Anda di halaman 1dari 21

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT NAILI DBS
NOMOR : 032b/Per/Dir/RS-NDBS/VI/2017
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN DARAH DAN
KOMPONEN DARAH

BAB I

DEFINISI

1. Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang
darahnya telah tersedia dalam kantong plastic.
2. Usaha transfusi darah atau pelayanan darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan mencakup
masalah-masalah pengadaan, pengolahan dan penyampaian darah kepada orang sakit.
3. Darah adalah darah manusia dan bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus
untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan
4. Donor darah atau penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk
maksud dan tujuan transfusi darah
5. Resipien atau penerima darah adalah semua orang yang mendapat tambahan darah
6. Whole Blood (WB) atau darah lengkap adalah darah yang belum dipisah menjadi komponen-
komponennya, yang dikumpulkan dalam sebuah wadah yang berisi larutan pengawet
antikogulan mengandung bermacam-macam sel darah (eritrosit, lekosit, trombosit) yang
bergabung di dalam cairan kekuningan yang disebut plasma
7. Packed red cell (PRC) adalah sel darah merah dengan volume 150-200 ml yang sebagian
besar plasmanya sudah dikeluarkan, kadar hemoglobin kurang lebih 20 gr/100 ml (tidak
kurang dari 45 gr per unit), Hematokrit 55-75%.
8. Fresh frosen plasma atau plasma beku segar (FFP) adalah kantong berisi plasma yang
dipisahkan dari satu donor darah lengkap, yang dikumpulkan dalam waktu 6 jam, kemudian
dibekukan dengan cepat hingga suhu – 25oC atau lebih rendah lagi. Mengandung faktor
pembekunya yang stabil, albumin dan immunoglobin dengan kadar yang normal dalam
plasma.
9. Trombosit konsentrat (TC) adalah unit donor darah tunggal dalam volume 50-60 ml plasma
harus mengandung :
a. Paling sedikit 55 x 109 trombosit

1
b. < 1,2 x 109 sel darah merah
c. < 0,12 x 109 leukosit
11. Tes kompatibilitas adalah suatu rangkaian prosedur yang diperlukan sebelum darah
diberikan, dan lengkap dengan kecocokannya. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
sedapat mungkin transfusi darah donor tidak akan menimbulkan reaksi apapun pada pasien,
serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan
12. Cross match (uji silang) mayor adalah uji antara serum pasien dan sel-sel darah donor
13. Cross match (uji silang) minor adalah uji antara sel-sel darah merah pasien dengan serum
donor untuk mencari setiap antibodi dalam darah donor yang dapat bereaksi dengan darah
pasien.
14. Reaksi transfusi darah adalah reaksi efek samping yang merugikan timbul akibat pemberian
transfuri darah
15. Pengertian penyimpanan darah dan komponen darah adalah proses penyimpanan darah dan
komponen darah sedemikian rupa untuk menjaga agar kemampuan darah dan komponen
darah tersebut dalam menjalankan fungsinya tidak berkurang dan aman bagi penderita.
Tujuannya adalah menjaga agar kemampuan darah dan komponen darah dalam menjalankan
fungsinya masing-masing tidak berkurang, untuk mengurangi pertumbuhan bakteri yang
mengkontaminasi darah yang disimpan, dan untuk mencegah hemolisis sel-sel darah merah.
16. Pengertian kualitas dan keamanan darah adalah suatu kondisi produk darah yang akan
ditransfusikan dalam keadaan baik dan memenuhi standart, mencakup bentuk, warna maupun
fungsinya, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan penderita.
Oleh karena itu penyimpanan darah harus sesuai dengan ketentuan seperti tercantum dalam
kebijakan penyimpanan darah. Pengawasan terhadap kualitas dan keamanan yang akan
mentranfusikan darah
17. Pengertian pengadaan darah rutin adalah prosedur pengadaan untuk keperluan transfusi yang
sifatnya tidak darurat atau sudah terencana, tujuan pengadaan darah rutin adalah agar
terjamin kecocokan donor darah yang disediakan dengan resipien atau pasien sehingga
pelayanan darah dapat berlangsung aman, cepat dan tepat saat dibutuhkan.
18. Pengadaan darah darurat adalah pengadaan darah yang dilakukan untuk menanggulangi
keadaan klinis sangat gawat dahulu, dengan metode konvensional pengadaan darurat
dilayankan sebelum seluruh uji silang serasi dilakukan. Pelayanan ini dapat dilakukan untuk
menanggulangi keadaan klinis sangat gawat tapi dengan metode uji cocok serasi metode gel
yang jauh lebih cepat dan aman, pengadaan darah darurat dilayankan secepat mungkin
(didahulukan dari permintaan yang lain) dengan prosedur yang sama seperti pengadaan rutin.

2
BAB II

RUANG LINGKUP

Lingkup Area
1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Staf Medis
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Pelayanan Darah adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Intensive Care Unit
d. Kamar operasi
e. Instalasi Rawat Inap

3
BAB III

TATALAKSANA

A. Waktu Pelayanan
Pelayanan darah di RS Naili DBS diberikan pelayanan selama 24 jam dengan bekerjasama
dengan PMI Padang

B. Pendaftaran dan Pencatatan


Pendaftaran dan pencatatan permintaan darah adalah prosedur pencatatan terhadap semua
kegiatan permintaan darah yang dilayani oleh unit–unit pelayanan di Rumah Sakit Naili DBS
bekerjasama dengan PMI Padang, meliputi golongan darah, jenis komponen darah dan
jumlahnya (kantong/unit/cc). tujuan pendaftaran dan pencatatan ini adalah menyimpan darah
atau komponennya yang dibutuhkan dan karena ada indikasi apa, memberi gambaran tentang
kebutuhan akan jumlah kantong darah / komponen darah .
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan darah merupakan tanggungjawab petugas
pelayanan unit masing peminta darah. Pencatatan lengkap dibutuhkan dalam arsip tersendiri.

C. Penyimpanan Darah dan Komponen Darah


Tata laksana penyimpanan darah mengatur cara pengoperasian dan perawatan alat
penyimpanan darah (lemari penyimpanan darah), sehingga didapatkan produk darah atau
komponennya yang aman untuk transfusi. Tujuan tata laksana ini adalah mendapatkan produk
darah atau komponen yang aman untuk transfusi.
Tata laksana penyimpanan darah dan komponen darah sebagai berikut :
1. Lokasi lemari penyimpanan darah dipilih di bagian yang paling sejuk dari ruangan dan
jauh dari sinar matahari
2. Suhu dalam lemari penyimpanan darah dipertahankan pada suhu 2-6oC
3. Pengukuran dan pencatatan suhu dilakukan minimal 3 kali sehari (pagi dan sore) dengan
menggunakan termometer yang diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat hasil
pengukuran suhunya dari luar pintu lemari penyimpanan darah, tanpa harus membuka
lemari penyimpanan darah
4. Suhu lemari penyimpanan darah dicatat dalam suatu tabel, yang mencantumkan tanggal,
jam, posisi thermometer, suhu dan tindakan yang diambil jika suhu yang terukur diluar
batas 2-6oC

4
5. Tabel pencatatan suhu ditempelkan pada pintu lemari penyimpanan darah, untuk
membantu mengingat perlunya pencatatan suhu yang teratur
6. Pintu lemari penyimpanan darah hanya boleh dibuka saat diperlukan (menyimpan dan
mengeluarkan darah)
7. Penempatan darah harus sedemikian rupa, sehingga terjadi sirkulasi diantara kantung-
kantungnya. Kantung darah dapat diposisikan berdiri dalam keranjang atau mendatar
diatas rak lemari penyimpanan
8. Periksa adanya penumpukan bunga es setiap minggu (jika ada) bila bunga es yang
terbentuk telah mencapai ketebalan lebih dari 6-10mm, bunga es tersebut perlu dicairkan.

D. Kualitas dan Keamanan Darah


1. Kualitas dan keamanan darah dimulai sejak dari dokter menuliskan instruksi di rekam
medis dan mengisi formulir permintaan darah dengan lengkap dan jelas.
2. Kemudian dokter atau perawat menyiapkan contoh darah. Sebelum pengambilan contoh
darah, spuit atau vacutainer terlebih dahulu diberi identitas pasien (nama, nomor register
dan tanggal).
3. Pada saat akan mengambil contoh darah, disamping pasien, cek ulang antara pasien dan
identitas yang tertulis di spuit atau vacutainer.
4. Contoh darah beserta formulir permintaan darah dikirimkan ke PMI Padang. Kemudian
petugas mencatat permintaan darah.
5. Petugas Unit mencarikan darah yang cocok untuk pasien (melalui pemeriksaan golongan
darah, uji cocok serasi) ke PMI yang akan di tuju.
6. Setelah mendapatkan kepastian di salah satu PMI yang akan di tuju ada, petugas ruangan
membuat surat permintaan pengambilan darah dan permintaan kendaraan untuk
mengambilan darah di PMI yang dituju.
7. Petugas pengambil darah ke PMI (Pengendara) membawa contoh darah dan formulir
pengambilan darah ke PMI yang dituju. Setelah darah didapat dari PMI, Petugas
(pengendara) memeriksa Jumlah kantong yang diminta, kondisi kantong darah apakah
ada tanda-tanda kerusakan darah atau komponen darah (tanda-tanda hemolisis, tanda
kontaminasi dimana sel darah merah yang terkontaminasi umumnya berwarna lebih gelap
atau ungu kehitaman, tanda penggumpalan, tanda kebocoran pada kantong darah, atau
kemungkinan kantung itu pernah dibuka sebelumnya).
8. Petugas (pengendara) menyerahkan ke petugas atau perawat unit peminta, kemudian unit
peminta memeriksa kembali Jumlah kantong yang diminta, kondisi kantong darah apakah
ada tanda-tanda kerusakan darah atau komponen darah (tanda-tanda hemolisis, tanda
5
kontaminasi dimana sel darah merah yang terkontaminasi umumnya berwarna lebih gelap
atau ungu kehitaman, tanda penggumpalan, tanda kebocoran pada kantong darah, atau
kemungkinan kantung itu pernah dibuka sebelumnya). Dan menuliskan data kantong
darah atau komponen darah di status pasien.
9. Setiap kantong darah yang akan ditransfusikan dilakukan pemeriksaan ulang golongan
darahnya walaupun sudah tertera golongan darahnya dari PMI. Pemeriksaan ini
menggunakan reagen antisera anti-A, anti-B, anti AB, dan anti Rhesus menggunakan
porselin putih atau gelas tile. Reaksi dikatakan positif bila erlihat aglutinasi atau
hemolisis dan dikatakan negatif bila tidak terlihat aglutinasi hemotilis.

E. Pengembalian Darah yang Tidak Terpakai


Tujuan pengembalian darah ini adalah untuk mengelola limbah medis sesuai dengan standart
pengolahan limbah, sehingga tidak membahayakan petugas dan lingkungan. Setiap kantong
darah yang tidak jadi ditansfusikan tetapi belum dibuka, dikembalikan ke PMI. Setiap kantong
darah yang tidak jadi ditansfusikan tetapi sudah dibuka, dikelola oleh ruang perawatan sebagai
limbah media ruang perawatan. Darah yang dikembalikan ke Unit pelayanan darah tidak dapat
dilayankan kembali. Darah yang dikembalikan tetap terkena biaya service cost. Pengembalian
darah yang belum terpakai ke PMI dilakukan setiap dua minggu sekali dan diganti dengan
kantong darah yang baru.

F. Skrining Darah Terhadap Beberapa Penyakit Tertentu


Skrining darah terhadap beberapa penyakit tertentu dilakukan di PMI terhadap semua
kantong darah yang akan didistribusikan ke pasien atau Unit peminta darah. Skrining darah
tersebut meliputi pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus Hepatitis B, adanya VDRI, dan
antibodi terhadap HIV.
Unit peminta darah dapat meminta skrining ulang terhadap darah donor apabila dikehendaki
oleh pasien atau keluarganya bekerjasama dengan lamoratorium Rumah Sakit Naili DBS.

G. Pencatatan dan Pelaporan dari Reaksi yang Timbul dari Transfusi Darah
Pengertian reaksi transfusi yang timbul dari transfusi darah adalah reaksi yang timbul akibat
adanya antigen pada lekosit atau trombosit pasien, yang tesensitisasi oleh antigen melalui
transfusi sebelumnya. Untuk mencatat dan melaporkan reaksi transfusi harus dikenal kriteria
diagnosa.

6
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
1. Sakit kepala yang disertai rasa dingin tiba-tiba, lalu gemeteran disertai kenaikan suhu
badan
2. Terjadi dalam jangka waktu 12 jam setelah transfusi dijalankan
3. Sering bereaksi baik dengan pengobatan
4. Dapat menjadi berat, terjadi batuk dan sesak
5. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah memeriksa ulang uji kecocokan dari
semua pasien terhadap sel-sel darah donor dan X-Foto Thorax.
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitif tipe 1 atau hipersensitifikasi yang
dimediasi oleh lg E, yang menyebabkan lepasnya mediator-mediator dari sel mast, dan terjadinya
sangat cepat dan menyeluruh. Adapun kriteria diagnosa reaksi anafilaksis sebagai berikut :
a. Hipotensi atau syok akibat vasidilatasi yang luas
b. Urtikari atau angioedema
c. Bronkospasme
d. Angioedema pada laring dan hipofaring serta bronkospasme menyebabkan sumbatan
jalan nafas.
Reaksi hemolitik akibat transfusi adalah reaksi transfusi paling berat dan dapatt fatal, yang
mengakibatkan pecahnya sel-sel darah merah, bisa terjadi karena intravaskuler maupun
ekstravakuler.
Kriteria diagnosa reaksi hemotilik mayor sebagai berikut :
a. Terjadinya cepat dan bersifat intravaskuler
b. Demam dan menggigil, nyeri punggung dan kepala
c. Bisa terjadi dyspneu, hipotensi dan kolaps vaskuler
d. Pada kasus yang berat, dapat terjadi DIC atau gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler
atau terjadi keduanya
e. Pasien dibawah anesteri umum tak memberikan banyak gejala tapi dapat dicurigai dari
adanya perdarahan umum dan oliguria

Kriteria diagnosa reaksi hemotilik minor sebagai berikut :


a. Terjadinya lambat dan bersifat ekstravaskuler
b. Kadang muncul 5-10 hari post transfusi
c. Pemeriksaan penunjang Hematokrit gagal atau tak meningkat seperti harapan
hemoglobinemia dan hemglobinuria, bilirubin indirek meningkat, rebal fuction test
meningkat

7
Reaksi transfusi akut ringan adalah reaksi tak diinginkan yang timbul akibat ketidakcocokan
antara darah donor dan darah resipien atau pasien yang terjadi selama atau setelah (dalam waktu
24 jam) sesudah transfusi diberikan. Kemungkinan penyebabnya adalah hipersensitif ringan.
Kriteria diagnosanya adalah didapatkan reaksi sulit yang terbatas berupa urtikaria, ruam atau
pruritus (gatal-gatal).
Reaksi transfuse akut cukup berat merupakan reaksi tak diinginkan yang timbul akibat
ketidakcocokan darah donor darah resipien atau pasien yang bersifat akut dengan gejala cukup
berat. Reaksi akut terjadi selama atau segera (dalam waktu 24 jam) sesudah transfusi diberikan.
Kemungkinan penyebabnya adalah hipersensitifitas (sedang-berat) reaksi transfusi febris non
hemolitik (antobody terhadap lekosit, trombosit, protein termasuk lg A).
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
a. Tanda : flusing, urikaria, rigor, febris, gelisah, takikardia
b. Gejala : kecemasan, pruritus, palpitasi, dispnea ringan, sakit kepala
Reaksi transfusi akut yang mengancam jiwa merupakan reaksi tak diinginkan yang timbul
akibat ketidakcocokan antara darah donor dengan darah resipien yang bersifat akut dan dapat
mengancam jiwa pasien. Reaksi akut terjadi selama atau segera (dalam waktu 24) sesudah
transfusi diberikan. Kemungkinan penyebabnya adalah hemolisis akut intravaskuler, kontaminasi
bakteri dan syok septik, kelebihan mutan cairan, anfilaksis cedera paru akut yang berkaitan
dengan cedera (TRALI).
a. Tanda : Rigor, febris, gelisah, hipotensi (penurunan sistolik sebesar 20%).
Hemoglobinuria (urin berwarna merah), perdarahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
(DIC).
b. Gejala : Kecemasan, nyeri dada, nyeri di dekat tempat transfusi, gawat pernapasan atau
sesak napas, nyeri pinggang atau punggung, sakit kepala dispnea.
c. Pasa pasien yang tidak sadar atau dibius, keadaan hipotensi dan perdarahan yang tidak
terkendali mungkin merupakan satu-satunya tanda yang menunjukkan transfusi yang
tidak kompatibel
d. Pemeriksaan penunjang, hematokrit gagal atau tidak meningkat sesuai harapan,
hemoglobinemia dan hemoglobinuria, bilirubin indirek meningkat dan renal fuction test
meningkat.
Reaksi transfusi ini harus diberitahukan dengan segera kepada dokter yang merawat pasien
dan ke PMI. Kemudian unit dengan set transfusinya, urine yang baru diambil dan sample darah
(satu sampel yang dibekukan dan satu lagi yang diberi antikoagulan) yang diambil dari
pembuluh vena yang berlawanan dengan tempat infus dikirimkan ke Unit Pelayanan Darah.

8
Pengiriman ini bersama blanko permintaan yang sesuai dari Bank darah untuk pemeriksaan
laboratorium
Selalu dilakukan pengecekan terhadap spesimen urine yang baru untuk menemukan tanda-
tanda hemoglobinuria. Kemudian untuk mengumpulkan urine 24 jam dan mengisi kartu
keseimbangan cairan serta mencatat asupan serta keluaran urin, serta mempertahankan
keseimbangan cairan, serta memperhatikan perdarahan yang terjadi pada tempat tusukan atau
luka.
Reaksi transfusi hemolitik lambat adalah reaksi transfusi yang menyebabkan hemolisis sel-
sel darah merah resipien, yang timbul 5-10 hari sesudah transfusi.
Adapun kriteria diagnosa sebagai berikut :
a. Gejala timbul 5-10 hari pasca transfusi, berupa febris, anemia, ikterus, kadang-kadang
hemogloninuria
b. Reaksi transfusi hemolitik lambat yang berat dengan disertai syok, gagal ginjal, serta DIC
yang mengancam jiwa pasien merupakan kejadian yang langka.
Purpura paska transfusi merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi dapat berakibat fatal
pada tindakan transfusi sel darah merah atau konsentratr, komplikasi terjadi karena antibodi
terhadap antigen spesifik, trombosit yang ada dalam darah resipen. Kejadian ini paling banyak
dijumpai pada pasien wanita.
Adapun kriteria dioagnosa sebagai berikut :
a. Benda-benda perdarahan
b. Trombositpenia akut berat terjadi 5-10 hari sesudah transfusi, disertai dengan penurunan
jumlah trombosit hingga kurang dari 100.000 ml.
Semua jenis reaksi transfusi harus dicatat dan dilaporkan kepada dokter yang merawat pasien
dan unit pelayanan darah untuk setiap bulannya dilaporkan kepada direktur. Direksi memberikan
evaluasi dan tindak lanjut.

H. Pengadaan Darah Rutin dan Darurat


1. Pengadaan Darah Rutin
Darah dapat dilayani oleh PMI Padang adalah whole blood dan packed red cell
(PRC) dan komponen darah yang lain. Setiap permintaan darah harus membawa formulir
permintaan dan contoh darah pasien yang memenuhi syarat. Darah dilayankan setelah
melalui pemeriksaan gol darah dan uji cocok serasi. Darah donor boleh diberikan bila ada
kesamaan gol darah atau khusus donor dengan contoh darah, serta reaksi silang mayor
dan minor negatif. Darah donor tidak boleh diberikan bila hasil reaksi silang mayor

9
dan/atau minor positid. Darah donor yang tidak segera ditransfusikan harus segera
dititipkan atau dikembalikan ke PMI dapat diambil setiap saat bila dibutuhkan.

2. Pengadaan Darah Darurat


Pelayanan darah dengan pemeriksaan darurat harus berdasar pada permintaan
dokter, dengan memakain formulir permintaan darah darurat (ditulisakan tanda khusus
pada formulir permintaan darah ) dan contoh darah. Pengambilan darah sesuai dengan
prosedur pengembalian darah.

Indikasi Transfusi Darah


Dalam pedoman WHI disebutkan :
1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang / kurang

Berdasarkan pada tujuan diatas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai
komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah,
granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protesin dan faktor-faktor
pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-komponennya adalah :
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume denganc airan
2. Anemia kronis
3. Gangguan pembekuan darah karena diifesiensi komponen
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia
5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja.
Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan
transfusi jika Hb<8gr/dl

I. Jenis Transfusi Darah


a. Darah lengkap
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labir (V, VII). Volume darah sesuai
dengan kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan
dalam suhu 4o+2oC. Darah lenkap berguna untuk meningkaykan jumlah eritrosit dan plasma
secara bersamaan. Hb meningkat 0,9+0,12gr/dl dan Ht meningkat 3-4% post transfusi 450ml
dan darah lengkap. Transfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan
meningkatd an mempertankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan
10
ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20ml/kg, diikuti dengan volume
yang diperlukan untuk stabilisasi.
b. Sel Darah merah (packed red cell)
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau
septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80$. Volume tergantung kantong
darah yang dipakai yaitu 150-300ml. suhu simpan 4o+2o. lama simpan darah 24 jam dengan
sistem terbuka.
Packed red cell merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan
dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed red cell banyak dipakai dalam
pengobatan anemia terutama talasemia, anemia apalastik, leukimia dan anemia karena
keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki iksigenasi jaringan dan
alat-alat tubuh, biasanya tercapai bila kadar Hb sudah diatas 8g%
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1gr/dl diperlukan PRC 4ml/khBB atau 1 unit dapat
menaikkan kadar hematokrit 3-5%. Diberikan selama 2 jam sampao 4 jam dengan kecepatan
1-2ml/menit dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml)
3x ∆Hb (Hb normal-Hb pasien) x BB
Keterangan :
a. Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
b. Hb pasien : Hb pasien saat ini

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenih adalah :
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien ini.

Indikasi :
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml
2. Hemoglobin <8gr/dl
3. Hemoglobin <10gr/dl dengan penyakit-penyakit utama (misalnya empisema, dan
penyakit jantung iskemik)
4. Hemoglobin <12gr/dl dan tergantung pada ventilator
11
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai
batas TOLERABLE atau OPTIMAL
1. Frozen wash concentraded red blood cells (sel darah merah pekat beku yang dicuci)
Diberikan untuk pendertita yang mempunyai antobodi terhadap sel darah merah yang
menetap
a. Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cel 2-3 kali dengan saline, sisa
plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma,
kelemahan washed red cell yaitu bahwa infeksi sekunder yang terjadi selama proses
serta masa simpan yang pendek (4-6jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan
aquired hemolytic anemia dan exchane transfusion. Untuk penderita yang alergi
terhadap protein plasma
3. Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4o+2oC, berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini
untuk mengurangi reaksi panas dan alergi

c. White Blood cell (WBC atau leukosit)


Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan
80%, biasanya tersedia dalam volume 150ml. dalam pemberian perlu diketahui golongan
darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepka berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik,
karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi,
diberikan transfusi dan disambung dengan antibodi.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antobodi (khususnya untuk pasien dengan kultur
darah positif, demam persisten/38,3oC dan granulositopemia).

d. Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh
kekurangan trombosit. Pemberina trombosit yang berulang-ulang menyebabkan
12
pembentukan thrombocyle antobody pada penderita. Transfusi trombosit terbukti
bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositponia. Komponen trombosit
mempunyai rasa simpan sampai dengan 3 hari.
Indikasi pemberian komponen trombosit adalah :
a. Setiap perdarahan spontan atau suhu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang
daro 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocutopenic, purpura, leukimia,
anemia aplastik, demam berdasar, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitotatiska terhadap tumor ganas
b. Spenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga
memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Rumus transfusi trombosit :


BB x 1/13 x 0,3
Keterangan:
1. Plateled rich plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet rich plasma diuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segra
penyimpanan 34oC sebaiknya 24 jam
2. Plateled concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50ml dengan suhu simpan 20 o+2oC.
berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada
dewasa rata-rata 50.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil,
demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada platelet rich
plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan platelet concentrate dan
kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa plateled poor
plasma. Masa simpan + 48-72 jam.

e. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah, menggantikan
protein yang terbuang seperti albumi n pada nephorotic syndrom dan cirhosis hepatis,
menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.

13
Macam-macam plasma adalah :
1. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red
cell
2. Plasma kering
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun)
3. Fresh frozen plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada
suhu -60oC. pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis)

Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan dengan volume 150-220ml. suhu
simpan -18oC atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan
faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekah/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan
dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein
plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FCC biasa diberikan setelah
transfusi darah masif, setelah terapi warfain, dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap
unit FPP biasanya dapat menaikkan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3%
pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu
dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan
koreksi adanya hypokalsemia, karena asam surtar dalam FFP mengikat kalsium. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh. Efek samping berupa urtukaria,
menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi :
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
b. Neutralisasi hemostatis setelah tetapi warfain bila terdapat perdarahan yang
mengancam nyawa.
c. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi
massif
d. Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

f. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VII, faktor pembekuan XIII,
faktor Vn Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan
karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.
14
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan
infus, pemberian segera setelh komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada
suhu kamar
Suhu simpan -18oC atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditansfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi satu kantong (30ml)
mengandung 75-80 unit faktor VIII, 150-200mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor
XIII
Indikasi :
a. Hemophilia A
b. Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
c. Penyalkit con wilebrand
Rumus kebutuhan Cryopesipitate
0,5 x ∆Hb (hb normal – Hb pasien) x BB

g. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau
20% 100 ml, albumin 20% mempunyai osmotik sama dengan 400ml plasma biasa.
Rumus kebutuhan Albumin:
∆albumin x BB x 0,8

J. Golongan Darah dan Cara Pengumpulan Darah


Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABI dan Rhesus
(faktor Rh)
1. Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah dengan antogen A
dipermukaan membran selnya dan menghasilkan antobodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah A atau O
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antobodi terhadap antigen A dalam serum darahnya,
sehingga orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darahd ari golongan
darah B atau O.
15
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki antigen A dan B serta tidak
mengasilkan antobodi terhadap antigen A maupun B. sehingga orang dengan
golongan darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB
tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antobodi terhadap antigen A dan B, sehingga orang dengan golongan
darah O dapat mendonorkan darahnya dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun orang dengan golongand arah O hanya dapat
menerima darah dari sesama O.
2. Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera
macaco rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum
yang didapatkan terntara beraksi dengan sel-sel darah merah, antigan Rh yang ditemukan
dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga
ditemukan dalam darah manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen Rh, maka golongan darah manusia dibedakan
atas dua kelompok yaitu :
1. Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya
2. Rhesus negatif bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada permukaan
sel darah merahnya.
Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+), atau RH(-).
Sedangkan orang dengan Rh(-) hanya bisa meneirma darah dengan Rh(-) saja,. Oleh
karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat tidak ada waktu
lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenhi syarat
sebagai berikut :
1. Calon donor harus berusia 17-60 tahun
2. Berrat badan minimal 50Kg
3. Kadar hemoglobin >12,5gr%
4. Tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole)
5. Nadi 30-100x/menit teratur
6. Menandatangani formulir pendaftaran
7. Tidak mengalami gangguan pada pembeku darah
16
8. Lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah dan pemeriksaan
oleh dokter
9. Untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam
kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus,
epilepsi atau kelompok masyaratak risiko tinggi mendapatkan AID serta mengalami
seperti dema atau influensa, baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari, pernah
menerima transfusi kurang dari setahun, begitu juga untuk yang belum setahun
menato, menindik, atau akupuntur, hamil atau sedang menyusui, Hepatitis,
kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalankan, tekanan darah tinggi yang
tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu, untuk
sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk
menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak diperobolehkan menyumbangkan
darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.
Standart unit pelayanan darah hanya sekitar 0,48 liter. Darah segar yang diambil
disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung pengawet dan komponen anti
pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya penyakit
seperti AIDS, hepatitis, virus dan sifilis. Darah yang di inginkan dapat digunakan dalam waktu
selama 42 hari. Pada keadaan tertentu (misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang
jarang), sel darha merah bsia dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah
yang disumbangkan secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya, apakah golongan A, B, AB
atau O dan Rh Positif atau Rh negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum
memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipen untuk
memastikan keduany cocok teknik ini disebut cross matching.
Cros matching adalah pemeriksaan setologis untuk menetapkan sesuai atau tidak
sesuainya darah donot dengan darah resipien. Dilakukan sebelum transfusi darah dan bila teradi
reaksi transfusi darah :
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu :
1. Crosmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinogen donor) dengan serum
resipien (agulitin resipien).
2. Crosmatch minor : mencampur resipien (aglutinogen resipien) dengan serum donor
(aglutinin donor)

Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :


17
a. Bila kedua pemeriksaan (crosmatch dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit,
maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah
boleh dilakuka, bila crocmatch mayor menghasilkan aglunitasi tanpa memperhatikan hasil
crocmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan donor itu
b. Bila croshmatch tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crosmatch minor terjadi
aglutinasi, maka crosmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang
diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka
transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila
pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah
donor itu tidak dapat ditransfusikan

K. Proses Transfusi Darah


1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi jika ada
2. Minta klien untuk melaporkan gajala berikut : menggigil, sakit kepala gatal dan kemerahan
dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan/ informed concern
4. Cuci tangan dan gunangan sarung tangan
5. Buat jalur IV dengan kateter besar
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filter. Gantungkan larutan NaCl 0,9% untuk
diberikan setelah menginfuskan / pemberian transfusi darah
7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah bila
telah siap menggunakannya
8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
a. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darahd an informasi pada kantong itu
sendiri
b. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien
c. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter
d. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang nama
e. Dapatkan dara dasar tanda-tanda vital klien
9. Mulai untuk menstransfusikan darah :
a. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9% normal saline
b. Mulai transfusi dengan lambat menlalui tetesan pertama pada filter

18
c. Atur kecepatan tetesan 2ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap bersama
klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan
normal suline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah
10. Monitor tanda-tanda vital
a. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusid an setiap
jarum untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi / rumah sakit
b. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik
merah di kulit
11. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan
12. Lanjutkan mengoservasikan terhadap reaksi samping / efek samping transfusi
13. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti
kebijakan rumah sakit
14. Bila transfusi sudah selesai. Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank darah.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


1. Dilarang memasukkan obat kedalam labu merah maupun transfusion set (atau selang
transfusi)
2. Transfusion set yang telah digunakan lebih dari 4 jam tidak dapat digunakan lagi
3. Pasien rawat jalan boleh pulang setetah 3 jam pasca transfusi. Pada pasien yang perlu
transfusi tapi masih demam sebaiknya diatasi dulu demamhya bila selama transfusi
terdapat reaksi demam dapat segera diketahui.
4. Pasa pasien yang belum sadar dari anesteri umum jika transfusi dapat ditunda sebaiknya
ditunggu sampai pasien sadar karena beberapa tanda dini dari reaksi transfusi

L. Pengelolaan Limbah
Pengelaolaan Limbah Medis Padat ditetapkan oleh rumah sakit, sebagai berikut :
1. Sampah medis padat dipisahkan sesuai jenisnya, yaitu sampah medis tajam seperti jarum
dan sampah medis tidak tajam, yaitu kapas, kertas saring, spuit (penghisap), sarung
tangan sekali pakai, tabung spesimen plastik, kemasan reagen dan lain-lain
2. Sampah medis tajam (jarum) dibuang dalam kontainer khusus tertutup
3. Sampah medis tidak tajam dibuang dalam kontainer tertutup dengan plastik warna
kuning. Khusus untuk sampai medis tidak tajam spuit (penghisap), tabung spesimen
darah plastik dibuang dalam kontainer khusus bertutup yang terpisah

19
4. Untuk wadah spesimen urine dan feses yang terbuat dari plastik, setelah spesimennya
dibuang ke spoel hok, wadah spesimennya langsung dibuang dalam kontainer tertutup
dengan plastik warna kuning bersama sampah medis lainnya
5. Untuk kemasan reagen, setelah dicuci bersih, ditampung ditempat tersendiri untuk
selajutnya dibuang dan dibakar dalam inseneratior rumahs akit
6. Spesimen darah dibuang dalam wadah tersendiri yang berisi desinfektan
7. Petugas pengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah padat tajam dan tidak tajam
untuk dibakar di insenerator rumah sakit.

20
BAB IV

DOKUMENTASI

Sistem pelayanan darah di rumah sakit dilakukan/kerjasama dengan PMI Padang


1. Format permintaan darah
2. Box tempat darah

Ditetapkan di : Padang
Pada Tanggal : 10 Juni 2017
DIREKTUR RUMAH SAKIT NAILI DBS

dr. SUSI RAHMAWATI, MARS

21

Anda mungkin juga menyukai