PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT NAILI DBS
NOMOR : 032b/Per/Dir/RS-NDBS/VI/2017
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN DARAH DAN
KOMPONEN DARAH
BAB I
DEFINISI
1. Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang
darahnya telah tersedia dalam kantong plastic.
2. Usaha transfusi darah atau pelayanan darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan mencakup
masalah-masalah pengadaan, pengolahan dan penyampaian darah kepada orang sakit.
3. Darah adalah darah manusia dan bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus
untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan
4. Donor darah atau penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk
maksud dan tujuan transfusi darah
5. Resipien atau penerima darah adalah semua orang yang mendapat tambahan darah
6. Whole Blood (WB) atau darah lengkap adalah darah yang belum dipisah menjadi komponen-
komponennya, yang dikumpulkan dalam sebuah wadah yang berisi larutan pengawet
antikogulan mengandung bermacam-macam sel darah (eritrosit, lekosit, trombosit) yang
bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma
7. Packed red cell (PRC) adalah sel darah merah dengan volume 150-200 ml yang sebagian
besar plasmanya sudah dikeluarkan, kadar hemoglobin kurang lebih 20 gr/100 ml (tidak
kurang dari 45 gr per unit), Hematokrit 55-75%.
8. Fresh frosen plasma atau plasma beku segar (FFP) adalah kantong berisi plasma yang
dipisahkan dari satu donor darah lengkap, yang dikumpulkan dalam waktu 6 jam, kemudian
dibekukan dengan cepat hingga suhu – 25oC atau lebih rendah lagi. Mengandung faktor
pembekunya yang stabil, albumin dan immunoglobin dengan kadar yang normal dalam
plasma.
9. Trombosit konsentrat (TC) adalah unit donor darah tunggal dalam volume 50-60 ml plasma
harus mengandung :
a. Paling sedikit 55 x 109 trombosit
1
b. < 1,2 x 109 sel darah merah
c. < 0,12 x 109 leukosit
11. Tes kompatibilitas adalah suatu rangkaian prosedur yang diperlukan sebelum darah
diberikan, dan lengkap dengan kecocokannya. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
sedapat mungkin transfusi darah donor tidak akan menimbulkan reaksi apapun pada pasien,
serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan
12. Cross match (uji silang) mayor adalah uji antara serum pasien dan sel-sel darah donor
13. Cross match (uji silang) minor adalah uji antara sel-sel darah merah pasien dengan serum
donor untuk mencari setiap antibodi dalam darah donor yang dapat bereaksi dengan darah
pasien.
14. Reaksi transfusi darah adalah reaksi efek samping yang merugikan timbul akibat pemberian
transfuri darah
15. Pengertian penyimpanan darah dan komponen darah adalah proses penyimpanan darah dan
komponen darah sedemikian rupa untuk menjaga agar kemampuan darah dan komponen
darah tersebut dalam menjalankan fungsinya tidak berkurang dan aman bagi penderita.
Tujuannya adalah menjaga agar kemampuan darah dan komponen darah dalam menjalankan
fungsinya masing-masing tidak berkurang, untuk mengurangi pertumbuhan bakteri yang
mengkontaminasi darah yang disimpan, dan untuk mencegah hemolisis sel-sel darah merah.
16. Pengertian kualitas dan keamanan darah adalah suatu kondisi produk darah yang akan
ditransfusikan dalam keadaan baik dan memenuhi standart, mencakup bentuk, warna maupun
fungsinya, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan penderita.
Oleh karena itu penyimpanan darah harus sesuai dengan ketentuan seperti tercantum dalam
kebijakan penyimpanan darah. Pengawasan terhadap kualitas dan keamanan yang akan
mentranfusikan darah
17. Pengertian pengadaan darah rutin adalah prosedur pengadaan untuk keperluan transfusi yang
sifatnya tidak darurat atau sudah terencana, tujuan pengadaan darah rutin adalah agar
terjamin kecocokan donor darah yang disediakan dengan resipien atau pasien sehingga
pelayanan darah dapat berlangsung aman, cepat dan tepat saat dibutuhkan.
18. Pengadaan darah darurat adalah pengadaan darah yang dilakukan untuk menanggulangi
keadaan klinis sangat gawat dahulu, dengan metode konvensional pengadaan darurat
dilayankan sebelum seluruh uji silang serasi dilakukan. Pelayanan ini dapat dilakukan untuk
menanggulangi keadaan klinis sangat gawat tapi dengan metode uji cocok serasi metode gel
yang jauh lebih cepat dan aman, pengadaan darah darurat dilayankan secepat mungkin
(didahulukan dari permintaan yang lain) dengan prosedur yang sama seperti pengadaan rutin.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Lingkup Area
1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Staf Medis
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Pelayanan Darah adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Intensive Care Unit
d. Kamar operasi
e. Instalasi Rawat Inap
3
BAB III
TATALAKSANA
A. Waktu Pelayanan
Pelayanan darah di RS Naili DBS diberikan pelayanan selama 24 jam dengan bekerjasama
dengan PMI Padang
4
5. Tabel pencatatan suhu ditempelkan pada pintu lemari penyimpanan darah, untuk
membantu mengingat perlunya pencatatan suhu yang teratur
6. Pintu lemari penyimpanan darah hanya boleh dibuka saat diperlukan (menyimpan dan
mengeluarkan darah)
7. Penempatan darah harus sedemikian rupa, sehingga terjadi sirkulasi diantara kantung-
kantungnya. Kantung darah dapat diposisikan berdiri dalam keranjang atau mendatar
diatas rak lemari penyimpanan
8. Periksa adanya penumpukan bunga es setiap minggu (jika ada) bila bunga es yang
terbentuk telah mencapai ketebalan lebih dari 6-10mm, bunga es tersebut perlu dicairkan.
G. Pencatatan dan Pelaporan dari Reaksi yang Timbul dari Transfusi Darah
Pengertian reaksi transfusi yang timbul dari transfusi darah adalah reaksi yang timbul akibat
adanya antigen pada lekosit atau trombosit pasien, yang tesensitisasi oleh antigen melalui
transfusi sebelumnya. Untuk mencatat dan melaporkan reaksi transfusi harus dikenal kriteria
diagnosa.
6
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
1. Sakit kepala yang disertai rasa dingin tiba-tiba, lalu gemeteran disertai kenaikan suhu
badan
2. Terjadi dalam jangka waktu 12 jam setelah transfusi dijalankan
3. Sering bereaksi baik dengan pengobatan
4. Dapat menjadi berat, terjadi batuk dan sesak
5. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah memeriksa ulang uji kecocokan dari
semua pasien terhadap sel-sel darah donor dan X-Foto Thorax.
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitif tipe 1 atau hipersensitifikasi yang
dimediasi oleh lg E, yang menyebabkan lepasnya mediator-mediator dari sel mast, dan terjadinya
sangat cepat dan menyeluruh. Adapun kriteria diagnosa reaksi anafilaksis sebagai berikut :
a. Hipotensi atau syok akibat vasidilatasi yang luas
b. Urtikari atau angioedema
c. Bronkospasme
d. Angioedema pada laring dan hipofaring serta bronkospasme menyebabkan sumbatan
jalan nafas.
Reaksi hemolitik akibat transfusi adalah reaksi transfusi paling berat dan dapatt fatal, yang
mengakibatkan pecahnya sel-sel darah merah, bisa terjadi karena intravaskuler maupun
ekstravakuler.
Kriteria diagnosa reaksi hemotilik mayor sebagai berikut :
a. Terjadinya cepat dan bersifat intravaskuler
b. Demam dan menggigil, nyeri punggung dan kepala
c. Bisa terjadi dyspneu, hipotensi dan kolaps vaskuler
d. Pada kasus yang berat, dapat terjadi DIC atau gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler
atau terjadi keduanya
e. Pasien dibawah anesteri umum tak memberikan banyak gejala tapi dapat dicurigai dari
adanya perdarahan umum dan oliguria
7
Reaksi transfusi akut ringan adalah reaksi tak diinginkan yang timbul akibat ketidakcocokan
antara darah donor dan darah resipien atau pasien yang terjadi selama atau setelah (dalam waktu
24 jam) sesudah transfusi diberikan. Kemungkinan penyebabnya adalah hipersensitif ringan.
Kriteria diagnosanya adalah didapatkan reaksi sulit yang terbatas berupa urtikaria, ruam atau
pruritus (gatal-gatal).
Reaksi transfuse akut cukup berat merupakan reaksi tak diinginkan yang timbul akibat
ketidakcocokan darah donor darah resipien atau pasien yang bersifat akut dengan gejala cukup
berat. Reaksi akut terjadi selama atau segera (dalam waktu 24 jam) sesudah transfusi diberikan.
Kemungkinan penyebabnya adalah hipersensitifitas (sedang-berat) reaksi transfusi febris non
hemolitik (antobody terhadap lekosit, trombosit, protein termasuk lg A).
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
a. Tanda : flusing, urikaria, rigor, febris, gelisah, takikardia
b. Gejala : kecemasan, pruritus, palpitasi, dispnea ringan, sakit kepala
Reaksi transfusi akut yang mengancam jiwa merupakan reaksi tak diinginkan yang timbul
akibat ketidakcocokan antara darah donor dengan darah resipien yang bersifat akut dan dapat
mengancam jiwa pasien. Reaksi akut terjadi selama atau segera (dalam waktu 24) sesudah
transfusi diberikan. Kemungkinan penyebabnya adalah hemolisis akut intravaskuler, kontaminasi
bakteri dan syok septik, kelebihan mutan cairan, anfilaksis cedera paru akut yang berkaitan
dengan cedera (TRALI).
a. Tanda : Rigor, febris, gelisah, hipotensi (penurunan sistolik sebesar 20%).
Hemoglobinuria (urin berwarna merah), perdarahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
(DIC).
b. Gejala : Kecemasan, nyeri dada, nyeri di dekat tempat transfusi, gawat pernapasan atau
sesak napas, nyeri pinggang atau punggung, sakit kepala dispnea.
c. Pasa pasien yang tidak sadar atau dibius, keadaan hipotensi dan perdarahan yang tidak
terkendali mungkin merupakan satu-satunya tanda yang menunjukkan transfusi yang
tidak kompatibel
d. Pemeriksaan penunjang, hematokrit gagal atau tidak meningkat sesuai harapan,
hemoglobinemia dan hemoglobinuria, bilirubin indirek meningkat dan renal fuction test
meningkat.
Reaksi transfusi ini harus diberitahukan dengan segera kepada dokter yang merawat pasien
dan ke PMI. Kemudian unit dengan set transfusinya, urine yang baru diambil dan sample darah
(satu sampel yang dibekukan dan satu lagi yang diberi antikoagulan) yang diambil dari
pembuluh vena yang berlawanan dengan tempat infus dikirimkan ke Unit Pelayanan Darah.
8
Pengiriman ini bersama blanko permintaan yang sesuai dari Bank darah untuk pemeriksaan
laboratorium
Selalu dilakukan pengecekan terhadap spesimen urine yang baru untuk menemukan tanda-
tanda hemoglobinuria. Kemudian untuk mengumpulkan urine 24 jam dan mengisi kartu
keseimbangan cairan serta mencatat asupan serta keluaran urin, serta mempertahankan
keseimbangan cairan, serta memperhatikan perdarahan yang terjadi pada tempat tusukan atau
luka.
Reaksi transfusi hemolitik lambat adalah reaksi transfusi yang menyebabkan hemolisis sel-
sel darah merah resipien, yang timbul 5-10 hari sesudah transfusi.
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
a. Gejala timbul 5-10 hari pasca transfusi, berupa febris, anemia, ikterus, kadang-kadang
hemogloninuria
b. Reaksi transfusi hemolitik lambat yang berat dengan disertai syok, gagal ginjal, serta DIC
yang mengancam jiwa pasien merupakan kejadian yang langka.
Purpura paska transfusi merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi dapat berakibat fatal
pada tindakan transfusi sel darah merah atau konsentratr, komplikasi terjadi karena antibodi
terhadap antigen spesifik, trombosit yang ada dalam darah resipen. Kejadian ini paling banyak
dijumpai pada pasien wanita.
Adapun kriteria dioagnosa sebagai berikut :
a. Benda-benda perdarahan
b. Trombositpenia akut berat terjadi 5-10 hari sesudah transfusi, disertai dengan penurunan
jumlah trombosit hingga kurang dari 100.000 ml.
Semua jenis reaksi transfusi harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter yang merawat pasien
dan unit pelayanan darah untuk setiap bulannya dilaporkan kepada direktur. Direksi memberikan
evaluasi dan tindak lanjut.
9
dan/atau minor positid. Darah donor yang tidak segera ditransfusikan harus segera
dititipkan atau dikembalikan ke PMI dapat diambil setiap saat bila dibutuhkan.
Berdasarkan pada tujuan diatas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai
komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah,
granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protesin dan faktor-faktor
pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-komponennya adalah :
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume denganc airan
2. Anemia kronis
3. Gangguan pembekuan darah karena diifesiensi komponen
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia
5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja.
Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan
transfusi jika Hb<8gr/dl
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenih adalah :
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien ini.
Indikasi :
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml
2. Hemoglobin <8gr/dl
3. Hemoglobin <10gr/dl dengan penyakit-penyakit utama (misalnya empisema, dan
penyakit jantung iskemik)
4. Hemoglobin <12gr/dl dan tergantung pada ventilator
11
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai
batas TOLERABLE atau OPTIMAL
1. Frozen wash concentraded red blood cells (sel darah merah pekat beku yang dicuci)
Diberikan untuk pendertita yang mempunyai antobodi terhadap sel darah merah yang
menetap
a. Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cel 2-3 kali dengan saline, sisa
plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma,
kelemahan washed red cell yaitu bahwa infeksi sekunder yang terjadi selama proses
serta masa simpan yang pendek (4-6jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan
aquired hemolytic anemia dan exchane transfusion. Untuk penderita yang alergi
terhadap protein plasma
3. Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4o+2oC, berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini
untuk mengurangi reaksi panas dan alergi
d. Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh
kekurangan trombosit. Pemberina trombosit yang berulang-ulang menyebabkan
12
pembentukan thrombocyle antobody pada penderita. Transfusi trombosit terbukti
bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositponia. Komponen trombosit
mempunyai rasa simpan sampai dengan 3 hari.
Indikasi pemberian komponen trombosit adalah :
a. Setiap perdarahan spontan atau suhu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang
daro 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocutopenic, purpura, leukimia,
anemia aplastik, demam berdasar, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitotatiska terhadap tumor ganas
b. Spenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga
memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
e. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah, menggantikan
protein yang terbuang seperti albumi n pada nephorotic syndrom dan cirhosis hepatis,
menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.
13
Macam-macam plasma adalah :
1. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red
cell
2. Plasma kering
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun)
3. Fresh frozen plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada
suhu -60oC. pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan dengan volume 150-220ml. suhu
simpan -18oC atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan
faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekah/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan
dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein
plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FCC biasa diberikan setelah
transfusi darah masif, setelah terapi warfain, dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap
unit FPP biasanya dapat menaikkan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3%
pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu
dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan
koreksi adanya hypokalsemia, karena asam surtar dalam FFP mengikat kalsium. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh. Efek samping berupa urtukaria,
menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi :
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
b. Neutralisasi hemostatis setelah tetapi warfain bila terdapat perdarahan yang
mengancam nyawa.
c. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi
massif
d. Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan
f. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VII, faktor pembekuan XIII,
faktor Vn Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan
karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.
14
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan
infus, pemberian segera setelh komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada
suhu kamar
Suhu simpan -18oC atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditansfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi satu kantong (30ml)
mengandung 75-80 unit faktor VIII, 150-200mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor
XIII
Indikasi :
a. Hemophilia A
b. Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
c. Penyalkit con wilebrand
Rumus kebutuhan Cryopesipitate
0,5 x ∆Hb (hb normal – Hb pasien) x BB
g. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau
20% 100 ml, albumin 20% mempunyai osmotik sama dengan 400ml plasma biasa.
Rumus kebutuhan Albumin:
∆albumin x BB x 0,8
18
c. Atur kecepatan tetesan 2ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap bersama
klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan
normal suline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah
10. Monitor tanda-tanda vital
a. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusid an setiap
jarum untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi / rumah sakit
b. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik
merah di kulit
11. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan
12. Lanjutkan mengoservasikan terhadap reaksi samping / efek samping transfusi
13. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti
kebijakan rumah sakit
14. Bila transfusi sudah selesai. Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank darah.
L. Pengelolaan Limbah
Pengelaolaan Limbah Medis Padat ditetapkan oleh rumah sakit, sebagai berikut :
1. Sampah medis padat dipisahkan sesuai jenisnya, yaitu sampah medis tajam seperti jarum
dan sampah medis tidak tajam, yaitu kapas, kertas saring, spuit (penghisap), sarung
tangan sekali pakai, tabung spesimen plastik, kemasan reagen dan lain-lain
2. Sampah medis tajam (jarum) dibuang dalam kontainer khusus tertutup
3. Sampah medis tidak tajam dibuang dalam kontainer tertutup dengan plastik warna
kuning. Khusus untuk sampai medis tidak tajam spuit (penghisap), tabung spesimen
darah plastik dibuang dalam kontainer khusus bertutup yang terpisah
19
4. Untuk wadah spesimen urine dan feses yang terbuat dari plastik, setelah spesimennya
dibuang ke spoel hok, wadah spesimennya langsung dibuang dalam kontainer tertutup
dengan plastik warna kuning bersama sampah medis lainnya
5. Untuk kemasan reagen, setelah dicuci bersih, ditampung ditempat tersendiri untuk
selajutnya dibuang dan dibakar dalam inseneratior rumahs akit
6. Spesimen darah dibuang dalam wadah tersendiri yang berisi desinfektan
7. Petugas pengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah padat tajam dan tidak tajam
untuk dibakar di insenerator rumah sakit.
20
BAB IV
DOKUMENTASI
Ditetapkan di : Padang
Pada Tanggal : 10 Juni 2017
DIREKTUR RUMAH SAKIT NAILI DBS
21