Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 3

PEMIKIRAN FILSAFAT SCHOLASTIK


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat selalu berkembang dari waktu ke waktu. Maka dari itu filsafat pra
modern pun juga mempunyai periodisasi sendiri, salah satunya filsafat abad
pertengahan. Filsafat abad pertengahan mempunyai arah pemikiran yang berbeda
dengan arah pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan memiliki ciri khas yaitu
dipengaruhinya filsafat oleh ajaran gereja . Pada abad ini, teologi dianggap lebih
tinggi kedudukannya dibandingkan filsafat .
Filsafat harus di uji apakah bertentangan atau tidak dengan ajaran gereja.
Filsafat berfungsi melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan
penalaran dilarang. Itu masih tetap dilakukan demi perkembangan yang lebih maju
asal harus diabdikan kepada keyakinan gereja.
Filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi 2 masa yakni masa patristik dan
scholastik. Filsafat scholastik sangat erat kaitannya dengan filsafat patristik yang
mana filsafat scholastik muncul setelah filsafat patristik.
Perbedaan 2 masa ini adalah di masa patristik ajaran gereja dianggap sebagai
filsafat yang sejati sekaligus wahyu, sedangkan pada masa scholastik berbagai
pertanyaan di uji secara tajam dan rasional, tak hanya bergantung pada ajaran gereja
saja. Dan makalah ini akan membahas tentang Filsafat Scholastik.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, pemakalah merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Filsafat Scholastik, Filsafat Kristen, dan Filsafat Hindu?
2. Bagaimana mengidentifikasi Filsafat Kristen dan Filsafat Hindu?
3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi tumbuh kembangnya Filsafat
Scholastik?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Filsafat Scholastik, Filsafat Kristen, dan Filsafat Hindu
2. Mengidentifikasi Filafat Kristen dan Filsafat Hindu
3. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi tumbuh kembangnya Filsafat
Scholastik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Scholastik
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad
gelap” karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja
sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Semua hasil-hasil pemikiran
manusia diawasi oleh kaum gereja dan apabila terdapat pemikiran yang bertentangan
dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan mendapatkan
hukuman yang berat.
Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan
masa Scholastik. Istilah Scholastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school,
yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama
yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang diadakan oleh Karel
Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai artes liberales (seni bebas)
meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomi, musika, dan
dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh
filsafat. Jadi, Scholastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Kata Scholastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang
mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama. Filsafat Scholastik
adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan
persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik
buruk.
Pada dasarnya sampai pertengahan abad ke 12 orang-orang Barat belum
pernah mengenal filsafat Aristoteles secara keseluruhan. Scholastik Islam-lah yang
membawakan perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari para ahli
pikir Islam seperti Ibnu Rusyd. Peran ahli pikir Islam ini besar sekali, tidak hanya
dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi juga memberi sumbangan yang tidak kecil
bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun setelah pemikiran-
pemikiran Islam ini masuk ke Eropa, banyak buku filsafat dan peranan para ahli pikir
Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka
(Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam
mengantarkan kemoderatan Barat.
Secara garis besar Filsafat Scholastik memiliki corak khas sebagai berikut :
a. Filsaafat Scholastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata
agama. Karena Scholastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad
pertengahan yang religius.
b. Filsafat Scholastik adalah filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau filsafat
yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, kerohanian, baik maupun buruk. Dari rumusan tersebut
kemudian muncul istilah: Scholastik Yahudi, Scholastik Arab dan lain-
lainnya.
c. Filsafat Scholastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesa yang
lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat Scholastik adalah filsafat Nasrani, karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja.

Filsafat Scholastik dapat tumbuh dan berkembang karena beberapa faktor berikut :

a. Faktor Religius
Maksud faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan
religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke
tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan  negeri asing dan sebagai tempat
pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai Dunia yang
menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah
airnya (Surga) dengan kemampuan sendiri, sehingga harus ditolong. Karena
manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang
dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak
Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi
pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya
dengan  jalan  pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat
mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan
dasar pemikiran filsafatnya.
b. Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan
oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya
diambilkan dari para penulis latin, Arab (Islam), dan Yunani.
Masa Scholastik terbagi menjadi 3 periode, yaitu :

a. Scholastik Awal (800-1200)


Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabanya yang telah dibangun berabad-abad ikut runtuh.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung (742-
814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia dan
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan,
dimana arah pemikirannya berbeda sekali dengan arah pemikiran sebelumnya.
Saat itu merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Banyak diupayakan
pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya
Scholastik ini timbul pertama kalinya di Italia Selatan dan akhirnya sampai
berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajarannya meliputi studi
duniawi atau Artes liberals, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika( seni
berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Tokoh filsuf pada masa Scholastik awal adalah :
 Peter Abelardus ( 1079-1180 )
Peter Abaelardus dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai
kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga
sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia
termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra
romantik sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat
menundukan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal, yang
harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima
oleh akal.
Berbeda dengan  Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus
sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir
itu ada di luar iman ( di luar kepercayaan). Karena itu sesuai dengan
metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi,
yatiu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh
Peter Abelardus. Ia menginginkan kebebasan berpikir dengan
membalik diktum Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan
merumuskan pandangannya sendiri menjadi intelligo ut credom (saya
paham supaya saya percaya). Peter Abelardus memberikan status yang
lebih tinggi kepada penalaran dari pada iman.

b. Scholastik Puncak (1200-1300)


Masa ini merupakan masa kejayaan Scholastik yang berlangsung dari tahun
1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai
dengan munculnya Universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara
bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan,
disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.
Berikut ini adalah faktor-faktor mengapa masa Scholastik mencapai
puncaknya :
 Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad
ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang lurus.
 Tahun 1200 didirikan  Universitas Almamater di Prancis. Universitas
ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah.
 Beridirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena
banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga
menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang
semarak pada abad ke-13.

Tokoh filsuf pada masa Scholastik puncak adalah :


 Albertus Magnus (1203-1280)
Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai
cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von
Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doctor universalis” dan “doctor
magnus” kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia
mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia
belajar artes liberales. Ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran,
filsafat aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen
filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru
Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu
pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu
kimia.
 Thomas Aquinas (1225-1274)
Aquinas merupakan teolog Scholastik yang terbesar. Ia adalah
murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya
filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu.
Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan
pandangan-pandangan Alkitab. Ia lah yang sangat berhasil
menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi
unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-
ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik
Roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum
esse subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang mempunyai
keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak
bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam
pandangannya.
Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat
adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah
(kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup
kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau
disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan
ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata
Thomas Aquinas. Filsafat Scholastik menemukan puncak kejayaannya
waktu Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya. Pada masa ini
Filsafat Scholastik dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan
keuskupan. Para filsuf Scholastik tidak memisahkan filsafat dari
teologi kristiani. Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam
ajaran teologi.
c. Scholastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi
(kemandegan).
Tokoh filsuf pada masa Scholastik akhir adalah :
 Wiliam Ockham (1285-1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran Scholastik. Karena
terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia
dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungannya pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan
mendalihkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda
satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak.
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui
barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau
kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan
abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat
dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia
membantah anggapan Scholastik bahwa logika dapat membuktikan
doktrin teologis.

 Nicolas Cusasus ( 1401-1464)


Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu
lewat: Indra. Dengan indra kita, akan mendapatkan pengetahuan
tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna.
kemudian  Akal. Dengan akal, kita akan mendapatkan bentuk-bentuk
pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan
indra. Serta Intuisi. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan
dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan.
B. Filsafat Kristen
Kekristenan muncul sebagai kepercayaan atau agama baru setelah Kaisar Konstantius
mengeluarkan sebuah edik yang bernama edik Milano. Dalam edik Milano yang
dikeluarkan tahun 313 menyatakan bahwa agama Kristen adalah agama resmi di
seluruh kekaisaran. Ajaran agama Kristen bersumber dari Yesus Kristus. Kekristenan
menawarkan ajaran baru yang berbeda dengan ajaran atau agama pada saat itu yakni
tentang penebusan, keselamatan, dan cinta. Kehadiran agama Kristen ini ditentang
oleh banyak orang, baik oleh penguasa maupun kalangan orang Yahudi. Tampilah
orang-orang seperti rasul Paulus dan rasul Yohanes yang menghadapkan kepercayaan
Kristen dengan kepercayaan diluar Kristen. Masa itu mempertaruhkan hidup dan mati
agama Kristen.

Pada awalnya pengikut agama Kristen berasal dari rakyat golongan sederhana, rakyat
jelata yang bukan pemikir. Dengan kondisi demikian, tidak ada ahli pikir secara
filsafat. Namun dalam perjalanan waktu, banyak orang-orang dalam golongan atasan,
golongan ahli menjadi penganut agama Kristen. Dengan demikian, para cendekiawan
ini menentukan sikap mereka terhadap filsafat Kristen. Sejak saat itu bangkitlah
filsafat Kristen. Dalam karakteristiknya, filsafat Kristen berisi dogma ajaran Kristen
yang berkutat pada masalah ontologis dan filsafat Ketuhanan. Tema yang muncul
adalah hubungan antara iman yang berdasarkan wahyu Allah sebagaimana termaktub
dalam kitab suci dan pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio manusia.

C. Filsafat Hindu

Hindu memiliki enam cabang filsafat yang semua mencoba menguraikan Tuhan dan
mendasarkan kebenarannya pada Veda.
Hindu tidak hanya kaya akan konsep Keruhanan tetapi juga kaya akan konsep filsafat
yang dikenal sebagai Sad Darsana atau Enam cabang filsafat dimana masing-masing
filsafat memberikan penggambaran akan Tuhan yang pada akhirnya bertujuan untuk
mengajarkan bagaimana mencapai Brahman atau Tuhan. Darsana identik dengan
“Visi Kebenaran” yang satu dengan yang lainnya saling terikat. Filsafat Hindu
memiliki karakter khusus yang menonjol yaitu kedalaman dalam pembahasannya,
yang mencerminkan bahwa filsafat itu telah dikembangkan dengan sepenuh hati
dalam mencari kebenaran. Semangat pembahasan yang menyeluruh dari konsep yang
nampak berbeda lebih dihargai karena memiliki ketelitian dan kesempurnaan yang
dicapai kebanyakan aliran pemikiran India. Apabila kita membuka karya lengkap
mengenai Vedanta, kita akan menemukan pernyataan dari pandangan seluruh aliran
filsafat seperti Carvaka, Bauddha, Jaina, Saiikhya, Yoga, Mimamsa, Nyaya, dan
Vaisesika, yang dibicarakan dan dipertimbangkan dengan ketelitian penuh tanpa ada
kesan menyalahkan satu dengan yang lain, demikian pula halnya karya agung
mengenai filsafat Bauddha atau Jaina, juga membicarakan pandangan filsafat lainnya.
Sudah barang tentu kita akan mendapatkan bahwa banyak permasalahan dari filsafat
barat kontemporer dibicarakan dalam sistem filsafat India. Disamping itu, kita
mendapatkan bahwa para sarjana pribumi dengan dasar pendidikan menyeluruh
dalam filsafat India, akan mampu menangani berbagai masalah filsafat bahkan
permasalahan filsafat barat yang rumit sekalipun dengan ketrampilan yang
mengagumkan.

Filsafat Hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan belaka, namun ia
memiliki nilai yang amat luhur, mulia, khas, dan sistematis yang didasarkan oleh
pengalaman spiritual mistis dan spiritual. Filsafat ini merupakan hasil kepekaan
intuisi yang luar biasa. Sad Darsana yang merupakan 6 sistem filsafat Hindu,
merupakan 6 sarana pengajaran yang benar atau 6 cara pembuktian kebenaran.
Adapun bagian-bagian dari Sad Darsana adalah sebagai berikut :

1. Nyaya, pendirinya adalah Gotama dan penekanan ajarannya ialah pada aspek
logika.
2. Waisasika, pendirinya adalah Kanada dan penekanan ajarannya pada
pengetahuan yang dapat menuntun seseorang untuk merealisasikan sang diri.
3. Samkhya, menurut tradisi pendirinya adalah Kapita. Penekanan ajarannya
ialah tentang proses perkembangan dan terjadinya alam semesta.
4. Yoga, pendirinya adalah Patanjali dan penekanan ajarannya adalah pada
pengendalian jasmani dan pikiran untuk mencapai Samadhi.
5. Mimamsa (Purwa-Mimamsa), pendirinya ialah Jaimini dengan penekanan
ajarannya pada pelaksanaan ritual dan susila menurut konsep Weda.
6. Wedanta (Uttara-Mimamsa), kata ini berarti akhir Weda. Wedanta merupakan
puncak dari filsafat Hindu. Pendirinya ialah Sankara, Ramanuja, dan Madhwa.
Penekanan ajarannya adalah pada hubungan atma dengan Brahma dan tentang
kelepasan.

Selain itu ada beberapa filsafat yang tidak mengakui otoritas Veda dan namun tetap
mempercayai beberapa ajaran yang terdapat dalam Veda yaitu Carvaka, Jaina,dan
Buddha. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan mengenai karakteristik filsafat
Hindu sebagai berikut :

1. Proses pembelajarannya selalu mengarahkan pada tujuan hidup tertinggi yaitu


Moksa, semua proses pikiran dan perasaan selalu diarahkan menuju tujuan
tersebut.
2. Mempunyai 6 konsep filsafat/cara pengajaran yang disebut Sad Darsana, yang
memberikan penggambaran akan Tuhan yang bertujuan mengajarkan
bagaimana mencapai Brahman atau Tuhan.
3. Sistem pemikiran India (Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Vedanta) bersifat
spekulatif, dalam arti bahwa mereka menjelaskan alam semesta sebagai satu
kesatuan menyeluruh. Sistem Nyaya, dan Waisasika mewakili tipe filsafat
analitis serta menjunjung tinggi akal sehat dan sains.
4. Kata “Darsana” menandakan sistem pemikiran yang diperoleh melalui
pengalaman intuitif dan dipertahankan, diberlanjutkan melalui argumen logis.
5. Pada filsafat (Veda) memiliki pemikiran berbeda yang dibagi menjadi 2, yaitu
:pandangan orthodox atau astika, dan pandangan heterodox atau nastika.
6. Filsafat Hindu memiliki kepekaan intuisi yang sangat tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari berbagai uraian dalam makalah ini maka, pemakalah dapat mengambil
kesimpulan sbb:
1.   Filsafat Scholastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,
kerohanian, baik buruk.
2.   Masa perkembangan filsafat Scholastik dibagi menjadi 3 masa yakni :
a.   Scholastik awal
b.   Scholastik puncak
c.   Scholastik akhir
3. Tokoh-tokoh filsuf pada masa Scholastik diantaranya adalah : Peter Abelardus,
Albertus Magnus, Thomas Aquinas, Wiliam Ockham, Nicholas Cusasus. Masa
puncaknya adalah ketika Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya.

4. Filsafat Kristen berisi dogma ajaran Kristen yang berkutat pada masalah ontologis
dan filsafat Ketuhanan. Tema yang muncul adalah hubungan antara iman yang
berdasarkan wahyu Allah sebagaimana termaktub dalam kitab suci dan pengetahuan
yang berdasarkan kemampuan rasio manusia.
5. Hindu memiliki enam cabang filsafat yang disebut Sad Darsana, diantaranya
adalah : Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, Wedanta.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua, akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi
merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu kami
sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi
sempurnanya makalah kami yang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai