Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daur Hidrologis

Siklus hidrologi dimulai dari air menguap akibat panasnya matahari.

Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang didalam lapisan tanah bagian atas

(evaporasi), air yang ada dalam tumbuhan (transpirasi) hewan, dan manusia

(transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir, didalam atmosfir uap ini akan

menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk

menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai air hujan.

Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk kedalam air permukaan (runoff), ada

yang meresap kedalam tanah (perlokasi) dan menjadi air tanah baik yang dangkal

maupun yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul

kepermukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-

sama dengan air tanah dangkal, dan air yang berada dalam tubuh akan menguap

kembali untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologis ini akan terus berulang

(Soemirat, 2007).

Menurut Chandra (2007) berdasarkan sumbernya air tawar dimuka bumi ini

dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Air hujan (air angkasa)

Walau pada saat prepitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut

cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.

Universitas Sumatera Utara


2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk,

rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan.

3. Air Tanah

Berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian mengalami

perlokasi atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara

alamiah..Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain,

pertama air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit sehingga tidak perlu

mengalami proses furifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup

tersedia sepanjang tahun..Sementara itu beberapa kelemahan dari air tanah

dibanding air lainnya adalah mengandung zat-zat mineral dalam kosentrasi yang

tinggi. Kosentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium,

dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air (Chandra, 2007).

Karakteristik air tanah kadang-kadang sangat berbeda dengan kualitas air

permukaan. Pada saat infiltrasi kedalam tanah, air permukaan mengalami kontak

dengan mineral-mineral yang terdapat dalam tanah dan melarutkannya, sehingga

kualitas air mengalami perubahan karena terjadi reaksi kimia. Kadar oksigen air

yang masuk kedalam tanah menurun, digantikan oleh karbondioksida yang berasal

dari aktivitas biologis, yaitu dekomposisi bahan organik yang terdapat dalam

lapisan tanah pucuk (top soil). Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif

tinggi sehingga jika kontak dengan udara, mengalami oksigenisasi. Ion ferri yang

banyak terdapat dalam air akan teroksidasi menjadi ion ferro akan mengalami

Universitas Sumatera Utara


presipitasi serta membentuk warna kemerahan pada air (Effendi, 2003).

Air tanah terbagi menjadi 3 yaitu : air tanah dangkal, air tanah dalam dan

mata air.

a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan,

demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi masih

banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan

tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan

tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,

pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat

dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul

merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air

minum melalui sumur-sumur dangkal.

b. Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak

semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan

memasukan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara

100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka

air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan

sumur artetis. Jika air tak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakanlah

pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

Universitas Sumatera Utara


Kualitas dari air tanah dalam umumnya lebih baik dari air dangkal, karena

penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

a. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah.

Mata air yang berasal dari dalam tanah, hampir tidak terpengaruh oleh musim

dan kualitas. Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas

rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan umbul dimana air ke luar ke

permukaan pada suatu dataran (Sutrisno, 2006).

2.2. Peranan Air Dalam Kehidupan

Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan.

Air terdapat diseluruh badan, ditulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang,

didarah dan diginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat

jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari

tulang, 75 % dari urat syaraf 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75 % dari otot adalah

air..Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian.

Karena orang dewasa perlu minum minimum 1,5-2 liter sehari (Soemirat, 2007).

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,

mandi, mencuci. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang

memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang,

termasuk indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara

kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum

( Notoatmojo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2.3. Standar Kualitas Air

Standar Air minum adalah suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang

kosentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum.

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak

berbau. Air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman antara lain :

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

3. Tidak berasa dan tidak berbau

4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan WHO atau Departemen Kesehatan

dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan

air bersih dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter biologi

dan parameter radioaktivitas yang terdapat dalam air minum tersebut.

2.3.1. Parameter Fisika

Parameter fisika umumnya dapat di identifikasi dari kondisi fisik air tersebut.

Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat

terlarut (TDS). Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak

menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu bau busuk juga disebabkan proses

penguraian yang terdapat di dalam air. Air juga harus jernih, air keruh mengandung

partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.

Air yang baik juga tidak memiliki rasa/tawar. Air yang berasa asin disebabkan adanya

Universitas Sumatera Utara


garam-garam dalam air, berasa asam adanya asam dalam air dan rasa pahit

disebabkan adanya basa di dalam air. Suhu juga tidak boleh memiliki perbedaan yang

mencolok dengan udara sekitar, air yang secara mencolok suhu berada diatas atau

dibawah suhu udara berarti mengandung zat-zat terlarut atau sedang terjadi proses

biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. Padatan terlarut total

adalah bahan padat terlarut yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan

lain yang apabila bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi maka

dapat mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.

2.3.2. Parameter Kimiawi

Parameter kimia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu kimia anorganik dan

kimia organik. Dalam standar air minum di indonesia, zat kimia anorganik adalah

arsenik, mercury, timbal, selenium, seng, sulfat, cadmium, khlor, tembaga, sianida,

besi, zat-zat berbahaya dan beracun, serta derajat keasaman (pH). Sedangkan zat

kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organic chemicals,

deterjen, minyak bensin, plastik, zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat

oksigen..Salah satu parameter kimia adalah Fe.

Besi atau ferrum adalah metal bewarna putih keperakan, liat dan dapat

dibentuk..Unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi akan unsur

tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang berguna untuk metabolisme tubuh.

Untuk keperluan ini tubuh memerlukan 7-35 mg unsur tersebut perhari. yang tidak

hanya di peroleh dari air (Sutrisno, 2006). Didalam air, Fe menimbulkan rasa, warna

(kuning), pengendapan pada. dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.

Universitas Sumatera Utara


Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin (Soemirat, 2007).

Hal-Hal yang Mempengaruhi Kelarutan Fe dalam Air :

1. Kedalaman

Air hujan yang turun jatuh ke tanah dan mengalami infiltrasi masuk ke dalam

tanah yang mengandung FeO akan bereaksi dengan H2O dan CO2 dalam tanah

dan membentuk Fe (HCO3)2 dimana semakin dalam air yang meresap ke dalam

tanah semakin tinggi juga kelarutan besi karbonat dalam air tersebut.

2. pH

pH air akan terpengaruh terhadap kesadahan kadar besi dalam air, apabila pH

air rendah akan berakibat terjadinya proses korosif sehingga menyebabkan

larutnya besi dan logam lainnya dalam air, pH kurang dari 7 yang dapat

melarutkan logam. Dalam keadaan pH rendah, besi yang ada dalam air berbentuk

ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan mengendap dan tidak larut dalam air serta

tidak dapat dilihat dengan mata sehingga mengakibatkan air menjadi berwarna,

berbau dan berasa.

3. Suhu

Suhu adalah temperatur udara.Temperatur yang tinggi menyebabkan menurunnya

kadar O2 dalam air, kenaikan temperatur air juga dapat mengguraikan derajat

kelarutan mineral sehingga kelarutan Fe pada air tinggi.

4. Bakteri besi

Bakteri besi (Crenothrix, Lepothrix, Galleanella, Sinderocapsa dan Sphoerothylus)

adalah bakteri yang dapat mengambil unsur besi dari sekeliling lingkungan

Universitas Sumatera Utara


hidupnya sehingga mengakibatkan turunnya kandungan besi dalam air, dalam

aktifitasnya bakteri besi memerlukan oksigen dan besi sehingga bahan makanan

dari bakteri besi tersebut. Hasil aktifitas bakteri besi tersebut menghasilkan

presipitat (oksida besi) yang akan menyebabkan warna pada pakaian dan

bangunan. Bakteri besi merupakan bakteri yang hidup dalam keadaan anaerob dan

banyak terdapat dalam air yang mengandung mineral. Pertumbuhan bakteri akan

menjadi lebih sempurna apabila air banyak mengandung CO2 dengan kadar yang

cukup tinggi.

5. CO2 agresif

Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas yang terdapat dalam air.

Berdasarkan bentuk dari gas Karbondioksida (CO2) di dalam air, CO2 dibedakan

menjadi : CO2 bebas yaitu CO2 yang larut dalam air, CO2 dalam kesetimbangan,

CO2 agresif. Dari ketiga bentuk karbondioksida (CO2) yang terdapat dalam air,

CO2 agresif-lah yang paling berbahaya karena kadar CO2 agresif lebih tinggi dan

dapat menyebabkan terjadinya korosi sehingga berakibat kerusakan pada logam

dan beton. Menurut Powell, CO2 bebas yang asam akan merusak logam apabila

CO2 tersebut bereaksi dengan air. karena akan merusak logam. Reaksi ini dikenal

sebagai teori asam. Dalam reaksi tersebut diketahui bahwa asam karbonat tersebut

secara terus akan merusak logam, karena selain membentuk FeCO3 sebagai hasil

reaksi antara Fe dan H2CO3, selanjutnya FeCO3 bereaksi dengan air dan gas

oksigen (O2) menghasilkan zat 2FeOH dan 2H2CO3 dimana H2CO3 tersebut

Universitas Sumatera Utara


akan menyerang logam kembali sehingga proses pengrusakan logam akan secara

terus-menerus.

2.3.3. Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri coliform sebagai organisme

penunjuk (indikator). Dalam laboratorium istilah total coliform menunjukan bakteri

coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya..Istilah fecal coliform

(koliform tinja) menunjukan bakteri coliform yang berasal dari tinja manusia atau

hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter biologi dimaksudkan untuk

mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum.

2.3.4. Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya sama, yakni menimbulkan kerusakan

sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi

genetik. Kematian sel dapat diganti apabila sel dapat ber regenerasi dan apabila tidak

seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan

mutasi. Sinar alpha, beta, gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan

tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit dan sinar gamma dapat menembus sangat

dalam. Kerusakan ditentukan oleh intensitas serta luasnya pemaparan (Mulia 2005).

2.4. Dampak Fe Terhadap Kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai

pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang

sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh

tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia

Universitas Sumatera Utara


tidak dapat mengekresikan Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung

menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi.

Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan

kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air

berbau seperti telur busuk.

Pada hemokromatesis primer besi yang diserap dan disimpan dalam jumlah

yang berlebihan di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi

sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks dengan

mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan

pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Hemokromatis sekunder terjadi karena

transfusi yang berulang-ulang. Dalam keadaan ini besi masuk ke dalam tubuh

sebagai hemoglobin dari darah yang ditransfusikan dan kelebihan besi ini tidak

disekresikan. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tapi dalam jumlah yang besar

dapat menyebabkan kerusakan dinding usus. Kematian sering disebabkan oleh

kerusakan dinding usus (Anonim, 2009).

2.5. Pengolahan Air Minum

Pengolahan air minum adalah upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan

sehat sesuai dengan standar mutu air untuk kesehatan. Proses pengolahan air minum

merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan biologi air baku agar memenuhi

syarat untuk digunakan sebagai air minum.

Tujuan dan kegiatan pengolahan air minum adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. Menurunkan kesadahan air.

2. Mengurangi bau, rasa, dan warna.

3. Menurunkan dan mematikan mikroorganisme.

4. Mengurangi kadar bahan-bahan terlarut di dalam air.

5. Memperbaiki derajat keasaman (pH).

Pengolahan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif..Dengan

berkembangya penduduk dan teknologi perkotaan, pengolahan air khusus dilakukan

oleh Perusahaan Air Minum (PAM).

Namun sebaliknya, jika masih terdapat air yang kualitasnya kurang baik perlu

dilakukan pengolahan dengan teknik sederhana dan tepat. Proses kimia pada

pengolahan air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi dan oksidasi.

Semua proses kimia tersebut dapat dilakukan secara sederhana ataupun dengan

menggunakan teknik modern. Pengolahan air secara biologi untuk mematikan

patogen dapat berlangsung bersama-sama dengan reaksi kimia dan fisika atau secara

khusus memberikan desinfektan.

Pengolahan air secara fisika yang mudah dilakukan adalah penyaringan,

pengendapan dan absorpsi (Kusnaedi, 2006). Beberapa Metode yang dapat

dilakukan untuk menurunkan kadar Fe dalam air adalah :

a. Koagulasi

Koagulasi merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Reaksi

koagulasi dapat berjalan dengan membubuhkan zat pereaksi (koagulan) sesuai zat

terlarut. Koagulan yang banyak digunakan adalah kapur, tawas dan kaporit.

Universitas Sumatera Utara


Pertimbangannya karena garam-garam seperti Ca, Fe dan Al bersifat tidak larut

dalam air sehingga mampu mengendap bila bertemu dengan sisa-sisa basa. Proses

ini digambarkan sebagai berikut :

+ _____________

Ion pada air Zat kimia Endapan

Gambar. 2.1. Proses koagulasi

b. Aerasi

Aerasi merupakan suatu sistem oksigenasi melalui penangkapam O2 dari udara

pada air olahan yang akan diproses. Pemasukan oksigen ini bertujuan agar

oksigen dapat bereaksi dengan kation yang ada di dalam air olahan. Reaksi

kation dan oksigen menghasilkan oksidasi logam yang sukar larut dalam air

sehingga dapat mengendap.

c. Filtrasi

Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan.

Proses penyaringan bisa merupakan proses awal (primary treatment) atau

penyaringan dari proses sebelumnya, misalnya penyaringan dari hasil koagulasi.

Apabila air yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus

atau bahan-bahan yang larut sebelum proses penyaringan sebaiknya dilakukan

proses koagulasi atau netralisasi yang menghasilkan endapan. Dengan demikian

bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dengan filtrasi (Kusnaedi, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Dalam proses penjernihan air minum diketahui dua macam filter, yaitu saringan

pasir lambat ( slow sand filter) dan saringan pasir cepat (rapid sand filter).

1). Saringan Pasir Lambat ( slow sand filter)

Saringan pasir lambat dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air

kotor. Saringan pasir lambat sangat cocok untuk komunitas skala kecil atau

skala rumah tangga. Hal ini tidak lain karena debit air bersih yang dihasilkan

relatif kecil. Ada dua jenis proses penyaringan yang terjadi pada saringan

pasir lambat, yakni secara fisika dan secara biologi. Partikel-partikel yang ada

dalam sumber air yang keruh secara fisik akan tertahan oleh lapisan pasir,

disisi lain, bakteri-bakteri dari genus pseudomonas dan trichoderma akan

tumbuh dan berkembang biak. Saat proses filtrasi pathogen yang tertahan oleh

saringan akan dimusnahkan oleh bakteri tersebut. Secara berkala pasir dan

kerikil harus dibersihkan, hal ini untuk menjaga kualitas air bersih yang

dihasilkan selalu terjaga dan yang terpenting adalah tidak terjadi penumpukan

patogen/kuman pada saringan. Untuk disenfeksi kuman dalam air dapat

digunakan berbagai cara seperti brominasi, ozonisasi, penyinaran ultraviolet

ataupun menggunakan aktif karbon (Aimyaya,2009). Penyaringan akan

berjalan baik jika tinggi pasir tersebut 70-100 cm, tinggi lapisan kerikil 25-30

cm, diameter pasir berkisar antara 0,2–0,4 cm (Said, 2005).

2). Saringan Pasir Cepat ( rapid sand filter)

Merupakan saringan air yang dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan

yang lebih banyak daripada saringan pasir lambat. Walaupun demikian,

Universitas Sumatera Utara


saringan ini kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air

yang disaring. Secara umum bahan lapisan saringan pasir cepat sama dengan

pasir lambat yakni pasir, kerikil dan batu. Perbedaan yang terlihat jelas adalah

pada arah aliran air ketika penyaringan. Saringan pasir lambat arah aliran

airnya dari atas kebawah, sedangkan pada saringan pasir cepat dari bawah

keatas (up flow). Selain itu saringan pasir cepat umumnya dapat melakukan

backwash atau pencucian saringan tanpa membongkar saringan (Aimyaya,

2009). Menurut Sanropie (1984) dalam Nainggolan tahun 2008, pasir cepat

diameter pasir 0,5-2, mm, kerikil diameter 25-50 mm dan tebal pasir efektif

sekitar 80–120 cm. Saringan pasir cepat bisa digunakan untuk menyaring telur

cacing, kista amoeba, larva cacing, mengurangi Fe dan mangan.

d. Oksidasi dengan khlorine (khlorinisasi)

Khlorin,CL2 dan ion hipokrit (OCL)- adalah merupakan oksidator yang kuat

meklipun pada kondisi Ph rendah dan oksigen terlarut sedikit tetap dapat

mengoksidasi dengan cepat.Untuk melakukan khlorinasi, chlorine dilarutkan

dalam air yang jumlahnya diatur dengan melalui flowmeter atau dosimeter yang

disebut khlorinator..Pemakaian kaporit atau kalsium hipoklorit untuk

mengoksidasi atau menghilangkan Fe relatip mudah, karena kaporit berupa

serbuk atau tablet yang mudah larut dalam air.

e. Penghilangan Fe Dengan Cara Pertukaran Ion

Penghilangan besi dan mangan dengan cara pertukaran ion yaitu dengan cara

mengalirkan air baku yang mengandung Fe melalui suatu media penukaran ion.

Universitas Sumatera Utara


Sehingga Fe akan bereaksi dengan media penukaran ionnya..Sebagai media

penukaran ion yang sering dipakai zeolite alami yang merupakan senyawa

hydrous silikat aluminium dengan calsium dan natrium (Na).

f. Penghilangan Fe dengan Mangan Zeolit

Air baku yang mengandung besi dan mangan dialirkan melalui suatu filter bed

yang media filternya terdiri dari mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7)..Mangan

Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi yang ada

dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferri-oksida yang tak larut dalam air.

Reaksi penghilangan besi mangan zeolite tidak sama denganp roses pertukaran

ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dengan oksida mangan tinggi (higher

mangan oxide). Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan

mangan-dioksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan

pengendapan dan penyaringan. Selama proses berlangsung kemampunan

reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh.

Untuk regenerasinya dapat dilakukan dengan menambahkan larutan kalium

permanganat kedalam zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga akan terbentuk

lagi mangan zeolit (K2Z.MnO.Mn2O7).

2.5.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Saringan

1. Temperatur

Menurut Sularso (1998:20) yang dikutif dari hasil penelitian Ridwan Efisiensi

penyaringan juga dipengaruhi oleh temperatur, karena temperatur mempengaruhi

kecepatan reaksi-reaksi kimia serta metabolisme bakteri dan mikroorganisme

Universitas Sumatera Utara


lainnya selama penyaringan. Temperatur yang baik apabila aktivitas bakteri tinggi,

dengan tingginya aktivitas maka terbentuklah lapisan lendir pada media filter

sehingga partikel-partikel yang lebih kecil dari porositas media penyaring dapat

bertahan lama.

2. Potensial hidrogen (pH)

Menurut Sanropie,et,al (1984:57) yang dikutif dari penelitian Ridwan Kondisi pH

lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 maka akan menyebabkan korosifitas

pada pipa-pipa air yang terbuat dari logam dan dapat mengakibatkan beberapa

senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan manusia.

3. Kualitas air

Pendapat Sularso (1998:20) yang dikutif dari hasil penelitian Ridwan kualitas air

yang diolah semakin baik, maka akan baik pula hasil penyaringan, Jika kadar

pencemar air tinggi maka masa operasi filter akan pendek.

4. Diameter media

Menurut Huisman (Sularso, 1998:20) semakin halus butiran yang digunakan

sebagai media penyaring, semakin baik air yang dihasilkan. Jika diameter butiran

kecil, akan meningkatkan penyaringan.

2.6. Zeolit

Nama zeolit berasal dari kata “zein” yang berarti mendidih dan lithos”yang

artinya batuan, disebut demikian karena mineral ini mempunyai sifat mendidih atau

mengembang apabila dipanaskan. Zeolit merupakan batuan atau mineral alam yang

secara kimiawi termasuk golongan mineral silika dan dinyatakan sebagai alumina

Universitas Sumatera Utara


silikat terhidrasi, berbentuk halus, dan merupakan hasil produk sekunder yang stabil

pada kondisi permukaan karena berasal dari proses sedimentasi, pelapukan maupun

aktivitas hidrotermal.

Mineral zeolit dikenal sebagai bahan alam dan umumnya dalam bentuk

batuan clinoptilolite, mordenite, barrerite, chabazite, stilbite, analcime dan

laumonlite, sedangkan offerite, paulingite, dan mazzite hanya sedikit dan jarang

dijumpai.

zeolit merupakan senyawa alumina silika (Si/Al) yang mempunyai pori dan luas

permukaan yang relatif besar, sehingga mempunyai sifat adsorpsi yang tinggi.

Zeolit dengan kandungan Si yang tinggi seperti clinoptilolite, mordenite, dan

ferrierite dikelompokkan sebagai batuan acidic (Tsitsishvili et al dalam Setyowati,

2002). Zeolit merupakan kristal berongga yang terbentuk oleh jaringan silika alumina

tetrahedral tiga dimensi dan mempunyai struktur yang relatif teratur dengan rongga

yang di dalamnya terisi oleh logam alkali atau alkali tanah sebagai penyeimbang

muatannya. Rongga tersebut merupakan suatu sistem saluran yang didalamnya terisi

oleh molekul air (Ismaryata, 1999).

Ada banyak cara aktivasi zeolit antara lain dengan perlakuan asam, perlakuan garam

dan proses hidrotermal. Dengan perlakuan asam menghasilkan rasio Si/Al lebih tinggi

dibandingkan dengan dealuminasi melalui proses hidrotermal.

Menurut Ismaryata dalam penelitian Fatha Perlakuan asam menyebabkan

kemampuan adsorpsi zeolit menjadi lebih tinggi, karena banyaknya pori-pori zeolit

yang membuka dan permukaan zeolit yang lebih luas. Aktivasi zeolit dengan

Universitas Sumatera Utara


perlakuan asam dan garam, karena perlakuan garam akan membantu menghilangkan

pengotor pengotor pada pori zeolit yang masih tertinggal setelah perlakuan asam.

Melalui modifikasi tertentu zeolit dapat diubah menjadi suatu padatan yang

mempunyai manfaat lebih, antara lain sebagai katalis, adsorben, penukar ion, dan

sebagai padatan pendukung lainnya. Menurut Amelia (2003) Sifat zeolit meliputi:

dehidrasi, penukar ion, adsorpsi, katalis dan penyaringan/pemisahan.

2.6.1. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses yang bertujuan untuk melepaskan molekul-molekul

air dari kisi kristal sehingga terbentuk suatu rongga dengan permukaan yang lebih

besar dan tidak lagi terlindungi yang berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Proses

dehidrasi mempunyai fungsi utama melepas molekul air dari kerangka zeolit sehingga

mempertinggi keaktifan zeolit. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-pori

atau volume yang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut di

panaskan.

2.6.2. Penukar ion

Penukar ion di dalam zeolit adalah proses dimana ion asli yang terdapat dalam

intra kristalin diganti dengan kation lain dari larutan.

2.6.3. Adsorpsi

Pada keadaan normal, ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air

bebas yang berada di sekitar kation. Bila kristal zeolit dipanaskan pada suhu sekitar

300-400 C°. Air tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai

penyerap gas atau cairan. Dehidrasi menyebabkan zeolit mempunyai struktur pori

Universitas Sumatera Utara


yang sangat terbuka, dan mempunyai luas permukaan internal yang luas sehingga

mampu mengadsorpsi sejumlah besar substansi selain air.

2.6.4. Katalisis

Zeolit merupakan katalisator yang baik karena mempunyai pori-pori yang

besar dengan permukaan yang luas dan juga memiliki sisi aktif.

2.6.5. Penyaringan / pemisahan

Zeolit dapat memisahkan molekul gas atau zat dari suatu campuran tertentu

karena mempunyai rongga yang cukup besar dengan garis tengah yang bermacam-

macam (antara 2-3 Å). Volume dan ukuran garis tengah ruang kosong dalam kristal-

kristal ini menjadi dasar kemampuan zeolit untuk bertindak sebagai penyaring

molekul. Molekul yang berukuran lebih kecil dapat masuk ke dalam pori, sedangkan

molekul yang berukuran lebih besar dari pori akan tertahan (Khairinal dan

Trisunaryanti dalam Fatha 2007)..

2.6.6. Penyaringan dengan Menggunakan Zeolit

Penyaringan dengan zeolit adalah saringan yang menggunakan zeolit sebagai

media katalisator yang dapat menghilangkan Fe di dalam air. Air baku yamg

mengandung bes dialirkan melalui suatu filter bed yang media filternya terdiri dari

mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).Mangan zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada

waktu yang bersamaan besi yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferri-

oksida yang tak larut dalam air. Reaksi penghilangan besi mangan zeolit tidak sama

dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dengan oksida

mangan tinggi (higher mangan oxide). Filtrat yang terjadi mengandung ferri-oksida

Universitas Sumatera Utara


dan yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan

penyaringan (Said, 2005). Media filter yang biasanya digunakan adalah pasir, kerikil

dan zeolit..Dikarenakan juga karena air olahan yang akan disaring berupa cairan yang

mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan,

dipisahkan dari cairan melalui filtrasi (Kusnaedi,1995) .

Menurut Tjokrokusumo (1995) pada pengolahan air baku dimana proses

koagulasi tidak perlu dilakukan, maka air baku langsung dapat disaring dengan

saringan jenis apa saja termasuk pasir kasar. Metoda dengan menggunakan zeolit

digunakan dikarenakan banyak diperoleh keuntunganya antara lain :

1. Bebas lumpur dan endapan

2. Biaya cukup murah

3. Bebas dari bahan kimia berbahaya pada efluennya

4. Dapat menghasilkan air dengan kesadahan 0

5. Sederhana dalam pengoperasian

6. Dapat membuat air yang berada dalam kondisi pH asam menjadi lebih netral

berdasarkan kapasitas perubahan kationnya yang besar.

7. Dengan mengkombinasikannya bersama pasir dapat menurunkan Fe sampai

93,52% (Ridwan,2005).

2.7. Karbon Aktif

Karbon berpori atau lebih dikenal dengan nama karbon aktif, digunakan

sebagai adsorben untuk menghilangkan warna, pengolahan limbah, pemurnian air.

Karbon aktif akan membentuk amorf yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas

Universitas Sumatera Utara


dan memiliki permukaan dalam yang berongga, warna hitam, tidak berbau, tidak

berasa, dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

karbon yang belum menjalani proses aktivasi. Karbon aktif merupakan senyawa

karbon, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari

arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang

lebih luas.

Karbon aktif diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas

atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang

lemah. Karbon aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet

yang sangat keras tipe pori lebih halus, diperoleh dari tempurung kelapa, batu bata

atau bahan baku yang mempunyai struktur keras (Puspita, 2008).

Karbon aktif memiliki ruang pori sangat banyak dengan ukuran tertentu.

Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus (molekul) dan

menjebaknya disana. Dengan berjalannya waktu pori-pori ini pada akhirnya akan

jenuh dengan partikel-partikel sangat halus sehingga tidak akan berfungsi lagi.

Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali,

meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai.

Secara umum karbon/arang aktif biasanya dibuat dari arang tempurung

dengan pemanasan pada suhu 600-2000°C pada tekanan tinggi. Pada kondisi ini akan

terbentuk rekahan-rekahan (rongga) sangat halus dengan jumlah yang sangat banyak,

sehingga luas permukaan arang tersebut menjadi besar. 1 gram karbon aktif, pada

umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif

Universitas Sumatera Utara


dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran. Karbon aktif sangat

aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut, baik di air

maupun di udara. Apabila dibiarkan di udara terbuka, maka dengan segera akan

menyerap debu halus yang terkandung diudara (Purwakusuma, 2002).

2.7.1. Penyaringan Dengan Menggunakan Karbon Aktif

Penyaringan dengan karbon aktif adalah penyaringan dengan menggunakan

karbon aktif sebagai media absorpsi yang merupakan proses penyerapan bahan-bahan

tertentu. Dengan penyerapan tersebut air menjadi jernih karena zat-zat didalamnya

diikat oleh absorben. Media filter yang digunakan adalah pasir, kerikil, dan karbon

aktif. Absorpsi dalah proses dimana suatu partikel terperangkap kedalam suatu media

dan seolah-olah menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut. Karbon aktif

memiliki pori-pori yang sangat banyak yang berguna untuk menangkap partikel-

partikel (molekul) dan menjebaknya disana (Puspita, 2008). Digunakan karbon aktif

karena berfungsi menghilangkan zat organik, bau, rasa serta polutan mikro lainnya,

( Said, 1999). Dengan mengkombinasikanya bersama pasir dapat menurunkan Fe

sampai 92,57% ( Ridwan, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.8. Kerangka Konsep

Penyaringan
dengan zeolit

Air Sumur Saringan pasir Kadar Besi


Penurunan
Bor tanpa perlakuan (Fe) Air setelah
SSsshjhsa Kadar Fe
Penyaringan

Penyaringan
dengan karbon
aktif

Pemeriksaan Pemeriksaan
Laboratorium Laboratorium

Gambar. 2.2. Kerangka Konsep

2.9. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada perbedaan bermakna antara pemberian zeolit dan karbon aktif

denganpenurunan kadar Fe setelah melewati penyaringan.

Ha : Ada perbedaan bermakna antara pemberian zeolit dan karbon aktif dengan

penurunan kadar Fe setelah melewati penyaringan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai