Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun Oleh :
Eva Rappan
P2002018
A. Latar Belakang
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai
dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus degeneratif.
Lebih dari 40% pasien sirosis hepatis asimptomatik dan sering ditemukan
pada waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).
Beberapa faktor penyebab sirosis hepatis di Indonesia terutama akibat infeksi
virus hepatitis B dan C, Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa
virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40%-50% dan virus hepatitis C
30%- 40%, sedangkan 10%-20% penyebabnya tidak diketahui, alkohol
sebagai penyebab sirosis hepatis di Indonesia mungkin frekuensinya kecil
sekali karena belum ada data penelitian yang pasti. Skor Child Turcotte Pugh
digunakan untuk menilai tingkat keparahan (Child A, Child B, Child C) dari
sirosis hepatis. Sistem ini juga sebagai penentu prognosis dan lebih sering
digunakan pada pasien dengan transplantasi hati (Nurdjannah, 2009). Skor
Child Turcotte Pugh merupakan modifikasi dari Skor Child Turcotte Pugh,
dapat menilai kondisi umum pasien sirosis hepatis dan menilai perubahan
multiorgan yang disebabkan oleh sirosis hepatis (Kurniawan, 2014).
Perjalanan penyakit sirosis hepatis lambat, asimtomatis dan seringkali
tidak dicurigai sampai munculnya komplikasi penyakit hati yang lain. Secara
klinis sirosis hepatis dibagi menjadi sirosis hepatis kompensata yaitu belum
ada gejala klinis yang nyata dan dekompensata apabila telah tampak gejala
klinis yang nyata. Sebagian besar penderita yang datang ke klinik biasanya
sudah dalam stadium dekompensata dengan berbagai komplikasi (Nurdjanah,
2014). Diagnosis sirosis hepatis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis utama dan
lanjut dari sirosis hepatis ini terjadi akibat dua tipe gangguan fisiologis, yaitu
gagal sel hati dan hipertensi portal. Manifestasi gagal sel hati mencakup
ikterus, gangguan endokrin, gangguan hematologik, edema perifer, fetor
hepatikum, dan ensefalopati hepatik, sedangkan manifestasi yang berkaitan
dengan hipertensi portal yaitu splenomegali, varises esofagus dan lambung,
serta manifestasi sirkulasi kolateral lain (Lindseth, 2013).
B. Tujuan Umum dan Khusus
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai sirosis
hepatis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi sirosis hepatis.
b. Untuk mengetahui klasifikasi sirosis hepatis.
c. Untuk mengetahui etiologi sirosis hepatis
d. Untuk mengetahui patofisiologi sirosis hepatis
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis sirosis hepatis
f. Untuk mengetahui WOC sirosis hepatis.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari sirosis hepatis.
h. Untuk mengetahui komplikasi dari sirosis hepatis.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari sirosis hepatis.
j. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari sirosis hepatis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi susunan
hati nomal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati
yang mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal.
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian
jaringan hati dermal dengan fibrosis yang menyebar dan mengganggu struktur
dan fungsi hati. Sirosis atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis
yaitu alkoholik, paling sering disebabkan oleh alkoholik kronis, jenis sirosis
yang paling umum; pasca nekrotik, akibat hepatis virus akut sebelumnya; dan
biliter, akibat obstruksi bilier kronis dan infeksi (Smeltzer, 2013).
B. Klasifikasi
Klasifikasi sirosis berdasarkan morfologinya meliputi:
1. Sirosis mikronodular, yaitu nodul-nodul yang berdiameter kurang dari 3
mm. Penyebabnya meliputi alkohol, hemokromatosis, obstruksi biliaris,
obstruksi aliran vena hepatik, jejunoileal bypass, dan Indian childhood
cirrhosis (ICC).
2. Sirosis makronodular, yaitu nodul-nodul yang berdiameter lebih dari 3
mm. Penyebabnya meliputi hepatis C kronis, hepatitis B kronis,
defisiensi alfa-1 antitripsin, dan sirosis biliaris primer.
3. Sirosis campuran, merupakan gabungan sirosis mikronodular dan
makronodular. Sirosis mikronodular sering berevolusi menjadi sirosis
makronodular.
Berdasarkan fungsional, sirosis terbagi menjadi:
1. Sirosis kompensasi, yaitu hati mengalami kerusakan akan tetapi masih
dapat melakukan banyak fungsi tubuh yang penting. Kebanyakan
penderita sirosis kompensasi mengalami sedikit gejala atau bahkan tanpa
gejala dan dapat hidup selama bertahun-tahun tanpa komplikasi serius.
2. Sirosis dekompensasi, yaitu hati mengalami kerusakan yang parah secara
luas dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Penderita sirosis
dekompensasi mengalami berbagai macam etiologi dan komplikasi serius
yang dapat mengancam jiwa.
C. Etiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang menjadi penyabab sirosisi seperti
defisiendi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan
kerusakakn hati pada sirosis, namun asupan alkohol berlebihan merupakan
faktor penyebab utama pada perlemakan hati. Namun, sirosis juga bisa terjadi
pada individu yang tidak memiiki kebiasaan minum-minuman keras dan pada
individu yang diatnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Menurut Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (2013), di negara
berkembang, penyebab utama sirosisi hati adalah virus heptitis B dan C,
selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga mempengaruhi terjadinya
sirosis hati. Penyakit perlemakan hati nan alkoholik (non alcoholic
steatohepatitis NASH, yang lemaknya dalam hepatosit (sel-sel hati) dapat
menyebabkan komplikasi berupa perdarahan atau inflamasi hati atau fibrosis
juga dapat menyebabkan terjadinya sirosisi kriptogenik (penyebab tidak
diketahui pasti).
D. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan
ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi
kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya
berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa
dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut.
Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral.
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam
ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan
gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal
demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama.
Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules,
sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan
kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa
permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa
ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif.
Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.
E. Manifestasi Klinis
Perubahan-perubahan patologis pada sirosis berkembang lambat dan bersifat
laten. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami kemunduran
secara bertahap. Didapatkan tanda dan gejala (Nuari, 2015), sebagai berikut :
1. Gejala dini yang samar dan non spesifik seperti kelelahan, anoreksia,
dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan defeksi (konstipasi/diare),
berat badan menurun.
2. Mual dan muntah pada pagi hari
a. Ikterus
c. Perawatan kulit
a. Identitas pasien
a) Keluhan Utama
1) Pola Nutrisi
3) Pola koping
e. Pemeriksaan fisik
2) Ukuran antropometri :
Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
Wanita : 16,5-18 cm
4) B2 : Sistem kardiovaskuler
Biasanya terdapat tanda gehala perdarahan dan anemia,
adanya peningkatan denyut nadi, dan biasanya auskutasi
normal, kecuali sirosisi hepatis dengan gagal jantung
kongestif (Nuari, 2015)
5) B3 : Brain (Sistem syaraf neurosensory endokrin)
Sistem syaraf : agitasi, disorientasi. Pada waita mengalami
ginecomastia, menstruasi tidak teratur, perubahan suara
menjadi lebih berat. Ketidak di palpasi, terdapat
pembesaran kelenjar tiroid (Nuari, 2015).
6) B4 : Bladder Genitourinaria
Urin gelap, warna kecoklatan. Jika di palpasi, biasanya
normal tidak ada tendeness (Nuari, 2015).
7) B5 : Bowel
Pada inspeksi biasanya pasien tampak mual, dyspepsia,
perubahan dalam buang air besar, anoreksia, peurunan berat
badan. Jika dipalpasi teraba hepatoslenomegali ringan dan
nyeri tekan (tenderness) kuadran kanan, adanya shifting
dullness. Saat dipalpasi pasien akan merasa nyeri ketuk
pada kuadran kanan atas. Dan bisanya bising usus normal
(Nuari, 2015).
8) B6 : Bone, Muskuloskeletal
Biasanya pasien terlihat kelelahan, tremor dan atrofi otot
pada sirosis hepatis kronis. Memar dan perdarahan meliputi
perdarahan gusi, ekimosis, spider navi. Ketika dipalpasi
akan didapatkan penurunan kekuatan otot, penurunan
kemampuan dalam beraktivitas (Nuari, 2015).
f. Data psikologis
g. Data sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih
dan membeli makanan serta kemampuan keluarga pasien
dalam pemenuhan kesehatan.
h. Data spritual
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan inervasi
diafragma.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang faktor pemberat
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Sirosis hepatis adalah penyakit
kronis yang dicirikan dengan penggantian jaringan hati dermal dengan
fibrosis yang menyebar dan mengganggu struktur dan fungsi hati. Sirosis atau
jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis yaitu alkoholik, paling
sering disebabkan oleh alkoholik kronis, jenis sirosis yang paling umum;
pasca nekrotik, akibat hepatis virus akut sebelumnya; dan biliter, akibat
obstruksi bilier kronis dan infeksi.
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan khusus perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai bagi pasien yang mengalami sirosis hepatis.
DAFTAR PUSTAKA
Lindseth GN. Gangguan hati, kandung empedu, dan pankreas. Dalam: Price SA,
Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit volume 1.
Edisi ke 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. 472-515.
Nurdjanah, S. 2014. Sirosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 6,
jilid 2. Siti Setiati (Eds.). Jakarta: Internal publishing, hal 1978-1983.
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. (2013). Artikel umum : Sirosis Hati. Jakarta.