Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR ANTEBRACHII

DI SUSUN OLEH:
NORVITA ASNI (P2002045)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA


SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan0di dunia.
Tingkat kematian (mortality rate) kasus trauma lebih tinggi pada negara-negara
berpenghasilan menengah ke bawah, hal ini berhubungan dengan banyaknya penggunaan
transportasi bermotor, kurang maksimalnya pembangunan jalan, dan sistem penanganan
trauma yang terbatas.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI tahun 2013 kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara
lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 dari
peristiwa kecelakaan yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829
kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari
14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%)
dan, disebutkan dari 84.774 orang kasus cedera 5,8 % mengalami patah tulang (fraktur).

Fraktur lengan bawah adalah fraktur yang meliputi corpus atau shaft radius, ulna, atau
keduanya. Fraktur lengan bawah di klasifikasikan lebih lanjut menurut lokasinya yaitu,
sepertiga proksimal, sepertiga tegah, dan sepertiga distal (Thomas, 2011). Fraktur
antebrachii merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang terjadi pada tulang radius dan
ulna (Thomas, 2011).

B. TUJUAN

Untuk mengatahui terkait fraktur antebrachii

C. MANFAAT

Dengan adanya materi ini kita lebih mendalami pengetahuan tentang fraktur antebrachii
secara menyeluruh
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI FRAKTUR ANTEBRACHII


Fraktur antebrachia merupakan suatu pepatahan pada lengan bawah yaitu pada tulang
radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi menjadi tiga
bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial, serta distal dari kedua corpus tulang
tersebut.
Fraktur radius ulna tertutup adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang
disebabkan oleh cedera pada bagian lengan bawah, baik trauma langsung maupun trauma
tidak langsung (Helmi,2013)

B. KLASIFIKASI FRAKTUR ANTRBRACHII


Ada empat jenis fraktur antebrachia yang khas beserta penyebabnya yaitu:
1. Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity)
2. Fraktur Smith
Fraktur smith merupakan fraktur diisolasikan kea rah anterior (volar), karena itu sering
disebut reverse colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda.
3. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna
distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi
lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya
supinasi.
4. Fraktur Montegia
Fraktur montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi radius
ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.

C. ETIOLOGI
Penyebab fraktur yang paling sering adalah trauma. Jatuh dan cidera olahraga adalah
penyebeb umum fraktur. Beberapa fraktur terjadi karena trauma minimal atau tekanan
ringan apabila tulang lemah. Hal ini disebut fraktur patologis.
Menurut Black.J & Hawks.J (2014) fraktur batang radius dan ulna biasanya terjadi
karena cedera langsung pada lengan bawah, kecelakaab lalu lintas, atau jatuh dengan
lengan teregang. Fraktur radius dan ukna biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera
langsung biasaya menyebabkan fraktur transvers pada tinggi yang sama, biasanya
sepertiga tengah tulang.

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (Rosyidi, 2013).

Terdapat beberapa faktor yang bisa menentukan lama penyembuhan fraktur.


Penyembuhan fraktur berkisaran antara tiga minggu sampai empat bulan. Waktu
penyembuhan pada anak secara kasar separuh waktu penyembuhan daripada dewasa.

Faktor-faktor penyembuhan fraktur (Helmi, 2013)

Faktor Deskripsi
Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat
daripada orang dewasa. Hal ini terutama 15 disebabkan karena
aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum,
serta proses remodeling tulang. Pada bayi proses penyembuhan
Umur Penderita
sangat cepat dan aktif, namun kemampuan ini makin berkurang
apabila umur bertambah.
Lokalisasi fraktur memegang peran penting. Fraktur metafisis
penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis. Di samping itu
Lokalisasi dan konfigurasi konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat
fraktur penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena
kontak yang lebih banyak.
Pada fraktur yang tidak bergeser di mana periosteum tidak
Pergeseran awal fraktur bergeser, maka penyembuhan dua kali lebih cepat dibandingkan
pada fraktur yang bergeser.
Apabila kedua fragmen mempunya vaskularisasi yang baik,
Vaskularisasi pada kedua maka penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Namun, apabila
fragmen salah satu sisi fraktur vaskularisasinya buruk, maka akan
menghambat atau bahkan tidak terjadi tautan yang dikenal
dengan non-union.
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk
vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi
Reduksi serta mobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan
pembuluh darah yang akan mengganggu dalam penyembuhan
fraktur
Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan
Waktu imobilisasi sebelum terjadi tautan (union), maka kemungkinan terjadinya
non-union sangat besar.
Ruangan di antara kedua Jika ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteum
fragmen serta interposisioleh maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan
jaringan lunak menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
Factor adanya infeksi dan Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses inflamasi
keganasan lokal lokal yang akan menghambat proses penyembuhan dari fraktur
Pada persendian, di mana terdapat cairan synovial, merupakan
Cairan sinovia hambatan dalam penyembuhan fraktur.
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan
Gerakan aktif dan pasif vaskularisasi darah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada
anggota gerak daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan
mengganggu vaskularisasi.
Asupan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai
kebutuhan protein untuk proses perbaikan. Pertumbuhan 16
Nutrisi tulang menjadi lebih dinamis bila ditunjang dengan asupan
nutrisi yang optimal.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin
D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang
seperti yang terlihat pada kadar hormone paratiroid yang tinggi.
Vitamin D Vitamin D dalam jumlah yang sedikit akan membantu
kalsifikasi tulang (membantu kerja hormone paratiroid), antara
lain dengan meningkatakan absorpsi kalsium dan fosfat oleh
usus halus.

E. FAKTOR RESIKO FRAKTUR ANTEBRACHII


Menurut Kowalak (2011) factor resiko fraktur meliputi:
1. kejadian terjatuh
2. kecelakaan kendaraan bermotor
3. olahraga
4. pemakaian obata yang mengganggu kemampuan penilaian atau mobilitas
5. tumor tulang
6. obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis lartogenik seperti preparat steroid

F. MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR ANTEBRCHII


Menurut Corwin (2015):
1. Nyeri biasanya menyertai patah tulang traumatic dan cidera jaringan lunak. Spasme otit
dapat terjadi setelah patah tulang dan menimbulkan nyeru. Pada fraktur stress nyeri
biasanya menyertai aktivitas dan berkurang pada saat istrirahat.
2. Pembekakan disekitar tempat fraktur yang akan menyertai proses inflamasi.
3. Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi yang menandakan kerusakan saraf
4. Krepitus (suara gemertak) dapat terdengar saat tulang-tulang digerakan karena ujung
perlahan bergeser atau sama lain.
Menurut Kowalak (2011):
1. Depormitas akibat kehilangan kelurusan
2. pembengkakan akibat vasodilitasi dan infiltrasi leukosot serta sel-sel mast
3. spasme otot
4. nyeri tekan
5. kisaran gerak yang terbatas
6. kerusakan sensabilitas disebelah distal lokasi fraktur
7. krespitasi
Manifestasi klinik dari fraktur antebrachia
1. Fraktur Colles
 Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan sendi distal
radius
 Disloskasi fragmen distalnya kearah posterior/dorsal
 Subluksasi sendi radioulnar distal
 Avulsi prosesus ulna

2. Fraktur smith
 Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal disisi volar pergelangan dan
deviasi ke radial depormity)
3. Fraktur Galeazzi
 Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal
 Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna
4. Fraktur Montegia
Terdapat dua tipe yaitu ekstensi dan felksi:
 Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan
pronasi
 Pada tipe fleksi gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan
fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.

G. WOC

Fraktur Riwayat fraktur Fraktur patologis Fraktur stress/fraktur keletihan


Traumatik sebelumnya,
Riwayat fraktur
saat yang tidak Tulang lemah
Trauma (jatuh atau Stress tngkat rendah namun
menyakinkan (osteoporosis, tumor
cidera, penganiayaan, berekepanjangan (pada atlet
tulng, infeksi, penyakit
dorongan langsung olahraga) kontraksi otot yang kuat
lainnya
pada tulang maupun dan tiba-tiba
tidak langsung).
Tulang rapuh

(memiliki sedikit kekuatan dan


gaya pegas untuk menahan

Tekanan eksternal datang lebih besar dari


kemampuan tahanan tulang

Resistensi tulang untuk melawan


tekanan berpindah mengikuti gaya
tekanan tersebut

Fraktur antebrachii

Fraktur Peritoneum, pembuluh darah, Fraktur tertutup


saraf dalam korteks marrow dan
Robekan pada jaringan lunak yang membukus
arteri tulang rusak yang
brachialis

Peningkatan pelepasan
mediator kimia: Medulla spinalis
prostaglandin, histamin,
bradikinin
Korteks selebri

MK: Nyeri
Berikatan dengan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG FRAKTUR ANTEBRACHII


Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya disloskasi.
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah:
1. Pemeriksaan rontgen
2. CT Scan
3. MRI
4. Kreatinin
5. Hitung Darah Lengkap

I. PENATALAKSAAN FRAKTUR ANTEBRACHII


Berikut adalah penatalaksanaan fraktur antebrachia menurut Mansjoer (2000)
1. Fraktur Colles
Pada fraktur colles tanpa disloskasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan
gips sirkular dibawah siku selama 4 minggu
2. Fraktur Smith
Dilakukan respirasi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan,
deviasi ulnar, dan supinasi maksimal ( kebaikan posisi colles) lalu diimobilisasi gips
diatas siku selama 4-6 minggu
3. Fraktur Galeazzi
Dilakukan resposisi dan imobilisasi dengan gips diatas siku, posisi netral untuk
dislokasi radius ulna distal, devisiasi ulnar, dan fleksi.
4. Fraktur Montegia
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memeganf lengan atas, penolong melakukan
tarikan lengan bawah ke distal, kemudiandiputar kearah supinasi penuh.

J. KOMPLIKASI FRAKTUR ANTEBRACHII


a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary
refil time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan 20 oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

2) Kompartment Sindrom

Kompartment sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya


otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu
karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat. Tanda-tanda
sindrom kompartemen (5P) sebagai berikut: (1) Pain (nyeri lokal), (2) Pallor (pucat
bagian distal), (3) Pulsessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang
tidak baik dan CRT>3 detik pada bagian distal kaki), (4) Paraestesia (tidak ada sensasi),
(5) Paralysis (kelumpuhan tungkai).

3) Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus
fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow
kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah
yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hipertensi, tachypnea, demam.

4) Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma osthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan sperti pin dan plat.

5) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman Ischemia
(Helmi, 2013).

b. Komplikasi Dalam Waktu Lama

1) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi (bergabung) sesuai


dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk menyambung.

2) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan


yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.

3) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan perubahan bentuk


(deformitas).

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (biologi, kimia, fisik dan psikologis)
SLKI:
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x 24 jam, dengan kriteria hasil:
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan Teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah rasa nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentan normal
 Tidak mengalami gangguan tidur
SIKI:
Aktivitas-aktivitas:
 Lakukan pengkajan nyeri secara kompherensif
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Bantu pasien dan keluarga mencari dukungan
 Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
 Kurangi factor presitipitas nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang Teknik nonfarmakologi
 Berikan analgetic untuk mengurangi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri
 Monitor vital sign

DAFTAR PUSTAKA
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria.
Helmi, Noor Zairin. 2013. Trigger finger. Buku ajar gangguan muskulestal. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Kowalak.2011. Buku ajar patofisiologi. Jakarta:EGC
Rosyidi, Kholid. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Thomas, A. Mark, Kuncara, H.,Y, Vasantha, L.,M. (2011). Terapi & Rehabilitasi
Fraktur. Jakarta: EG

A. ETIKA KEPERAWATAN
Perawat adalah tenaga kerja yang dituntut untuk memiliki tingkat kepedulian
yang tinggi kepada pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan. Perawat dituntut
untuk memberikan pelayanan dengan baik, sesuai dengan prinsip etik keperawatan
seperti autonomy (kebebasan), non- maleficience (Tidak Merugikan), beneficience
(Berbuat Baik), veracity (Kejujuran), justice (Keadilan), fidelity (Kesetiaan),
confidentiality (Kerahasiaan) dan accountability (Bertanggung jawab) supaya pasien
dapat memperoleh hak dan kewajibannya secara penuh sebagai pasien.
Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien,
masyarakat, teman sejawat, maupun dengan organisasi profesi. , dan juga dalam
pengaturan praktik keperawatan itu sendiri. Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi
keperawatan secara formal dituangkan dalam suatu kode etik yang merupakan
komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan
oleh masyarakat (Pangaribuan, 2016).
Perawat memiliki peran yang cukup tinggi dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan, baik di rumah sakit, maupun di masyarakat. Keperawatan adalah kegiatan
pemberian asuhan keperawatan, baik kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Perawat yaitu seseorang yang telah dinyatakan lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang telah diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan dan Peraturan
Perundang-undangan (UU No 38 tahun 2014). Perawat dalam menjalankan praktik asuhan
keperawatan harus sesuai dengan standar operasional prosedur, standar pelayanan profesi, oleh
karena itu perawat dalam menjalankan tindakan pelayanan asuhan keperawatan harus berpedoman
pada prinsip etika keperawatan agar tidak terjadi kesalahan maupun kelalaian yang dapat merugikan
pasien maupun perawat serta Rumah Sakit (Riko, 2015).

Prinsip etik keperawatan yang harus diterapkan oleh perawat dalam menjalankan
praktik asuhan keperawatan ada 8 prinsip etik, antara lain:
a) Prinsip autonomy (kebebasan) yaitu prinsip menghormati otonomi klien, dimana
klien dan keluarga bebas dan berhak untuk memilih dan memutuskan apa yang
akan dilakukan perawat terhadapnya.
b) Prinsip beneficience (berbuat baik) yaitu setiap tindakan yang dilakukan oleh
perawat harus memiliki manfaat kepada klien maupun keluarga klien.
c) Prinsip nonmaleficience (tidak merugikan) yaitu tindakan perawat harus sesuai
prosedur agar tidak terjadi kesalahan maupun kelalaian yang dapat merugikan
klien maupun keluarga.
d) Prinsip justice (keadilan) yaitu tindakan perawat dalam memberikan pelayanan
dilarang membeda-bedakan antara klien satu dengan klien lainnya.
e) Prinsip veracity (kejujuran) yaitu perawat diwajibkan berkata jujur dan jelas
terhadap apa yang akan dilakukannya kepada klien maupun keluarga klien.
f) Prinsip fidelity (menepati janji) yaitu perawat dalam memberikan pelayanan harus
setia kepada klien serta memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan dengan
baik.
g) Prinsip accountability (bertanggungjawab) yaitu perawat harus bertanggungjawab
mengenai tindakan yang dilakukan terhadap klien maupun keluarga.
h) Prinsip confidentiality (kerahasiaan) yaitu perawat harus menjaga rahasia setiap
klien, baik pada saat klien masih hidup maupun sudah meninggal (Utami, 2016).

B. CONTOH PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN :


1. Alternative tindakan :
Tetap dilakukan tindakan pengobatan sebagaimana mestinya tanpa harus melanggar
hukum, karena euthanasia di Indonesia tidak diperbolehkan.
2. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Pengambil keputusan yang tepat untuk kasus ini adalah keluarga dari pasien, karena
keluarga adalah yang paling berhak atas diri pasien.
3. Kewajiban perawat :
- Memberikan pengertian kepada keluarga pasien bahwa permintaannya ( euthanasia)
adalah perbuatan yang menggelar hukum dan di Negara Indonesia melarang
tindakan tersebut.
- Perawat harus memberikan semangat kepada pasien agar tetap tabah menjalani
penyakitnya walauhasil akhirnya nanti ia tetap meninggal dunia.
4. Membuat keputusan:
Keputusan yang akan dilakukan adalah melaksanakan pengobatan/tetapi sebagaimana
mestinya tanpa harus mempercepat kematian pasien dengan berbagai alasan, karena
akan melanggar hukum yang telah berlaku di Indonesia.
Perawat yang memiliki pengetahuan tentang prinsip etik harus menerapkannya dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien agar dapat meningkatkan kepuasan dan
kepercayaan antar perawat, klien dan petugas kesehatan lain. Hubungan saling
percaya dapat meningkatkan keyakinan pasien akan pelayanan kesehatan yang aman
dan berkualitas yang didapatkan dari perawat (Malau, 2008 dalam Indrastuti, 2010).
Dalam menerapkan prinsip etik, untuk menentukan pengambilan keputusan bagi
seorang perawat ketika menangani seorang pasien yang berada dalam kondisi kritis
dengan rasa nyeri yang sudah tidak bisa lagi ditahan, lalu pihak keluarga meminta
agar pasien tersebut dilakukan pencabutan alat-alat bantu rumah sakit atau dengan
kata lain dilakukan euthanasia. Sungguh saat itu adalah dilema etik yang dirasakan
perawat, apakah mengikuti anjuran dokter untuk memberikan obat pereda nyeri atau

C. PATIENT SAFETY
Keselamatan pasien terutama berkaitan dengan penghindaran, pencegahan
dan perbaikan hasil buruk atau injuri yang berasal dari perawatan kesehatan itu
sendiri. Ini harus membahas kejadian yang mencakup rangkaian "kesalahan" dan
"penyimpangan" terhadap kecelakaan. Keselamatan muncul dari interaksi komponen
sistem. Ini lebih dari sekedar tidak adanya hasil yang merugikan dan ini lebih dari
sekadar menghindari kesalahan atau kejadian yang dapat dicegah. Keselamatan tidak
berada dalam diri seseorang, perangkat atau departemen. Meningkatkan keamanan
tergantung pada belajar bagaimana keselamatan muncul dari interaksi komponen.
Keselamatan pasien terkait dengan "kualitas perawatan", namun kedua konsep
tersebut tidak identik. Keselamatan merupakan bagian penting dari kualitas. Sampai
saat ini, kegiatan untuk mengelola kualitas tidak terfokus secukupnya pada masalah
keselamatan pasien (National Patient Safety Foundation, 2000, dalam Vincent,
2010).

D. TUJUAN PATIENT SAFETY


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RumahSakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di RumahSakit
4.Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secarabenar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yangefektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan proseduroperasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasienter luka
karena jatuh)

E. URGENSI PATIENT SAFETY


Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar
pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi
bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari
terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga
keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program keselamatan pasien
tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya
urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
F. ISU, ELEMEN, DAN AKAR PENYEBAB KESALAHAN YANG PALING UMUM
DALAM PATIENT SAFETY
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk)yaitu:
a. keselamatan pasien;
b. keselamatan pekerja(nakes);
c. keselamatan fasilitas (bangunan,peralatan);
d. keselamatanlingkungan;
e. keselamatanbisnis.
2. Elemen Patient safety
a. Advers drug events (ADE)/ medication error (ME) ketidak cocokan obat/
kesalahan pengobatan)
b. Renstraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
e. Blood Product safety / administration
f. Pressure ulkus (tekanan ulkus)
g. Blood product safety adminsitration (keamanan produkdara/administrasi)
h. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
i. Immunization program (program imunisasi)
j. Falls(terjatuh)
k. Blood strean-vaskular ccatheter care (aliran darah-perawatan kateter pembuluh
darah)

STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI (APD) UNTUK PENANGANAN COVID-19


BERDASARKAN LEVEL 1-3
DI SUSUN OLEH:
NORVITA ASNI (P2002045)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA


SAMARINDA
2020
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai