Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT

GASTRITIS
STASE KDP

Di Susun Oleh:
EVI INDRIANI MARPAUNG
NIM : P2002019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling sering
terjadi dan paling sering dijumpai di klinik karena diagnosisnya sering hanya
berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Gastritis dianggap
sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari suatu penyakit
yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.(1),(2) Badan penelitian kesehatan
WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan
hasil dari angka persentase kejadian gastritis di dunia , diantaranya Inggris 22% ,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Angka kejadian
gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar
17,2% yang secara substansial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar
4,1% dan bersifat asimptomatik. Persentase dari angka kejadian gastritis di
Indonesia menurut WHO adalah 40,8% dan angka kejadian gastritis di beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan angka kejadian 274.396 kasus dari
238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011,
gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9 %).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, gastritis menempati
urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat tahun 2014 yaitu sebesar
86.874 kasus (10,94%)
Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis dapat
menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis
kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala
gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat mengalami kekambuhan
dimana kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis dapat dipengaruhi oleh
pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga dipengaruhi oleh faktor stres. Pola
makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan,
dan porsi makan. Menu seimbang perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga
akan terbentuk kebiasaan makan makanan seimbang dikemudian hari. Kebiasaan
makan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku
yang berhubungan dengan pengaturan pola makan. Pola makan yang tidak teratur
dan tidak baik dapat menyebabkan gangguan di sistem pencernaan. Dalam
penelitian Sulastri (2012) jumlah dan frekuensi makan perlu di perhatikan untuk
meringankan pekerjaan saluran pencernaan dimana sebaiknya makan tiga kali sehari
dalam porsi kecil. Jenis makanan merangsang perlu diperhatikan agar tidak merusak
lapisan mukosa lambung.(9),(10),(11) Gastritis biasanya diawali dengan pola makan
yang tidak baik dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam
lambung meningkat. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan
menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan jika peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan
lapisan lambung atau penyakit gastritis akan semakin parah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
mengetahui laporan pendahuluan pada pasien yang mengalmai Gastritis
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi kasus Gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis dapat
menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis
kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala
gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat mengalami kekambuhan
dimana kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis dapat dipengaruhi oleh
pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga dipengaruhi oleh faktor stres.
(Tussakinah Widiya.,et.al, 2017)
B. Klasifikasi

Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2002)

1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
,enyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi
menjadi dua garis besar yaitu :
1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari
luar, seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung) ).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis
kronik dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisinosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobaxter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

C. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
mempunyai panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk
menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam
keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi akan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam
esopagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus
dan lambung (asophageal sphincter) akan membukan dan membiarkan
makanan masuk ke lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup.
Dinding lambung terdiri dari lapisan-lapisan otot yang kuat. Ketika makanan
berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan
tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar yang berada dimukosa pada
dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim
dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam
ini sangat korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori


yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri
tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung.

Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan


dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi
sebagian besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak
mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang
rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik


anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B12).  
7. Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam
bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin
(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu
akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
10. Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

D. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan
mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung
nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh
dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis.
Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding
lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat
menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi
balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam
berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) Ini dihubungkan
dengan bakteri H. Pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam,
namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa
lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan
lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus
lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon
infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit,
sel T-killer, dan pelawan infeksi lainnya.
Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori
tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga
tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan
tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal
superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk
menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi
bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi
(perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung
akan terbentuk.

E. Manifestasi Klinis
1. Gatritis Akut
Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang
sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran.
2. Gastritis kronis
a. Bervariasi dan tidak jelas.
b. Perasaan penuh, anoreksia.
c. Distress epigastrik yang tidak nyata.
d. Cepat kenyang.
F. WOC

G.
Komplikasi
Menurut

(Muttaqin & Sari, 2013) dalam bukunya, menyebutkan bahwa komplikasi


pada gastritis ada 3, yaitu :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kegawatdaruratan
medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
2. Ulkus, jika prosesnya hebat.
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut (R & Adwan, 2013) penatalaksanaan umum gastritis memiliki
orientasi utama yaitu pengobatan berpaku pada obat-obatan. Onat-obatan uang
mengurangi jumlah asam di lambung dapat mengurangi gejala yang mungkin
menyertai gastritis dan memajuakan penyembuhan lapisa perut. Pengobatan
ini meliputi :
1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium dan karbonat kalsium
dan magnesium. Antasida meredakan mulas ringan atau dispepsia dengan
cara menetralisir asam di perut. Ion H+ merupakan struktur utama asam
lambung. Dengan pemberian alumunium hidroksida atau magnesium
hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-obat
ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit karena
dampak penurunan H+ adalah penurunan rangsangan peristaltic usus.
2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker
mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan mempengaruhi
langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat ragsangan
sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole,
pantoprazole, rebeplazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini
bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap
elektron yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom vagus. PPI
diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung daripada H2
blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-langkah tambahan
atau penobatan mungkin diperlukan.
4. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak
mempengaruhi langsung pada peningkatan asam lambung tetapi makanan
yang merangsang seperti pedas, kecut dapat meningkatkan suasana asam
pada lambung sehingga dapat meningkatkan resiko inflamasi pada
lambung. Selain tidak merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak
memperberat kerja lambung seperti maknan keras seperti nasi yang keras.
5. Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab stress dapat
mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus. Latihan
mengendalikan stress bisa juga diikiuti dengan peningkatan spiritual
sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika menghadapi stress.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa
perangsangan. Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Fokus pada pengkajian
a) Anamnesa meliputi :
1) Identitas Pasien
(a) Nama
(b) Usia
(c) Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
(d) Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
(e) Alamat
(f) Suku/bangsa
(g) Agama
(h) Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah
atau minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
(i) Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu

b) Pemeriksaan fisik : Review of System


1) B1 (breath) : Takhipnea
2) B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3) B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4) B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5) B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
6) B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.
.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Nutrisi berhubungan ketidakmampuan mencerna makanan

3. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi : menurun Tindakan :
1. Keluhan Nyeri dengan 1.Identifikasi lokasi,
skala 5
karakteristik, durasi frekuensi,
2. Meringis dengan skala 5
3. Muntah dengan skala 5 kualitas, intensitas nyeri
4. Muntah dengan skala 5
5. Nafsu makan dengan 2.Identifikasi skala nyeri
skala 5
Keterangan point 1-4 : 3.Identifikasi factor yang
memperberat dan
1 : Meningkat
memperingan nyeri
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang 4.monitor keberhasilan terapi

4 : Cukup menurun komplementer yang sudah


diberikan
5 : Menurun
Keterangan point 5 : 5.Monitor efek samping
1 : Memburuk penggunakan analgetik
2 : Cukup memburuk 6.Berikan teknik
3 : Sedang nonfarmakologis untuk

4 : Cukup membaik mengurasi rasa nyeri

5 : Membaik 7.Kontrol lingkungna yang


memperberat rasa nyeri

8.Fasilitasi istirahat dan tidur

9.Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
Status Nutrisi
Ekspektasi : membaik
1.Porsi makan yang dihabiskan Manajemen Nutrisi

Defisit Nutrisi b/d faktor dengan skala 5 Tindakan :


psikologis (keengganan 1. Identifikasi status nutrisi
untuk makan) 2.Verbalisasi keinginan untuk 2. Identifikasi kebutuhan kalori
meningkatkan nutrisi dan jenis nutrien
3. Monitor asupan makanan
dengan skala 5 4. Monitor berat badan
5. Kolaborasi pemberian
3.Sikap terhadap medikasi sebelum makan
makanan/minuman sesuai (mis pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
dengan tujuan kesehatan
dengan skala 5

4.Nyeri abdomen dengan skala


5

5.Berat Badan dengan skala 5

6.Indeks Massa Tubuh dengan


skala 5

7.Nafsu Makan dengan skala 5

Keterangan point 1-3 :


1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
Keterangan point 4 :
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

Keterangan point 5-7 :


1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

1.

BAB III
ANALISA KETERAMPILAN

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan
tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan
neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus
dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori. Gejala gastritis akut sangat
bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat
yang dapat membawa kematian.

B. Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik,
karena dapat mengganggu kerusakan organ dalam sehingga memberikan
dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Menghindari makanan yang asam,
pedas dan minuman yang beralkohol, kafein. Dapat memicu cepatnya
terjadi gastritis karena asam lambung tidak bisa menjaga dinding lambung.
Mengakibatkan nyeri di epigastrium. Maka dari itu jagalah organ organ
penting dan kesehatan dalam tubuh kita ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ardian Ratu R & G. Made Adwan.2013, Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan
Ambeien, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.
Carisna.,et al (2015). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Gangguan Sistem Pencernaan. Avaliable form URL :
https://www.academia.edu/12214942/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_K
eperawatan_Gastritis
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Tussakinah., et al (2018). Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap
Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh
Tahun 2017, Jurnal Kesehatan Andalas. Avaliable form URL :
http://jurnal.fk.unand.ac.id

KODE ETIK KEPERAWATAN DAN PATIENT SAFETY


STASE KDP

Di Susun Oleh:
EVI INDRIANI MARPAUNG
NIM : P2002019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020

KODE ETIK KEPERAWATAN


A. Kode Etik Keperawatan
Kode etik merupakan seperangkat system norma,nilai dan aturan , baik
tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku bagi semua anggota organisasi
profesi tertentu. Kode etik merupakan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku dalam menjalankan kewajiban profesi. Prinsip dasar
kode etika dalah menghargai hak dan martabat manusia.
Semua jenis profesi memiliki kode etik yang berfungsi sebagai landasan
dan standar kerja profesional yang ditaati oleh orang-orang dalam profesi
tersebut. Kode etik profesi disusun sebagai sebuah sarana untuk melindungi
masyarakat dan anggota organisasi profesi dari penyalah gunaan keahlian
profesi. Kode etik keperawatan merupakan asas tertulis yang harus dijadikan
pedoman bagi setiap perawat dalam proses berinteraksi dengan pasien agar
perilaku perawat tetap dalam koridor kebenaran. Fungsi kode etik
keperawatan bukan hanya sebagai syarat administrative semata, tapi juga
sebagai landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya. Kode etik
keperawatan juga mengatur hubungan profesional baik dengan klien , dokter
maupun sesame perawat. Kode etik keperawatan di Indonesia disusun oleh
organisasi keperawatan Indonesia.
Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan. Inti dari
hal tersebut, yaitu menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau
pelayanan kesehatan masyarakat.
Kozier berpendapat bahwa kode etik keperawatan adalah:
 Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional serta
memperbaiki dan memelihara standar tersebut.
 Kode etik adalah pedomen resmi untuk tindakan profesional. Artinya,
diikuti orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nila pribadi
bagi anggota profesional.
 Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan.
 Etika akan menunjukan standar profesi untuk kegiatan keperawatan,
standar ini akan melindungi perawat dan pasien.
Fungsi etika keperawatan menurut Munas PPNI:
 Sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan
 Kerangka berpikir bagi para perawat untuk mengambil keputusan
tanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan, dan kepada
profesi yang lain.
B. Prinsip Etika Keperawatan
8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam
memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan
masyarakat.
1.      Otonomi (Autonomi). Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak
memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2.      Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk
melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau
kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk
tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
3.      Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien
baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat
maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor
tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4.      Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien
yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan
pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan
karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5.      Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien
mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya.
Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi
yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam
kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat
untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat
tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6.      Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7.      Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan
klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan
kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.
8.      Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti
bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri
sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat.
Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat
oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan
masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
PATIENT SAFETY
A. PATIENT SAFETY
Keselamatan pasien terutama berkaitan dengan penghindaran, pencegahan
dan perbaikan hasil buruk atau injuri yang berasal dari perawatan kesehatan itu
sendiri. Ini harus membahas kejadian yang mencakup rangkaian "kesalahan"
dan "penyimpangan" terhadap kecelakaan. Keselamatan muncul dari interaksi
komponen sistem. Ini lebih dari sekedar tidak adanya hasil yang merugikan dan
ini lebih dari sekadar menghindari kesalahan atau kejadian yang dapat dicegah.
Keselamatan tidak berada dalam diri seseorang, perangkat atau departemen.
Meningkatkan keamanan tergantung pada belajar bagaimana keselamatan
muncul dari interaksi komponen. Keselamatan pasien terkait dengan "kualitas
perawatan", namun kedua konsep tersebut tidak identik. Keselamatan
merupakan bagian penting dari kualitas. Sampai saat ini, kegiatan untuk
mengelola kualitas tidak terfokus secukupnya pada masalah keselamatan pasien
(National Patient Safety Foundation, 2000, dalam Vincent, 2010).

B. TUJUAN PATIENT SAFETY


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara
internasional adalah:
5. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secarabenar)
6. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi
yangefektif)
7. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanandari pengobatan resiko tinggi)
8. liminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan proseduroperasi)
9. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yang berhubungan dengan pelayanankesehatan)
10. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasienterluka karenajatuh)

C. URGENSI PATIENT SAFETY


Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan
agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak
dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih
menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan
kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena
error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi, dll.

D. ISU, ELEMEN, DAN AKAR PENYEBAB KESALAHAN YANG


PALING UMUM DALAM PATIENT SAFETY
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk)yaitu:
a. keselamatan pasien;
b. keselamatan pekerja(nakes);
c. keselamatan fasilitas (bangunan,peralatan);
d. keselamatanlingkungan;
e. keselamatanbisnis.
2. Elemen Patient safety
a. Advers drug events (ADE)/ medication error (ME) ketidak cocokan obat/
kesalahan pengobatan)
b. Renstraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
e. Blood Product safety / administration
f. Pressure ulkus (tekanan ulkus)
g. Blood product safety adminsitration (keamanan produkdara/administrasi)
h. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
i. Immunization program (program imunisasi)
j. Falls(terjatuh)
k. Blood strean-vaskular ccatheter care (aliran darah-perawatan kateter
pembuluh darah)

DAFTRA PUSTAKA

Aris N.Ramdhan ihda, F.istikarini, buku saku praktik klinik keperawatan edisi,
penerbit Salemba Medika
MENGENAL TINGKAT APD DALAM MASA PANDEMI
STASE KDP

Di Susun Oleh:
EVI INDRIANI MARPAUNG
NIM : P2002019

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
Adapun 3 Jenis Tingkatan APD dalam masa Pandemi yaitu :

1. APD tingkat pertama


APD yang digunakan pada lokasi atau kondisi yang relatif kurang berisiko.
Jenis APD yang termasuk kategori ini yaitu berbagai jenis masker, sarung
tangan kerja maupun berbahan karet sekali pakai serta hazmat.
2. APD tingkat kedua
APD tingkat dua ini digunakan oleh dokter, perawat, petugas laboratorium,
radiografer, farmasi, dan petugas kebersihan ruang pasien COVID- 9. APD
pada tingkatan ini digunakan saat tenaga medis, dokter dan perawat, di ruang
poliklinik saat melakukan pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi
pernafasan. APD tersebut berupa masker bedah 3 lapis, hazmat, sarung tangan
karet sekali pakai, dan pelindung mata.

3. APD tingkat ketiga

Pada APD tingkat ketiga ini, diperuntukkan untuk ruang prosedur dan
tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah
terkonfirmasi COVID-19. Bagi dokter dan perawat, mereka diharuskan
untuk menggunakan masker N95 atau ekuivalen, hazmat khusus, sepatu
bot, pelindung mata atau face shield, sarung tangan bedah karet steril
sekali pakai, penutup kepala, dan apron. Selain dokter dan petugas medis
di rumah sakit, petugas yang diwajibkan memakai APD lain yaitu
sopir ambulans. Mereka diwajibkan menggunakan masker bedah 3 lapis,
sarung tangan karet sekali pakai dan hazmat saat m enaikkan dan
menurunkan pasien suspect COVID-19.
Sumber :

1. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4964031/ada-3-tingkatan-apd-
bagi-tenaga-kesehatan-begini-aturannya
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 2020

Anda mungkin juga menyukai