Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GASTRITIS
STASE KDP
Di Susun Oleh:
EVI INDRIANI MARPAUNG
NIM : P2002019
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
mengetahui laporan pendahuluan pada pasien yang mengalmai Gastritis
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi kasus Gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis dapat
menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis
kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala
gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat mengalami kekambuhan
dimana kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis dapat dipengaruhi oleh
pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga dipengaruhi oleh faktor stres.
(Tussakinah Widiya.,et.al, 2017)
B. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (David Overdorf 2002)
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
,enyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi
menjadi dua garis besar yaitu :
1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari
luar, seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung) ).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis
kronik dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisinosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobaxter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
C. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
mempunyai panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk
menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam
keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi akan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam
esopagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus
dan lambung (asophageal sphincter) akan membukan dan membiarkan
makanan masuk ke lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup.
Dinding lambung terdiri dari lapisan-lapisan otot yang kuat. Ketika makanan
berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan
tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar yang berada dimukosa pada
dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim
dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam
ini sangat korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.
D. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan
mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung
nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh
dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis.
Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding
lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat
menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi
balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam
berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit autoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) Ini dihubungkan
dengan bakteri H. Pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam,
namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa
lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan
lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus
lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon
infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit,
sel T-killer, dan pelawan infeksi lainnya.
Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori
tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga
tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan
tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal
superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk
menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi
bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi
(perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung
akan terbentuk.
E. Manifestasi Klinis
1. Gatritis Akut
Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang
sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran.
2. Gastritis kronis
a. Bervariasi dan tidak jelas.
b. Perasaan penuh, anoreksia.
c. Distress epigastrik yang tidak nyata.
d. Cepat kenyang.
F. WOC
G.
Komplikasi
Menurut
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut (R & Adwan, 2013) penatalaksanaan umum gastritis memiliki
orientasi utama yaitu pengobatan berpaku pada obat-obatan. Onat-obatan uang
mengurangi jumlah asam di lambung dapat mengurangi gejala yang mungkin
menyertai gastritis dan memajuakan penyembuhan lapisa perut. Pengobatan
ini meliputi :
1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium dan karbonat kalsium
dan magnesium. Antasida meredakan mulas ringan atau dispepsia dengan
cara menetralisir asam di perut. Ion H+ merupakan struktur utama asam
lambung. Dengan pemberian alumunium hidroksida atau magnesium
hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-obat
ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit karena
dampak penurunan H+ adalah penurunan rangsangan peristaltic usus.
2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker
mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan mempengaruhi
langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat ragsangan
sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole,
pantoprazole, rebeplazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini
bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap
elektron yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom vagus. PPI
diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung daripada H2
blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-langkah tambahan
atau penobatan mungkin diperlukan.
4. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak
mempengaruhi langsung pada peningkatan asam lambung tetapi makanan
yang merangsang seperti pedas, kecut dapat meningkatkan suasana asam
pada lambung sehingga dapat meningkatkan resiko inflamasi pada
lambung. Selain tidak merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak
memperberat kerja lambung seperti maknan keras seperti nasi yang keras.
5. Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab stress dapat
mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus. Latihan
mengendalikan stress bisa juga diikiuti dengan peningkatan spiritual
sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika menghadapi stress.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik
dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa
untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa
perangsangan. Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
3. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi : menurun Tindakan :
1. Keluhan Nyeri dengan 1.Identifikasi lokasi,
skala 5
karakteristik, durasi frekuensi,
2. Meringis dengan skala 5
3. Muntah dengan skala 5 kualitas, intensitas nyeri
4. Muntah dengan skala 5
5. Nafsu makan dengan 2.Identifikasi skala nyeri
skala 5
Keterangan point 1-4 : 3.Identifikasi factor yang
memperberat dan
1 : Meningkat
memperingan nyeri
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang 4.monitor keberhasilan terapi
1.
BAB III
ANALISA KETERAMPILAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan
tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan
neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus
dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori. Gejala gastritis akut sangat
bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat
yang dapat membawa kematian.
B. Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik,
karena dapat mengganggu kerusakan organ dalam sehingga memberikan
dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Menghindari makanan yang asam,
pedas dan minuman yang beralkohol, kafein. Dapat memicu cepatnya
terjadi gastritis karena asam lambung tidak bisa menjaga dinding lambung.
Mengakibatkan nyeri di epigastrium. Maka dari itu jagalah organ organ
penting dan kesehatan dalam tubuh kita ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian Ratu R & G. Made Adwan.2013, Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan
Ambeien, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.
Carisna.,et al (2015). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Gangguan Sistem Pencernaan. Avaliable form URL :
https://www.academia.edu/12214942/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_K
eperawatan_Gastritis
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Tussakinah., et al (2018). Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap
Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh
Tahun 2017, Jurnal Kesehatan Andalas. Avaliable form URL :
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Di Susun Oleh:
EVI INDRIANI MARPAUNG
NIM : P2002019
DAFTRA PUSTAKA
Aris N.Ramdhan ihda, F.istikarini, buku saku praktik klinik keperawatan edisi,
penerbit Salemba Medika
MENGENAL TINGKAT APD DALAM MASA PANDEMI
STASE KDP
Di Susun Oleh:
EVI INDRIANI MARPAUNG
NIM : P2002019
Pada APD tingkat ketiga ini, diperuntukkan untuk ruang prosedur dan
tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah
terkonfirmasi COVID-19. Bagi dokter dan perawat, mereka diharuskan
untuk menggunakan masker N95 atau ekuivalen, hazmat khusus, sepatu
bot, pelindung mata atau face shield, sarung tangan bedah karet steril
sekali pakai, penutup kepala, dan apron. Selain dokter dan petugas medis
di rumah sakit, petugas yang diwajibkan memakai APD lain yaitu
sopir ambulans. Mereka diwajibkan menggunakan masker bedah 3 lapis,
sarung tangan karet sekali pakai dan hazmat saat m enaikkan dan
menurunkan pasien suspect COVID-19.
Sumber :
1. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4964031/ada-3-tingkatan-apd-
bagi-tenaga-kesehatan-begini-aturannya
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 2020