Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Kebajikan Membina Ketrampilan


Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Bisnis (C2)

Dosen Pengajar :
Dr. Hari Karyadi, SE., MSA.,Ak

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Maya Qurotul Aini (180910202019)

Tika Apriliana Wati (180910202022)

Cendekia Andriawan (180910202023)

Wahyu Setyo Aji (180910202079)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kebajikan Membina Keterampilan“ dengan tepat waktu. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Hari Karyadi, SE.,
MSA.,Ak pada mata kuliah Etika Bisnis C2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Kebajikan Membina Ketrampilan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Hari Karyadi,
SE., MSA.,Ak selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis C2, yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang sesuai dengan program
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 20 Desember 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Etika bisnis merupakan suatu topik yang menarik perhatian masyarakat dunia sejak
abad ke -20. Etika bisnis sebenarnya sudah mulai di bicarakan oleh para ahli pada abad ke-
19, namun mulai menjadi sorotan public sekitar abad ke-20 ketika banyak orang mulai
menerapkanya pada perusahaan dan menjadi bahan pembicaraan hangat diamana mana.
Setelah itu sampai sekarangpun banyak peneliti dan para ahli yang mengungkapakan
pendapat maupun teorinya tentang etika, bisnis dan etika bisnis sebagai kesatuan.
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari perilaku baik buruknya perilaku
manusia. Bisnis adalah kegiatan ekonomis, hal – hal yang terjadi dalam kegiatan bisnis
adalah tukar menukar, juak beki, memproduksi – memasarkan, bekerja – memperkejakan,
serta interaksi manusiawi lainya, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Etika bisnis adalah
pemikiran refleksi kritis tentang moralitas kegiatan ekonomi dan bisnis (K.bertens, 2000, P.
3-35).
“Etika merupakan tindakan yang dianggap baik atau buruk dan merupakan prinsip
tentang moralitas dari seseorangf kelompok didalam kehidupanya” (budi saronto, 2005, P.
302). Etika bisnis merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka
dengan lebih bertanggung jawab secara moral. Bisnis adalah suatu yang merlakukan
kemahiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan budaya suatu masyarakat. Setiap
masyarakat di seluruh dunia memiliki cara hidup, budaya, adat istiadat masing – masing.

Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain hubungan


agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan ini sangat rumit dan
coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini sangat peka, sebab sering
dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia selalu berusaha agar tercapai kerukunan
dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat. Timbullah peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang kita sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu sebabnya, etika
menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi dipersoalkan oleh
yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali memikirkan etika yang dimilikinya,
kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang lain etika tersebut mendapat
tantangan. Pada saat tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang
memiliki etika yang berbeda.
Sasaran etika adalah moralitas (etika merupakan filsafat tentang moral). Moralitas adalah
istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik
dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang
tersimbul di dalamnya yang dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan praktek tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


a). Apa yang dimaksud dengan kebajikan ?
b). Bagaimana filsafat moral aristoteles ?
c). Apa dasar etika kebajikan ?
d). Apa yang dimaksud kebajikan perilaku dan ketrampilan ?
e). Apa hubungan kebajikan bisnis dan teori manajemen?
f). Bagaimana kemampuan manajer dalam melaksanakan kewajiban ?
1.3. Tujuan Pembahasan
a). Mengetahui makna kebajikan.
b). Mengetahui sebagaimana yang dimaksud filsafat moral aristetoles
c). Mengetahui dan memahami dasar etika kebajikan
d). Mengetahui yang dimaksud kebajikan perilaku dan ketrampilan ?
e). Mengetahui Apa hubungan kebajikan bisnis dan teori manajemen?
f). Mengetahui sebagaimana kemampuan manajer dalam melaksanakan kewajiban ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Makna Kebajikan


Secara umum, kebajikan merupakan sesuatu yang mendatangkan kebaikan (dalam
artian keselamatan, keberuntungan, dsb) atau bisa disebut dengan perbuatan baik. Jadi,
Kebajikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama dan etika.
Menurut pendapat Yunani Kuno, istilah kebajikan adalah sesuatu yang
mengandung arti kebaikan yang sangat dalam. Artinya, kita tidak hanya berada di di taraf
yang mampu memberikan sesuatu kepada orang lain, tetapi kita harus memikirkan
dampaknya terhadap masyarakat tersebut. Istilah kebajikan tersebut mengandung arti
prestasi sosial tinggi, bernilai, bermoral tinggi, dan penuh jasa. Bagi orang Yunani Kuno,
makhluk hidup dikatakan baik dan suci apabila merka mampu menjalankan kebajikan.
Manusia, hewan,tumbuhan, dan benda-benda memiliki fungsi masing-masing dan
menjalankan kebajikan sesuai tingkatan fungsi tersebut. Tingkat keberhasilan pencapaian
kebajikan diukur dari sejauhmana pelaksanaan fungsi masing-masing mampu terpenuhi
dan sejauhmana manusi dan alam sekitarnya telah mengatakan bahwa kebajikan telah
berada diwilayahnya.
Kebajikan dapat diartikan sebagai kesempurnaan moral, artinya jika kita
membiarakan kebajikan biasanya kita selalu berbicara mengenai sesuatu hal yang tidak
bisa kita langgar, sehingga ada aturan dan norma yang akhirnya mengarah kepada moral
yang membuat kita menjadi lebih baik. Kebajikan juga berarti perilaku atau kualitas yang
memenuhi kebaikan moral sebagai pondasi prinsip dan moral kebaikan. Kebajikan
personal adalah karakteristik yang bernilai karena mempromosikan kebesaran kolektif
dan individual.
Faktor utama dari manfaat melakukan kebajikan adalah meningkatkan
kepercayaan diri seseorang. Kebajikan sering kali menjadi fondasi masyarakat bukan
hanya karena nilai kohesi, tetapi memberikan kualitas hidup yang pasti. Salah satu
produk kebajikan adalah kebijaksanaan, seperi halnya mengembangkan kesehatan
mental, seperti melepaskan, berpikir secara kreatif, dan menjadi manusiawi terhadap diri
sendiri dan orang lain. Dalam pelaksanaan kebajikan, diperlukan sebuah upaya
pelaksanaan kegiatan bisnis yang nyata yang mampu memberikan kesejahteraan seara
nyata. Kebajikan tergantung pada niat, minat, dan kondisi seseorang untuk melakukan
kegatan bisnis bermoral.
Kebajikan yang paling utama adalah sebuah kualitas psikologis mental manusia.
Menurut penduduk Yunani, sifat manusia digambarkan sebagai akal budi, nafsu, watak,
dan kemauan. Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia
yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain terletak
pada akal budi. Dalam filsafat, nafsu adalah dorongan naluriah, emosional, primitif
dalam diri manusia (termasuk, misalnya nafsu, amarah, agresi, dan kecemburuan) yang
harus ditahan, disalurkan, dikembangkan, dan disublimasikan oleh manusia untuk
dimiliki. Sedangkan watak dan kemauan memiliki arti pengertian yang berbeda, watak
diartikan sebagai sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti,
dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya, sedangkan kemauan
merupakan  kekuasaan untuk memimpin diri sendiri sehingga seseorang tersebut mampu
memutuskan suatu hal.
2.2. Filsafat Moral Aristoteles
a. Kegunaan Kebajikan
Konsep Aristoteles tentang bentuk kebajikan dijelaskan dalam empat hal,
yaitu: Penjelasan Materi, Penjelasan Formula, Penjelasan Efisien , Penjelasan
Tujuan Akhir. Keempat hal tersebut bila dilakukan dalam hal nyata, dicontohkan
dalam penilaian terhadap seorang yang membuat kursi kayu yaitu : 1) Bahan yang
digunakan adalah kayu (Penjelasan materi / penyebab bahan); 2) Modal dalam
pikiran tukang kayu adalah bentuk kursi (penjelasan formula/penyebab formal); 3)
Pembuatan kursi berasal dari kerja produktif tukang kayu (penjelasan
efisien/penyebab efisien); 4) Maksud, tujuan kursi dibuat adalah agar orang dapat
duduk diatasnya (penjelasan tujuan akhir/penyebab akhir).
b. Moralitas Kegiatan Manusia
Etika kebajikan disebut teleology artinya kebajikan bertujuan untuk memenuhi
telos (keadaan perkembangan kesejahteraan, kemakmuran ekonomis umat manusia).
Aristoteles berpendapat bahwa apabila manusia menjalankan fungsinya dengan baik
yaitu menjaga kesejahteraan manusia dan lingkungan, maka manusia tersebut dapat
mencapai tujuan mulia sejahtera di duna melalu berbisnis. Sebuah kebajikan
manusia atau pebisnis telah terjadi jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain :
1) Dapatkah dibedakan penyebab akhir di balik perbuatan moralitas manusia ?
2) Bagaimana bentuk idealnya kebahagiaan ?
3) Bagaimana mencapai kebahagiaan ?
4) Bernarkan kebahagiaan bernilai intrinsik ?
2.3. Dasar Etika Kebajikan
Etika Kebajikan menggambarkan pendekatan filosofis tertentu untuk pertanyaan
tentang moralitas. Ini adalah cara berpikir tentang etika yang merupakan karakteristik
dari filsuf Yunani dan Romawi kuno, terutama Socrates , Plato , dan Aristoteles . Dasar-
dasar dari kebajikan dan kebaikan itu adalah moralitas dan moral akan tumbuh apabila
seseorang itu mampu menyerap pengetahuan-pengetahuan yang berdasarkan dengan tiga
sumber kebenaran melalui akal budinya, dan mampu mensinergiskan akal budi dengan
perilakunya, sehingga pengetahuan yang diserapnya tidak menjadi kotoran didalam
pikiran, maka pengetahuan-pengetahuan yang diserap dan sudah diyakininnya harus
direpresentasikan melalui perilakunya.
2.4. Kebajikan Perilaku dan Ketrampilan
Kebajikan watak atau perilaku seseorang berarti kemampuan dan ketrampilan
seseorang. Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam
menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan. Ketrampilan adalah kepandaian seseorang dalam hal membuat dan melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk membentuk
kebajikan adalah :
1) Kebajikan dan ketrampilan perlu dilatih
2) Pelaksanaan kebajikan dan ketrampilan sejalan, karena pebisnis harus
mempertimbangkan bahan baku yang tersedia yang dapat bermanfaat bagi
konsumen serta berakibat baik untuk kelestarian alam.
3) Cermin keberhasilan pelaksanaan kebijakan dan ketrampilan adalah komentar
masyarakat terhadap kebijakan dan ketrampilan berbisnis. Ketercapaian
kesejahteraan masyarakat harusseuai dengan norma etika bisnis tinggi. Keberhasilan
tersebut akan mencerminkan watak pebisnis secara pribadi tanpa adanya pengaruh
dari pemerintah dan stakeholder.
2.5. Kebajikan Etika Bisnis dan Teori Manajemen
Kebajikan etika bisnis dan teori manajemen membahas mengenai pertumbuhan
berkesinambungan, kebajikan manajer dan prinsip-prinsip yang mencerminkan
kebajikan. Pertumbuhan berkesinambungan membahas mengenai pertumbuhan bisnis
ekonomi yang merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilakukan oleh pebisnis
dan para stakeholder. Untuk menghadapi konsep tersebut, maka pebisnis perlu
memahami konsep bahwa :
1) Karyawan dan manajer adalah bagian dari stakeholder berkewajiban melayani
konsumen dan masyarakat.
2) Pebisnis tidak patut untuk bersikap egois melainkan harus memiliki komitmen
kesejahteraan kepada kelompok stakeholder.
3) Pebsnis harus memiliki komitmen bahwa bisnisnya ditujukan untuk pertumbuhan
bisnis ekonomi berkelanjutan.
4) Pebisnis mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan bisnisnya dengan
memperhatikan pelestarian lingkungan.
Selain itu, pebisnis harus mampu memahami kesejahteraan perusahaan, pribadi,
dan sosial. Dalam etika bisnis, terdapat prinsip-prinsip yang mencerminkan kebajikan,
yaitu :
1) Kejujuran
Kejujuran merupakan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, sesuai antara
informasi dan kenyataan, ketegasan dan kemantapan hati; dan sesuatu yang baik
yang tidak dicampuri dengan kedustaan atau kebohongan. Contoh penerapan prinsip
kejujuran dapat dilihat kegiatan menjual produk berkualitas tinggi dengan harga
yang wajar dan masuk akal.  Kejujuran memiliki dampak besar pada proses
menjalankan bisnis karena ketika pengusaha tidak jujur, maka akan menjadi awal
kemunduran dan kehancuran bisnis. Apalagi untuk bisnis di era digital seperti
sekarang ini, tingkat persaingannya sangat tinggi menuntut prinsip kejujuran sebagai
prinsip etika bisnis yang harus dipegang teguh untuk mempertahankan loyalitas
konsumen.
2) Kebajikan dari keadilan yang tak memihak
Merupakan upaya penghargaan seseorang terhadap keadilan yang seharusnya perlu
dialami oleh semua orang karena merupakan hak setiap orang serta menghindari
perselisihan kepentingan yang sebenarnya.
3) Upaya memelihara hubungan
Untuk memelihara hubungan dapat dilakukan dengan upaya memelihara
kepercayaan serta jujur dalam negosiasi dan menepati janji.
2.6. Kemampuan Manajer Melaksanakan Kebajikan
Kemampuan seorang manajer dalam melaksanakan kewajiban tergantung pada
level kejiwaannya. Level kejiwaan manusia secara etis dibagi menjadi empat tingkatan,
yaitu :
1) Tingkat manusia sebagai manusia,
Tingkat kejiwaan manusia sebagai manusia memiliki karakteristik antara lain,
manusia yang bersangkutan berwujud sebagai manusia dengan memiliki sifat
kejiwaan manusia. Artinya seorang pebisnis atau manajer harus memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi, rasa kasih sayang yang tinggi, mencintai kehidupan
manusia, kehidupan binatang, kehidupan tumbuh-tumbuhan, dan kehidupan
kebendaan sebagaimana mestinya, serta harus mampu melaksanakan kewajibannya
dalam menjaga dan melestarikan kehidupan di dunia agar semua umat manusia
mampu memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan. Dalam tingkatan kejiwaan ini,
manusia cenderung tidak mampu berbohong dalam urusan bisnisnya dan memiliki
sifat sosial yang tinggi.
2) Manusia sebagai binatang,
Tingkat kejiwaan manusia sebagai binatang merupakan manusia yang berwujud fisik
sebagaimana umumnya, namun mereka memiliki sifat kejiwaan dan pikiran seperti
layaknya binatang. Tingkat kejiwaan ini, manusi memiliki prinsip “Ini hartaku,
hartamu semua milikku juga, bila tidak kau berikan padaku, maka akan kurampas
semua hartamu sehingga aku menjadi yang paling beruntung dan kaya” . Pebisnis
atau manajer dalam tingkat ini, hanya mencintai kehidupan pribadinya, dapat
dikatakan peri kehidupannya mirip peri binatang, dimana semua upaya bisnisnya
dilakukan hanya untuk memikirkan keuntungan diri sendiri tanpa memerhatikan dan
memberikan kesejahteraan seimbang bagi partner bisnis nya dan juga orang-orang
sekitar. Upaya bisnis mereka hanya diarahkan untuk saling mematikan kehidupan
atau kesempatan bisnis kelompok atau individu lainnya. Pebisnis dalam tingkat ini,
tidak mampu dalam melaksanakan kewajibannya menjaga melestarikan kehidupan
didunia agar semua umat manusia mampu memperoleh kabahagiaan dan
kesejahteraan dalam rangka menjalankan aktifitas bisnisnya selama didunia.
Manusia dalam tingkat kejiwaan seperti itu memiliki kecenderungan mampu
berbohong selama urusan bisnisnya, bahkan memiliki kecenderungan bersifat anti
sosial yang tinggi sehingga dalam melaksanakan urusan bisnisnya berprinsip tidak
rela mengurangi keuntungan dan tidak perduli dengan semua upaya untuk
meningkatkan dan memelihara kelestarian lingkungan selama urusan bisnisnya.
3) Manusia sebagaimana tumbuh-tumbuhan,
Artinya, manusia memiliki wujud sebagaimana manusia biasa namun tata cara
berfikir dan berperasaan sebagaimana tumbuh-tumbuhan yang memiliki prinsip tetap
hidup sebagaimana tumbuh-tumbuhan yang hidup normal namun tidak memiliki
kesadaran dan kreatifitas atau keberanian sebagaimana manusia. Mereka tidak peduli
terhadap perkembangan urusan bisnisnya, mereka hanya mementingkan keuntungan
yang diperoleh meskipun pebisnis lain mengalami kerugian akibat berbisnis
dengannya. Baginya, hal yang lebih penting adalah kehidupan pribadinya sejahtera
tidak perduli apakah kegiatan bisnisnya merusak siapapun disekitarnya seperti akar
tumbuh tumbuhan yang mampu merusak tanah dikedalaman tanah dan merusak
permukaan tanah secara alamiah dalam perkembangan kehidupannya alamiahnya.
Pebisnis berjiwa tumbuh-tumbuhan tersebut memiliki karakteristik antara lain, tidak
memiliki rasa kemanusiaan dan juga tidak memiliki rasa kasih sayang, yang penting
baginya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan semua
akibat dari bisnisnya yang penuh dengan kebohongan dan kelicikan, tidak perduli
apakah masyarakat atau individu yang berbisnis dengannya akan mengalami
kerugian akibat berhubungan bisnis dengannya. Pebisnis yang memiliki tingat
kejiwaan sebagaimana tumbuh-tumbuhan, ia hidup seperti tumbuh-tumbuhan yang
hidup wajar, namun tidak
mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan lingkungan
selama aktifitas bisnisnya.
4) Manusia sebagai benda.
Wujudnya saja manusia namun jiwanya adalah kebendaan. Kelompok pebisnis
tersebut memiliki prinsip bahwa jika ada uang/modal bisnis dapat dilaksanakan,
namun jika tidak ada uang mereka akan berhenti berbisnis. Mereka memiliki
karakteristik antara lain, tidak memiliki rasa kemanusiaan, minim rasa kasih sayang,
hanya mencintai mencintai kehidupan duniawi, mengabaikan kehidupan ekosistem
alamiah, mengabaikan kepentingan kehidupan manusia lainnya, mengabaikan
pentingnya kehidupan binatang, mengabaikan pentingnya kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan kehidupan kebendaan sebagaimana seharusnya, dan tidak mampu
melaksanakan kewajibannya menjaga melestarikan kehidupan didunia agar semua
umat manusia dapat mampu memperoleh kabahagiaan dan kesejahteraan dalam
rangka menjalankan aktifitas bisnisnya selama didunia. Semua aktifitas bisnisnya
bersifat kebendaan, semua aktifitas bisnisnya harus selalu memberikannya
keuntungan, bila tidak memberikan keuntungan maka tidak akan berbisnis. Dalam
aktifitas bisnisnya diwarnai oleh berbagai tipu daya kelicikan untuk selalu
mengelabui orang lain partner bisnisnya bahkan masyarakat sekitarnya tidak
diperdulikannya, yang penting baginya adalah keuntungan bisnis baginya semata
dengan mengabaikan kepentingan kesejahteraan masyarakat ataupun mengabaikan
kelestarian lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN

Secara umum, kebajikan merupakan sesuatu yang mendatangkan kebaikan (dalam


artian keselamatan, keberuntungan, dsb) atau bisa disebut dengan perbuatan baik. Jadi,
Kebajikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama dan etika. Kebajikan dapat diartikan sebagai kesempurnaan moral,
artinya jika kita membiarakan kebajikan biasanya kita selalu berbicara mengenai sesuatu hal
yang tidak bisa kita langgar, sehingga ada aturan dan norma yang akhirnya mengarah kepada
moral yang membuat kita menjadi lebih baik. Kebajikan juga berarti perilaku atau kualitas
yang memenuhi kebaikan moral sebagai pondasi prinsip dan moral kebaikan. Kebijakan
dalam mengelola ketrampilan seorang manajer masih tertgantung dari level kejiwaanya.

Anda mungkin juga menyukai