Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dhany Rachmawan pada mata kuliah Hukum Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Lingkungan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dhany Rachmawan, selaku dosen mata
kuliah Hukum Lingkungan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….... 1
DAFTAR ISI………………………………………………....... 2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………….. 3
A. Latar Belakang……………………… 3.1
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………. 4
A. Kasus 1………………………………. 4.1
B. Kasus 2………………………………. 4.2
C. Kasus 3………………………………. 4.3
D. Kasus 4………………………………. 4.4
E. Kasus 5……………………………….. 4.5
BAB 3 PENUTUPAN…………………………………………. 5
A. Kesimpulan……………………………………………5.1
B. Daftar Pusaka………………………………………...5.2
BAB 1
LATAR BELAKANG
Terjadinya laporan kontaminasi air sungai irigasi yang di gunakan untuk keperluan
sumber minum warga sekitar dan perusahaan air minum yang mengelolah air untuk
kebutuhan warga perkotaan, fungsi utama saluran irigasi adalah untuk mengairi sawah
di kawasan sekitarnya. Kontaminasi diduga berasal dari air limbah PT. Sejahtera.
PT. Sejahtera merupakan industry yang bergerak di bidang penyamakan kulit dengan
menggunakan dedaunan.
Informasi Tambahan:
1. Kontaminasi terjadi di kota Surabaya, Jawa Timur.
2. Lokasi Pabrik di Kota Surabaya, Jawa Timur.
3. Kantor pusat PT. Sejahtera di Jalan Pahlawan, Bandung, Jawa Barat.
Case 1
1. Apakah dapat di katakana bahwa PT. Sejahtera telah melanggar baku mutu air
limbah?
Iya, karena limbah yang di hasilkan oleh pabrik PT. Sejahtera sudah
mengkontaminasi sungai irigasi warga yang menjadi sumber air minum. Seperti
yang ditulis di UU tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 1 ayat (13)
2. Apakah PT. Sejahtera menggunakan Bahan Berbahaya dan Beracun dalam proses
produksinya?
Bisa dikatakan bahwa PT. Sejahtera menggunakan bahan berbahaya pada
proses produksinya, dikarenakan adanya bahan-bahan berbahaya dan beracun
di hasil pemeriksaan kualitas air limbah. Yang di tulis juga di UU tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (21), (22).
Case 2
Jika kemudian warga pemilik sawah mengalami kerugian berupa kegagalan panen
sebagai dampak pencemaran tersebut:
bisa, yaitu berdasarkan pada pasal 91 UU no. 32 tahun 2009 ayat (1):
“Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila
mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.”
Sesuai dengan Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa “Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
manusia”. Warga dapat mengajukan gugatan ganti rugi, karena PT. Sejahtera
terbukti melanggar Baku Mutu Air Limbah dan sesuai pasal 87 ayat (1) Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, mengatur bahwa “Setiap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu.”
2. Apasaja yang harus dibuktikan warga pemilik lahan untuk melengkapi gugatannya?
Warga pemilik lahan tidak perlu membuktikan sesuai dengan prinsip Strict
Liability. Prinsip Strict Liability atau “bertanggung jawab mutlak” diatur dalam
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Penjelasan Pasal 88 UUPPLH
dinyatakan yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability
adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai
dasar pembayaran ganti rugi. Dalam kasus ini digunakan prinsip Strict Liability
karena air limbah PT. Sejahtera telah terbukti mengandung B3. Apabila tidak
terbukti mengandung B3 maka yang harus dibuktikan warga pemilik lahan untuk
melengkapi gugatannya sesuai prinsip Liability based on Fault adalah warga
pemilik lahan harus membuktikan unsur kesalahan dari pelaku/PT. Sejahtera.
Pada kasus ini diketahui warga pemilik sawah mengalami kerugian berupa
kegagalan panen sebagai dampak pencemaran dari Industri Penyamakan Kulit
milik PT. Sejahtera yang diatas telah terbukti melanggar Baku Mutu Air Limbah.
3. Apakah warga dapat mengajukan gugatan class action? Jelaskan beserta dasar
hukumnya
Bisa, Class action adalah suatu cara yang diberikan kepada sekelompok orang
yang mempunyai kepentingan dalam suatu masalah, baik seorang atau lebih
anggotanya menggugat atau digugat sebagai perwakilan kelompok tanpa harus
turut serta dari setiap anggota kelompok. dimana pengadilan akan
menilai/memperhatikan:
a. Class action merupakan tindakan yang paling baik untuk mengajukan gugatan;
b. mempunyai kesamaan tipe tuntutan yang sama;
c. penggugatnya sangat banyak; dan
d. perwakilannya layak atau patut..
Yang berpotensi terkena sanski pidana, menurut pasal 116 ayat (1)”Apabila
tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan
usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. badan usaha;
dan/atau b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana
tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut.” Pada kasus ini yang terkena sanski ialah tuan Asmi karena
berdasarkan pasal 116 ayat (1) huruf b.
116 Ayat (2) ”Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau
berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha,
sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak
pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara
sendiri atau bersamasama”.
Pada kasus 3 yang berpotensi terkena sanksi pidana adalah :
1. badan hukum itu sendiri (Pasal 116 (1) huruf a dan Pasal 119 UUPPLH)
2. Pemimpin badan usaha (Pasal 117 dan Pasal 118 UUPPLH) dan
3. Tn. Asmi (Pasal 116 (1) huruf b dan Pasal 117 UUPPLH, karena
diketahui bahwa kegiatan dilakukan berdasarkan perintah dan pengawasan
manager unit produksi pabrik yakni Tn. Asmi .
Ketiga operator mesin pencampuran Polan, Fulan dan Mulan bebas sanksi
pidana karena sesuai pasal 116 ayat (2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan
hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup
kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana
tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama.
Case 4
3. Apakah kegiatan tersebut wajib dilengkapi amdal? Jelaskan jawaban saudara beserta
dasar hukumnya
Kegiatan Industri Penyamakan Kulit PT. Sejahtera itu karena tidak diketahui
luasnya maka kegiatan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti apakah wajib
dilengkapi AMDAL atau tidak. Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Hehutanan Republik Indonesia Nomor: p.38/menlhk/setjen/kum.1/7/2019 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup pada lampiran I no.8 jika lebih dari 20 ha luasnya di
kota, kegiatan tersebut wajib AMDAL dan jika lebih dari 30 ha jika di kabupaten
kegiatan tersebut wajib AMDAL.
BAB 3
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Pembuangan air limbah perusahaan industri pabrik yang terjadi di Kota Surabaya, Jawa
Timur. Merupakan air limbah yang dibuang dari saluran outlet IPAL yang belum
memenuhi baku mutu lingkungan yang menyebabkan pencemaran air di lingkungan
sekitar. Air limbah yang masuk ke Sungai irigasi tanpa melalui proses
pengolahan belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan, sehingga hal ini
tidak sesuai dengan Pasal 68 huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menyatakan: “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban: c. Mentaati tentang ketentuan tentang baku mutu
lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”
1. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5560/tanggung-jawab-
kerusakan--bencana/
2. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt57ff10d6bb0af/hukuman-
bagi-perusahaan-pelaku-pencemaran-lingkungan/
3. https://www.academia.edu/5253472/HUKUM_LINGKUNGAN_-
_Pengajuan_Gugatan_Ganti_Rugi_dengan_Menggunakan_SIstem_Class_Action
4. https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-pemerintah-nomor-
101-tahun-2014-tentang-pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun.pdf
5. https://bangazul.com/limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3/