Anda di halaman 1dari 66

COVID-19

Surveilans

Tim Pengulas:
dr. Deddy Herman, SpP(K), FCCP, FAPSR, MCH, FISR
Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K)
Dr. Iswanto Hendrawijaya, SpB(KBD)
dr. Nirwan Satria, SpAn
Dr. Novi Arifiani, MKK, Dipl.ABRAAM, AAK
dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG(K), MPH

Dikembangkan dengan hibah dari Project HOPE.


Copyright © Brown University, 2020. Dirilis di bawah
Creative Commons license Attribution-NonCommercial-
NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0
Tujuan

1. Memahami konsep umum surveilans penyakit menular dan


bagaimana kaitannya dengan COVID-19 pada fasilitas dan
dalam masyakat.
2. Mampu mengidentifikasi berbagai definisi kasus COVID-19
sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan RI.
3. Mengidentifikasi populasi dan situasi khusus yang mungkin
lebih berisiko terkena COVID-19 dan memerlukan
pengawasan lebih.
Tujuan

4. Mampu menggunakan formulir laporan revisi


kasus yang disepakati oleh gugus tugas
percepatan penanggulangan COVID-19.
5. Menjelaskan definisi pelacakan kontak pasif dan
aktif dan pendekatan terhadap masing-masing
pelacak sebagai bentuk tanggap COVID-19.
Surveilans
Penyakit Menular
5

Surveilans Penyakit Menular


Pendahuluan
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), surveilans epidemiologi adalah
“pengumpulan, analisis, dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus-menerus
yang penting untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat,
terkait erat dengan penyebaran data secara tepat waktu untuk pihak yang membutuhkan."

Tujuan dari surveilans adalah untuk:


• Melihat pola penyebaran dan tren penyakit, seperti di mana terjadinya penularan dari
manusia ke manusia.
• Mendeteksi kasus secara cepat di area yang belum pernah terkena paparan sebelumnya.
• Memberikan informasi epidemiologis untuk mengukur risiko.
• Menyediakan data epidemiologis sebagai panduan untuk kesiapan dan langkah-langkah
respon.
6

Surveilans Penyakit Menular


Pendahuluan
Surveilans penyakit dapat dikerjakan di berbagai tingkatan termasuk lokal, provinsi,
nasional, dan internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Surveilans terdiri dari:
• Surveilans epidemiologis
• Mengetahui karakteristik epidemiologis
• Mengembangkan rencana penanggulangan
• Menilai efektivitas penanggulangan
• Surveilans klinis
• Mengetahui gejala klinis dan gambaran virus
• Mengidentifikasi faktor risiko
• Mengidentifikasi kasus tambahan dan perkembangan penyakit
7

Surveilans Penyakit Menular


Metode Surveilans Penyakit
Surveilans Pasif:
• Penyakit dilaporkan oleh penyedia layanan kesehatan.
• Sederhana dan murah, membutuhkan sedikit sumber daya.
• Adanya keterbatasan akibat kemungkinan kurangnya pelaporan dan variabilitas data.
Surveilans aktif:
• Lembaga kesehatan secara proaktif menghubungi penyedia layanan kesehatan atau
laboratorium, untuk mendapatkan laporan.
• Melakukan pemantauan gejala kepada semua orang yang melakukan kontak dengan orang
yang terinfeksi dan lakukan pengujian jika gejala tersebut berkembang.
• Pelaporan yang lebih lengkap terkait kondisi dan perkiraan frekuensi penyakit.
• Lebih mahal dan membutuhkan sumber daya manusia yang banyak (padat karya).
• Dapat menggunakan teknologi digital untuk melakukan penjaringan kasus secara aktif dan
membina komunikasi 2 arah dalam tata kelola pasien.
8

Surveilans Penyakit Menular


Data yang dikumpulkan dalam pengawasan penyakit
Data surveilans harus secara optimal mencakup komponen-komponen berikut:
• Orang - Karakteristik, perjalanan gejala, respon pejamu terhadap agen.
• Tempat - Lokasi penyusunan laporan dan tempat terjadinya paparan penyakit.
• Waktu - Tanggal mulai gejala, jika tersedia, lebih informatif daripada tanggal laporan.

Standarisasi Data
• Memungkinkan adanya perbandingan yang bermakna dengan mempertimbangkan berbagai
faktor, seperti jumlah populasi atau distribusi faktor demografis.
9

Human ACE 2 receptor


• Menempel di sel manusia
melalui reseptor ACE2
• Terdapat di paru-paru, arteri,
jantung, ginjal, dan usus
• ACE 2 mengatur vaskuler,
inflamasi, ROS system, fibrosis
system
• Merupakan zinc binding
metalloprotein receptor
10
11

11
12
Definisi Operasional
COVID-19
14

Definisi Kasus COVID-19


Definisi Kasus untuk Surveilans
• Serangkaian kriteria yang seragam yang digunakan untuk mendefinisikan
penyakit dalam rangka pengawasan kesehatan masyarakat.
• Memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk mengelompokkan
dan menghitung jumlah kasus secara konsisten.
• Tidak ditujukan untuk digunakan oleh penyedia layanan kesehatan untuk
membuat diagnosis klinis.
WHO telah mengembangkan definisi kasus COVID-19 berdasarkan informasi
terbaru.
15

Definisi Kasus COVID-19


Definisi Kasus untuk Surveilans
• Kasus yang terkonfirmasi (confirmed): Seseorang dengan konfirmasi laboratorium
(RT PCR) dinyatakan terinfeksi virus COVID-19, terlepas dari ada tidaknya tanda dan
gejala klinis.
• Kasus Suspek : Kasus infeksi saluran napas atas dengan riwayat kontak erat dalam
2 hari sebelum timbul gejala hingga 14 hari setelah timbul gejala ATAU bila tidak
jelas kontak erat maka pasien dengan gejala berat dan tidak ada alternatif lain yang
mendukung diagnosis selain COVID 19
• Kasus Probable : Kasus yang dicurigai dengan laporan hasil pengujian laboratorium
untuk virus COVID-19 belum dapat atau tidak dapat disimpulkan.
16
17
18

[Tata Kelola COVID 19, PDKI,


Jakarta, 2020.]
19
Definisi Operasional
Kasus Suspek Kasus Konfirmasi
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut: Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-
• Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* 19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala PCR.
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi ― Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
lokal**. ― Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
• Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14
Catatan:
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat Istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saat ini dikenal kembali dengan istilah suspek.
kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19. * ISPA yaitu demam (≥38 oC) atau riwayat demam, disertai salah satu gejala/tanda
penyakit pernapasan seperti batuk/sesak napas/sakit
• Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada ** Negara/wilayah transmisi lokal adalah negara/wilayah yang melaporkan adanya
kasus konfirmasi yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang kasus tersebut.
meyakinkan. Negara transmisi lokal merupakan negara yang termasuk dalam klasifikasi kasus klister
dan transmisi komunitas, dapat dilihat melalui situs
Kasus Probable https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-repo
rts
Wilayah transmisi lokal di Indonesia dapat dilihat melalui situs
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal https://infeksiemerging.kemkes.go.id
*** Definisi ISPA berat/pneumonia berat dan ARDS dapat dilihat pada tabel 5.1 di BAB V
dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 rev.5
belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Ket: termasuk yang tidak ada hasil pemeriksaan lab RT-PCR dengan alasan apapun.

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


20
Definisi Operasional
Kasus Erat Pelaku Perjalanan
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain: (domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
a) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau
kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka
waktu 15 menit atau lebih. Discarded
b) Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus probable atau
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan, dll.)
c) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus 1. Seseorang dengan status suspek dengan hasil
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari
sesuai standar. berturut-turut dengan selang waktu 24 jam.
d) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak 2. Seseorang dengan status kontak erat yang telah
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan dilihat pada
lampiran 5).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk
Kematian
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelhm kasus Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. kasus konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal.
Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14
hari setelah tanggal pengambilan spesimen kasus konfirmasi.

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


21
Definisi Operasional
Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:

Tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah


Kasus konfirmasi tanpa gejala
10 hari osplasi mandiri sejak pengambilan specimen diagnosis
(asimptomatik)
konfirmasi.

Kasus probable/ kasus Tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari
konfirmasi dengan gejala sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak
ringan/sedang/ berat/kritis lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

Kasus probable/ kasus Dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negative, dengan
konfirmasi dengan gejala ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala
berat/kritis demam dan gangguan pernapasan

Kriteria lebih lanjut mengenai kriteria selesai isolasi pada kasus probable/ kasus konfirmasi dapat dilihat dalam Bab Manajemen Klinis
pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5 Kemenkes

Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria
selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat dilakukan
pemantauan atau oleh DPJP.
Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5
22
Ringkasan Alur Manajemen Kesehatan Masyarakat
KASUS SUSPEK

1. ISPA DAN riwayat dari


negara/wilayah transmisi lokal • RINGAN: Probable
2. Orang dengan salah satu Dilakukan Isolasi mandiri
gejala/tanda ISPA DAN riwayat pengambilan spesimen • SEDANG:
kontak dengan pasien konfirmasi untuk pemeriksaan RT- Konfirmasi
COVID-19 rawat di RS darurat
PCR hari ke-1 dan ke-2 • BERAT:
3. ISPA berat yang perlu perawatan
RS tidak ada penyebab lain rawat di RS rujukan Discarded

KONTAK ERAT • Dilakukan


pemantauan selama Suspek
• Tanpa gejala 14 hari
• Bagi petugas
• Riwayat kontak dengan Karantina
pasien konfirmasi/probable
kesehatan, dilakukan
mandiri
Konfirmasi
pemeriksaan RT-PCR
COVID-19 segera setelah kasus
dinyatakan sebagai Discarded
probable/konfirmasi

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


KASUS 23
PROBABLE
Kasus suspek dengan ISPA
Berat/ARDS***/meninggal dengan Selesai Isolasi Sembuh
gambaran klinis yang meyakinkan Rawat di RS
COVID-19 DAN belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Rujukan
Ket: termasuk yang tidak ada hasil pemeriksaan lab Kematian
RT-PCR dengan alasan apapun.

KASUS
TANPA GEJALA ISOLASI DIRI DI Tanpa follow
KONFIRMASI (ASIMPTOMATIK) RUMAH up RT-PCR
Seseorang yang Selesai
Sembuh
dinyatakan ISOLASI DIRI DI Tanpa follow Isolasi
positif GEJALA RINGAN up RT-PCR
RUMAH
terinfeksi virus
COVID-19 yang
dibuktikan RUJUK KE RS Tanpa follow
GEJALA SEDANG
dengan DARURAT up RT-PCR Kematian
pemeriksaan
laboratorium RUJUK KE RS Follow up RT-
GEJALA BERAT
RT-PCR. RUJUKAN PCR 1 kali

SESUAI DENGAN BERAT-RINGAN SAKIT, RISIKO PENULARAN, DAN KEMAMPUAN FASILITAS


PELAYANAN MASING-MASING DAERAH
Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5
24

Definisi Kontak COVID-19


Semua orang yang kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19.
• Kasus yang terkonfirmasi (confirmed): Seseorang dengan konfirmasi laboratorium
dinyatakan terinfeksi virus COVID-19, terlepas dari ada tidaknya tanda dan gejala
klinis.
• Kontak Erat: Orang yang kontak secara fisik langsung atau berada dalam
lingkungan yang sama dengan orang positif COVID 19 dengan jarak 1-2m dan
waktu lebih dari 15 menit (termasuk petugas kesehatan tanpa APD standar)
• Proximate Contact: Orang yang berjarak lebih dari 2m tetapi berada dalam
ruangan yang sama dengan orang COVID-19 dalam waktu lama (Termasuk Kontak
Erat).
25

Manajemen Kesehatan Masyarakat


Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan kesehatan masyarakat yang
dilakukan terhadap kasus. Kegiatan ini meliputi kegiatan:
 Karantina/isolasi,
 Pemantauan,
 Pemeriksaan spesimen,
 Penyelidikan epidemiologi,
 Serta komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat.

Karantina adalah proses mengurangi risiko penularan dan identifikasi dini COVID-19 melalui upaya
memisahkan individu yang sehat ATAU belum memiliki gejala COVID-19 tapi memiliki riwayat
kontak dengan pasien konfirmasi COVID-19 ATAU memiliki riwayat bepergian ke wilayah yang sudah
terjadi transmisi lokal.
Isolasi adalah proses mengurangi risiko penularan melalui upaya memisahkan individu yang sakit
baik yang sudah dikonfirmasi laboratorium ATAU memiliki gejala COVID-19 dengan masyarakat luas.

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


26

Masa Isolasi dan Karantina


ISOLASI KARANTINA
• Istilah untuk mengurangi transmisi • Istilah untuk mengurangi transmisi
pada KASUS. pada KONTAK.

• Kriteria penghentian isolasi: • Mengantisipasi bahwa 95 % kontak


• Minimal 10 hari sejak timbul akan menunjukkan gejala pada 14 hari
gejala. setelah terinfeksi.
• DAN gejala dan tanda sudah
membaik. • Lama pemantauan karantina adalah
• DAN tidak ada demam minimal 3 14 hari.
(tiga) hari terakhir tanpa obat.
Memperkuat
Surveilans
28

Memperkuat Surveilans
Rekomendasi untuk Pengujian Laboratorium
• Semua kasus yang dicurigai harus dilakukan uji untuk infeksi SARS-CoV-2.
Informasi lebih lanjut tentang modalitas pengujian dapat dilihat dalam modul Diagnosis & Manajemen.

• Bergantung pada jumlah kasus dan kapasitas laboratorium, pengujian mungkin


hanya dapat dilakukan pada sebagian kasus yang dicurigai.
• Jika tersedia sumber daya yang memadai, pengujian dapat dilakukan secara lebih
luas untuk lebih memahami tingkat penyebaran virus, seperti melalui pengawasan
sentinel.
29

Memperkuat Surveilans
Populasi Berisiko Tinggi
Surveilans untuk SARS-CoV-2 dapat dikembangkan pada kelompok berisiko
tinggi tertentu yang tidak sesuai dengan definisi kasus terduga, seperti:
• Penyakit pernapasan akut pada sekelompok petugas medis.
• Infeksi pernafasan akut yang berat atau pneumonia di keluarga, tempat
kerja, atau jejaring sosial.
• Pasien rawat inap yang menderita pneumonia, atau bahkan mungkin
pasien dengan pneumonia yang dievaluasi dalam perawatan primer.
• Pasien ICU yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi.
• Kematian akibat infeksi.
30

Memperkuat Surveilans
Pasien Berisiko Tinggi Secara Medis
Selain itu, surveilans untuk SARS-CoV-2 dapat diperluas ke pasien yang
memiliki gejala dari kelompok yang berisiko lebih tinggi yang mengalami
komplikasi medis, seperti:
• Orang tua, khususnya mereka yang tinggal berdekatan dengan ruang
publik seperti tempat rehabilitasi
• Orang yang memiliki kondisi medis kronis yang serius termasuk:
• Penyakit jantung
• Diabetes
• Penyakit paru-paru
• Obesitas
Melaporkan
Data Surveilans
32

Melaporkan Data Surveilans ke Gugus Tugas


Diutamakan: Pelaporan Berbasis Kasus
Setiap wilayah di Indonesia harus mengembangkan sistem pelaporan kasus
oleh fasilitas kesehatan atau dinas kesehatan setempat kepada otoritas
kesehatan nasional.
• Menunjuk penanggung jawab di setiap fasilitas kesehatan atau dinas
kesehatan untuk melaporkan.
• Membagikan formulir laporan kasus dalam bahasa nasional/daerah ke
setiap fasilitas atau dinas kesehatan.
• Identifikasi sistem untuk transmisi data ke tingkat nasional (misalnya
email, telepon, dll).
• Lakukan pemeriksaan kualitas data yang dikumpulkan secara berkala.
33

Melaporkan Data Surveilans ke Gugus Tugas


Diutamakan: Pelaporan Berbasis Kasus dan Kontak
Gugus Tugas meminta agar setiap wilayah
melaporkan kasus COVID-19 yang terduga dan
terkonfirmasi dalam waktu 24 jam setelah
identifikasi.
• Informasi yang diminta diuraikan dalam
formulir laporan perubahan kasus untuk
COVID-19 yang terkonfirmasi.
• Formulir dapat diakses di: Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19) ver 5. Juli 2020.
34

Pencatatan dan Pelaporan Data COVID-19


Pencatatan dan pelaporan COVID-19 terdiri dari:

Laporan Pengiriman
Laporan Notifikasi Laporan Penyelidikan
dan Pemeriksaan
Kasus Spesimen
Epidemiologi

Laporan Pelacakan dan


Pemantauan Kontak Laporan Harian
Agregat
(Data Kontak)

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


35

Pencatatan dan Pelaporan Data COVID-19


1. Pencatatan dan pelaporan kasus COVID-19 online berbasis aplikasi:
 All Record TC-19 (https://allrecord-tc29.kemkes.go.id), dan
 Sistem Online Pelaporan Harian COVID-19 (s.id/laporhariancovid).
2. Untuk laboratorium Rumah Sakit yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan
COVID-19 dengan menggunakan alat TCM Tuberkulosis melaporkan hasil
pemeriksaan dan penggunaan reagennya melalui Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB).
3. Wilayah yang tidak bisa melaporkan secara online, pengiriman pelaporan
dilakukan secara offline menggunakan formulir.
4. Laporan offline dari fasyankes akan diinput ke aplikasi online oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Variabel dicatat dan dilaporkan sesuai jenis laporannya.

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


36

Alur Pencatatan dan Pelaporan Data COVID-19

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


37

Melaporkan Data Surveilans ke Gugus Tugas


Alternatif: Data Agregat Harian dan Mingguan
Jika pelaporan berbasis kasus tidak dapat diberikan, negara diminta untuk
menyediakan data agregat harian dan mingguan
• Data agregat harian yang akan dilaporkan oleh tingkat administrasi
pertama (misalnya, regional, provinsi, negara bagian, kota):
• Jumlah kasus baru yang terkonfirmasi (confirmed)
• Jumlah kematian baru
• Data agregat mingguan
• Jumlah kasus baru yang terkonfirmasi (confirmed)
• Jumlah kemungkinan kasus baru
• Jumlah kematian baru karena terjangkit COVID-19
• Jumlah COVID-19 kasus baru yang dirawat di rumah sakit
38

Melaporkan Data Surveilans ke Gugus Tugas


Alternatif: Data Agregat Harian dan Mingguan
• Data gabungan mingguan lanjutan
• Jumlah kasus COVID-19 baru yang dirawat dengan ventilasi mekanik atau oksigenasi membran
ekstrakorporeal atau dimasukkan ke unit perawatan intensif.
• Jumlah kasus baru dan kematian baru berdasarkan kelompok umur (tahun) dengan
pengelompokan kelompok 0 hingga <2, 2 hingga <5, 5 hingga <15, 15 hingga <50, 50 hingga <65
dan ≥65 tahun, atau serupa.
• Rasio jenis kelamin kumulatif dari kasus yang terkonfirmasi (confirmed) dan meninggal
• Jumlah total uji laboratorium yang dilakukan.
• Jumlah total hasil tes yang positif SARS-CoV-2.
• Jika memungkinkan, jumlah kontak yang ditindaklanjuti dan jumlah kontak yang baru
teridentifikasi.
Prosedur untuk melaporkan data ini ke Gugus Tugas serupa dengan yang diterapkan
untuk pelaporan berbasis kasus.
39
Contoh formulir pelaporan

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


40
Contoh formulir pelaporan

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


41
Contoh formulir pelaporan

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


42
Contoh formulir pelaporan

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


43
Contoh formulir pelaporan

Sumber: pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 rev.5


44

Melaporkan Data Surveilans ke WHO


Diutamakan: Pelaporan Berbasis Kasus
Indonesia berkewajiban memberikan laporan kasus berpotensi dan
terkonfirmasi ke WHO dalam waktu 48 jam setelah identifikasi.
• Informasi yang diminta diuraikan dalam formulir laporan perubahan kasus
untuk COVID-19 yang terkonfirmasi.
• Formulir dapat diakses di:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331234/WHO-2019-nCo
V-SurveillanceCRF-2020.2-eng.pdf
45

Melaporkan Data Surveilans ke WHO


Formulir Laporan Kasus WHO untuk COVID-19

Formulir laporan kasus yang telah direvisi untuk Kasus Novel Coronavirus COVID-19 yang Sudah Dikonfirmasi
(laporan ke WHO dalam identifikasi kasus selama 48 jam)

Tanggal pelaporan ke otoritas kesehatan nasional: [H] [H]/[B] [B]/[T] [T] [T] [T]

Negara pelapor: _____________________


Mengapa dilakukan uji COVID-19:
Kontak kasus Meminta perawatan kesehatan karena dugaan COVID-19 Terdeteksi pada titik masuk Pemulangan
Sistem pemantauan penyakit pernapasan rutin (mis. Influenza) Tidak diketahui
Jika tidak ada pada ceklis dii atas, jelaskan: ________________________________________________________

Bagian 1: Informasi pasien


46

Melaporkan Data Surveilans ke WHO


Mengirimkan Informasi Surveilans
• Jika hasil pasien tidak di tempat pada saat pengajuan laporan (dalam waktu
48 jam identifikasi), pembaruan laporan harus diberikan segera setelah
informasi hasil tersedia, atau, paling lambat, dalam waktu 30 hari dari
laporan pertama.
• Informasi harus disampaikan melalui narahubung Nasional dan Regional
untuk Regulasi Kesehatan Internasional (2005) di kantor regional WHO
setempat.
47

Melaporkan Data Surveilans ke WHO


Mengirimkan Informasi Surveilans

• Template untuk revisi daftar baris dalam format Excel dan kamus data,
termasuk saran untuk nama variabel dan spesifikasinya, dapat diakses
pada:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/
technical-guidance/surveillance-and-case-definitions
Pelacakan Kontak
(Contact Tracing)
49

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Pendahuluan
Pelacakan kontak meliput proses identifikasi semua kontak yang terkait dengan
kasus yang terkonfirmasi (confirmed) dan memastikan bahwa kontak tersebut
mengetahui bahwa mereka terpapar dan menerapkan tindakan pencegahan.

Kontak Kontak
Kasus yang
Kasus yang
terkonfirmasi
terkonfirmasi

Kontak Kontak
Kontak
50

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Definisi Kontak COVID-19
WHO telah menetapkan kontak sebagai orang yang terlibat dalam hal-hal
berikut dalam 14 hari setelah timbulnya gejala pada pasien dengan COVID-19:
• Memberikan perawatan langsung kepada pasien COVID-19 tanpa menggunakan
peralatan perlindungan pribadi yang memadai.
• Tetap berada di lingkungan yang sama dengan pasien COVID-19 (termasuk berbagi
tempat kerja, ruang kelas, atau rumah, atau berada di pertemuan yang sama.
• Bepergian dalam jarak dekat dengan (yaitu, memiliki jarak kurang dari 1 m dari)
seorang pasien dengan COVID-19.

WHO merekomendasikan untuk menindaklanjuti semua kontak.


51

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Kelompok yang harus ditelusuri
• Semua orang yang berada di lingkungan tertutup yang sama dengan kasus
(rekan kerja, satu rumah, sekolah, pertemuan).
• Semua orang yang mengunjungi rumah kasus baik saat di rumah maupun di
fasyankes.
• Semua tempat yang dikunjungi kasus seperti kerabat, spa.
• Semua fasyankes yang dikunjungi kasus termasuk seluruh petugas kesehatan
tanpa APD standar.
• Semua orang yang berkontak dengan jenazah dari kematian sampai penguburan.
• Semua orang yang bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut yang
digunakan.
52

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Metode Penelusuran Kontak

Tindak lanjut pasif:


• Ketika suatu kasus teridentifikasi, kontak disarankan untuk mendapatkan
perawatan medis jika timbul gejala.
• Seseorang dapat disarankan untuk memantau sendiri gejala selama 14 hari
setelah terjadi paparan.
53

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Metode Penelusuran Kontak

Tindak lanjut aktif:


• Ketika suatu kasus teridentifikasi, kontak dihubungi secara teratur untuk
memantau segala gejala penyakit.
• Seseorang dapat diberikan saran kesehatan, dihubungi setiap hari, dan ditanya
tentang gejala yang terkait selama 14 hari setelah paparan terjadi.
*Metode yang diutamakan untuk pelacakan kontak COVID-19 jika tersedia sumber daya yang cukup di suatu negara.
54

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Protokol Investigasi Penularan dalam Rumah Tangga oleh WHO
WHO telah membuat protokol investigasi penularan dalam rumah tangga untuk
SARS-CoV-2.
Tujuan dari studi penularan ini adalah:
• Untuk lebih memahami tingkat penularan dalam rumah tangga dengan memperkirakan
tingkat infeksi sekunder untuk kontak dalam rumah tangga pada tingkat individu, dan
faktor-faktor yang terkait dengan variasi dalam risiko infeksi sekunder.
• Untuk mengelompokkan kasus sekunder, termasuk serangkaian presentasi klinis, faktor
risiko infeksi, dan tingkat dan fraksi infeksi asimptomatik.
• Untuk mengelompokkan respons serologis setelah infeksi SARS-CoV-2 yang
terkonfirmasi (sangat dianjurkan, tetapi opsional, tergantung pada kapasitas dan
sumber daya laboratorium).
55

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Protokol Investigasi Penularan dalam Rumah Tangga oleh WHO

Tujuan sekunder yang juga dapat dievaluasi dari data ini adalah:
• Estimasi interval serial dalam rumah tangga.
• Perkiraan masa inkubasi, lamanya infeksi, dan lamanya pelepasan virus
yang terdeteksi.
• Identifikasi karakter durasi dan tingkat keparahan COVID-19.
56

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Protokol Investigasi Penularan dalam Rumah Tangga oleh WHO

• Rumah tangga: sekelompok orang (2 atau


lebih) tinggal di tempat tinggal yang sama.
Kasus yang
terkonfirmasi
• Kontak dalam rumah tangga adalah orang
yang tinggal di rumah yang sama dengan
kasus yang terkonfirmasi yang disertai
gejala.
Kontak dalam Kontak dalam
Rumah Tangga Rumah Tangga
57

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Protokol Investigasi Penularan dalam Rumah Tangga oleh WHO

• Rumah tangga mungkin perlu diabaikan jika


tanggal onset bersamaan untuk lebih dari satu
anggota keluarga, kecuali dinamika penularan
dapat ditentukan.
Kasus yang
terkonfirmasi
• Setiap kontak rumah tangga dengan gejala klinis
dalam waktu 14 hari dari paparan/kontak
terakhir dengan kasus primer harus dianggap
Kontak dalam Kontak dalam sebagai kasus terduga, dan oleh karena itu perlu
Rumah Tangga Rumah Tangga
dikelola.
58

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Uji Laboratorium

Uji Laboratorium:
• Panduan laboratorium untuk SARS-CoV-2 dapat ditemukan
di situs web WHO pada modul Diagnosis dan Manajemen
pelatihan ini.
• Beberapa tes yang digunakan untuk mendeteksi SARS-CoV-
2 telah dikembangkan dan protokol atau prosedur operasi
standar (SOP) dapat ditemukan di situs web WHO.
59

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Uji Laboratorium

Serologi:
• Di daerah-daerah di mana memungkinkan tersedianya
sumber daya yang cukup, sampel darah beku berpasangan
harus diambil.
• Sampel serologis berpasangan dari kasus yang terkonfirmasi
akan membantu dalam pengembangan pengujian serologis,
untuk menentukan tingkat serangan infeksi sekunder yang
akurat.
60

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Protokol Investigasi Penularan dalam Rumah Tangga oleh WHO
Pertimbangan Etik:
• Di beberapa negara, investigasi ini bisa berada di bawah pengawasan
kesehatan masyarakat (tanggap darurat) dan tidak memerlukan persetujuan
kelayakan dari Dewan Peninjau Institusional.
• Harus mendapat persetujuan semua kasus dan kontak yang bersedia
berpartisipasi dalam penyelidikan sebelum prosedur apapun dilakukan.
61

Pelacakan Kontak (Contact Tracing)


Protokol Investigasi Penularan dalam Rumah Tangga oleh WHO
Pertimbangan Etik:
• Manfaat utama dari penelitian ini adalah bahwa data yang dikumpulkan akan
membantu meningkatkan dan menjadi pedoman dalam memahami
penyebaran SARS-CoV-2 dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Risikonya
minim untuk peserta dan dapat memberikan manfaat deteksi dini infeksi SARS-
CoV-2.
• Seluruh petugas investigasi harus mendapat pelatihan tentang prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi (kontak standar, droplet, atau tindakan
kewaspadaan melalui udara, sebagaimana ditentukan oleh pedoman nasional
atau daerah).
62

• Surveilans (pengawasan) adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi data kesehatan


secara sistematis dan terus menerus serta penyebaran data kepada pihak yang
membutuhkan secara tepat waktu yang berguna untuk perencanaan, implementasi, dan
evaluasi penerapan kesehatan masyarakat.
• Definisi kasus surveilans adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan penyakit
dalam rangka pengawasan kesehatan masyarakat.

Kesimpulan
63

• Definisi kasus COVID-19 oleh Gugus Tugas mencakup suspek, probable, terkonfirmasi,
dan kontak erat.
• Gugus Tugas meminta agar otoritas nasional melaporkan kasus COVID-19 terduga dan
terkonfirmasi dalam waktu 24 jam sejak identifikasi, diutamakan melalui pelaporan
berbasis kasus.
• Pelacakan kontak meliput proses identifikasi semua kontak yang terkait dengan kasus
yang terkonfirmasi dan memastikan bahwa kontak tersebut mengetahui bahwa mereka
terpapar dan menerapkan tindakan pencegahan.
• Pelacakan kontak dapat mencakup tindak lanjut aktif yang diutamakan untuk COVID-19,
atau tindak lanjut pasif.

Kesimpulan
64

CONTOH-HASIL KEGIATAN SURVEILANS COVID-19 PADA TINGKAT NASIONAL


CONTOH-HASIL KEGIATAN SURVEILANS COVID-19 PADA TINGKAT NASIONAL 65
Referensi

• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID 19). Maret 2020.
https://covid19.kemkes.go.id/download/REV-04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Rev. 05 – 13 July 2020.
• Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. Tata kelola COVID 19: Pendekatan pelayanan berorientasi pasien dan keluarga, in publishing,
Juni 2020
• WHO. Global Surveillance for COVID-19 disease caused by human infection with novel coronavirus (COVID-19).
https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1270873/retrieve
• WHO. 2019 Novel Coronavirus (2019‐nCoV): STRATEGIC PREPAREDNESS AND RESPONSE PLAN.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/srp-04022020.pdf
• WHO. Household transmission investigation protocol for 2019-novel coronavirus (2019-nCoV) infection.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/20200125-20019-ncov-household-transmission-investigation-protocol-final.p
df?sfvrsn=bb74cb59_2&download=true

• WHO. Revised case report form for Confirmed Novel Coronavirus COVID-19.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331234/WHO-2019-nCoV-SurveillanceCRF-2020.2-eng.pdf
• WHO. Coronavirus disease (COVID-19) Situation Report – 139.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200607-covid-19-sitrep-139.pdf?sfvrsn=79dc6d08_2
• PDKI. Tata Kelola COVID-19, Jakarta, 2020.

Anda mungkin juga menyukai