tentukan titik kedalaman pengukuran.
10. Catat pada kartu pengukuran jumlah putaran propeller pada setiap titik
pengukuran.
11. Hitung kecepatan aliran pada titik-titik pengukuran dalam suatu jalur
vertikal dengan rumus current meter dan rata-ratakan.
12. Hitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur vertikal
kedalaman.
13. Hitung debit bagian untuk setiap jalur vertikal.
14. Ulangi langkah ke-8 dengan langkah ke-12 untuk setiap jalur vertikal
pada seluruh penampang melintang.
15. Catat tinggi muka air tiap sepuluh menit, bila fluktuasi muka air selama
pengukuran cukup mencolok.

Kelompok 12 21
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

16. Jumlahkan debit bagian dari seluruh jalur vertikal.


17. Jumlahkan seluruh luas penampang bagian.
18. Tentukan kecepatan rata-rata seluruh penampang dengan cara membagi
debit seluruh penampang dengan luas penampang.
19. Tentukan tinggi muka air rata-rata dengan cara rata-rata hitung atau
rata-rata timbang.
20. Hitung lama putaran propeller setelah pengukuran ditempat yang bebas
dari pengaruh angin.

2. Bangunan Ukur Cipholetti


1. Ukur lebar ambang (b) bangunan ukur dengan meteran.
2. Ukur atau baca tinggi muka air (h) pada papan skala (Peilschaal) pada
bangunan ukur.
3. Hitung besar debit dengan membaca pada skala liter alat ukur, atau
dengan tabel, atau dengan rumus :

Q = 1,86 x b x h3/2

Dimana :
Q = Debit (m3/s)
b = Lebar ambang (m)
h = Tinggi muka air (m)

3. Bangunan Ukur Thompson


1. Ukur atau baca tinggi muka air (h) pada papan skala (Peilschaal) pada
bangunan ukur.
2. Hitung besar debit dengan membaca pada skala liter alat ukur, atau
dengan tabel, atau dengan rumus :

Q = 1,38 x h2,5

Dimana:
Q = Debit (m3/s)
h = Tinggi air di saluran (m)

Kelompok 12 22
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

2.6 Data Hasil Pratikum dan Analisa Perhitungan Praktikum


1) Dengan alat Current meter
Current meter (stang, A.OTT.C.2) = 18127
No kincir = 50991

Tabel 2.1. : Data Praktikum Dengan alat Current meter.


Titik Rai Lebar Kedalaman Kedalaman Jumlah Waktu
(m) (b) (h) Kincir Putaran (t)
(m) (m) (H) (s)
(m)
O 0,00 - - - 0 -
A 0,33 0,35 0,31 0,20 16 20
B 0,28 0,63 0,44 0,30 22 20
C 0,28 0,91 0,43 0,30 24 20
D 0,28 1,19 0,23 0,10 17 20
E 0,35 1,54 - - 0 20

Menghitung kecepatan pada titik dengan rumus:


n > 1,80  V = 0,0583 * n + 0,026
n < 1,80  V = 0,0640 * n + 0,015

1. Titik A

BA =
0,35 − 0
=
2
= ,

n =

= 0,8 putaran/s

V = 0,0640 x n + 0,015
= 0,0640 x 0,8 + 0,015
= 0,0662 m/s

Kelompok 12 23
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

A = b x h
= 0,17 x 0.31
= 0,0542 m2

Q = A x V
= 0,0542 x 0,0662
= 0,03591 m3/s

2. Titik B
bb − ba
BB =
2
0,63 − 0,35
=
2
= ,

n =

= 1,1 putaran/s

V = 0,0580 x n + 0,026
= 0,0580 x 1,1 + 0,026
= 0,0898 m/s

A = b x h
= 0,14 x 0,44
= 0,0616 m2

Q = A x V
= 0,0616 x 0,0848
= 0,0531 m3/s

Kelompok 12 24
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

3. Titik C
bc − bb
BC =
2
0,91 − 0,63
=
2
= ,

n =

= 1,2 putaran/s

V = 0,0580 x n + 0,026
= 0,0580 x 1,2 + 0,026
= 0,0956 m/s

A = b x h
= 0,14 x 0,43
= 0,0602 m2

Q = A x V
= 0,0602 x 0,0956
= 0,05755 m3/s

4. Titik D
bd − bc
BD =
2
1,19 − 0,91
=
2
= ,

n =

= 0,85 putaran/s

Kelompok 12 25
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

V = 0,0580 x n + 0,026
= 0,0580 x 0,85 + 0,026
= 0,0753 m/s

A = b x h
= 0,14 x 0,23
= 0,0322 m2

Q = A x V
= 0,0322 x 0,753
= 0,0242 m3/s

5. Titik E

be − bd
BE =
2
1,59 − 1,14
=
2
= ,

n =

= 0 putaran/s

V = 0,0580 x n + 0,026
= 0,0580 x 0 + 0,026
= 0,026 m/s

A = b x h
= 0,2 x 0
= 0 m2

Kelompok 12 26
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Q = A x V
= 0 x 0,026
= 0 m3/s

Tabel 2.2. : Tabel Perhitungan Debit Dengan Alat Current Meter


Titik Rai Lebar Dalam Jumlah n Waktu Kecepatan Luas Debit
(m) (b) (h) Putaran (t) (V) tampang (Q)
(m) (m) (s) (m/dtk) basah (m3/dtk)
(A)
(m2)
0,0
0 - - - 0 - - - -
0
0,3
A 0,35 0,31 0,20 16 20 0,0662 0,0542 0,03591
5
0,2
B 0,63 0,44 0,30 22 20 0,0898 0,0616 0,05310
8
0,2
C 0,91 0,43 0,30 24 20 0,0956 0,0602 0,05755
8
0,2
D 1,19 0,23 0,10 17 20 0,0753 0,0322 0,0242
8
0,3
E 1,54 - - 0 20 0,0260 - -
5
Jumlah 0,034152
Rata-rata 0,005692

Q = 0,034152 m3/s= 34,1 Liter/s

∑ ,
Vrata-rata = ∑
= ,
= 0,8201 m/s  82,01 cm/s

Tabel 2.3. Tabel Tinggi Muka Air Pada Bangunan Ukur Chipoletti
No. Tinggi Muka Air Tinggi muka air rata-rata
(h) ( )
(m) (m)
1. 0,31
2. 0,44
0,3525
3. 0,43
4. 0,23

Kelompok 12 27
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

 Rumus Cipholetti.
Q2 = 1,86 x b x h1,5
= 1,86 x 0,85 x 0,35251,5
= 0,064 m3/detik = 64,3 liter/detik

 Prosentase Koreksi (Penyimpangan).

= 100 %
, ,
= 100 %
,

= 88,56 %

2) Dengan Metode Apung (Floating Method)


a) Bangunan Ukur Thompson

Tabel 2.4. : Data Praktikum Bangunan Ukur Thompson Metode Apung


(Floating Method)
No. Waktu Jarak Luas tampang basah
(t) (x) (A)
(s) (m) (m2)
1. 12,56 2 0,54
2. 13,29 2 0,54
3. 14,01 2 0,54
4. 15,11 2 0,54
5. 11,80 2 0,54

Perhitungan :

A =b×h
= 0,6 × 0,9
= 0,54 m2

V =

=
,

= 0,159 m/s

Kelompok 12 28
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Q =A×V×k
= 0, 159 × 0,54 × 6
= 0,51516 m3/s

Tabel 2.5. Perhitungan Debit Aliran Bangunan Ukur Thompson Metode Apung
(Floating Method)
No. Waktu Jarak Kecepatan Luas tampang basah Debit
(t) (x) (V) (A) (Q)
(s) (m) (m/s) (m2) (m3/s)
1. 12,56 2 0,159 0,54 0,51516
2. 13,29 2 0,150 0,54 0,48600
3. 14,01 2 0,146 0,54 0,47304
4. 15,11 2 0,132 0,54 0,42768
5. 11,80 2 0,132 0,54 0,42768
Jumlah 2,32950
Rata-rata 0,465912

b). Bangunan Ukur Cipholetti


1. Bentuk Penampang Persegi

Tabel 2.6. : Data Praktikum Bangunan Ukur Cipholetti Penampang


Persegi Metode Apung (Floating Method)
No. Waktu Jarak Luas tampang basah
(t) (x) (A)
(s) (m) (m2)
1. 33,89 2 0,3834
2. 22,22 2 0,3834
3. 19,19 2 0,3834
4. 15,84 2 0,3834
5. 24,88 2 0,3834

Perhitungan :
A =b×h
= 0,71 × 0,54
= 0,3834 m2

Kelompok 12 29
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

V =

=
33,89

= 0,059 m/s

Q =A×V×k
= 0,3834 × 0,059 × 6
= 0,1356 m3/s

Tabel 2.7. Perhitungan Debit Aliran Bangunan Ukur Cipholetti Penampang Persegi
Metode Apung (Floating Method)
No. Waktu Jarak Kecepatan Luas tampang Debit
(t) (x) (V) basah (Q)
(s) (m) (m/s) (A) (m3/s)
(m2)
1. 33,89 2 0,059 0,3834 0,1356
2. 22,22 2 0,090 0,3834 0,2070
3. 19,19 2 0,104 0,3834 0,2392
4. 15,84 2 0,126 0,3834 0,2898
5. 24,88 2 0,080 0,3834 0,1840
Total 1,05562
Rata-rata 0,21112

2. Bentuk Penampang Trapesium

Tabel 2.8. Tinggi Kekasaran Pipa

Sumber : https://www.slideserve.com/deion/kehilangan-energi

Kelompok 12 30
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Tabel 2.9 : Data Praktikum Bangunan Ukur Cipholetti Penampang


Trapesium Metode Apung (Floating Method)
No. Waktu Jarak Luas tampang basah
(t) (x) (A)
(s) (m) (m2)

1. 14,67 2 0,08976
2. 18,89 2 0,08976
3. 19,94 2 0,08976
4. 14,35 2 0,08976
5. 9,51 2 0,08976

Perhitungan :

( )ℎ
A =

=
( , , )× ,

= 0,8976 m2

V =

=
14,67

= 0,136 m/s

Q =A×V×k
= 0,8976× 0,136× 6
= 0,732 m3/s

Kelompok 12 31
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

Tabel 2.10. Perhitungan Debit Aliran Bangunan Ukur Cipholetti Penampang


Trapesium Metode Apung (Floating Method)
No. Waktu Jarak Kecepatan Luas tampang Debit
(t) (x) (V) basah (Q)
(s) (m) (m/s) (A) (m3/s)
(m2)
1. 14,67 2 0,136 0,08976 0,73200
2. 18,89 2 0,106 0,08976 0,57000
3. 19,94 2 0,100 0,08976 0,53856
4. 14,35 2 0,139 0,08976 0,75000
5. 9,51 2 0,210 0,08976 1,13100
Jumlah 3,72150
Rata-rata 0,74400

2.6. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dari hasil pengukuran Current meter, debit yang dihasilkan adalah :
0,034152 m3/s = 34,1 Liter/s
b. Dari Bangunan ukur, debit yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.11 : Tabel Hasil Perhitungan Debit


Debit Koreksi

(Q) (%)
No. Bangunan Ukur
(m3/s)

1 Cipholetti Bentuk tampang persegi 1,05562


88,56
Bentuk tampang trapesium 3,72150
2 Thompson 2,32950 -
3 Current meter 0,034152 -

Dari hasil perhitungan diatas, terjadi prosentase koreksi yang cukup


besar. Hal ini dimungkinkan terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut :

Kelompok 12 32
LAPORAN PRATIKUM HIDROLIKA, 2017

1. Pada Saluran : adanya sedimentasi dan kotoran serta sampah-sampah


yang mengotori saluran yang mengakibatkan aliran air menjadi kurang
lancar.
2. Pada Alat : pemasangan alat current meter yang tidak pas atau alat itu
sendiri sudah rusak sehingga tidak berfungsi dengan baik.
3. Pada Praktikan : kekurangan telitian dari para praktikan dalam
pemasangan alat dan pembacaan serta pengukuran.

Kelompok 12 33

Anda mungkin juga menyukai