Anda di halaman 1dari 12

Hukum Lingkungan

Analisi kasus PT. Sejahtera

Dosen : Bapak Dhany Rachmawan

Tahun Akademik 2019

Disusun oleh :

Nama : Alika Shanya Deivira 010001800046

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA


Jalan Kyai Tapa No. 1 Grogol
Jakarta Barat, Indonesia
Phone: (62-21) 566 3232
Fax: (62-21) 564 4270 
Email: humas@trisakti.ac.id
 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dhany Rachmawan pada mata kuliah Hukum Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Lingkungan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dhany Rachmawan, selaku dosen mata
kuliah Hukum Lingkungan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….... 1
DAFTAR ISI………………………………………………....... 2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………….. 3
A. Latar Belakang……………………… 3.1
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………. 4
A. Kasus 1………………………………. 4.1
B. Kasus 2………………………………. 4.2
C. Kasus 3………………………………. 4.3
D. Kasus 4………………………………. 4.4
E. Kasus 5……………………………….. 4.5
BAB 3 PENUTUPAN…………………………………………. 5
A. Kesimpulan……………………………………………5.1
B. Daftar Pusaka………………………………………...5.2
BAB 1
LATAR BELAKANG

Terjadinya laporan kontaminasi air sungai irigasi yang di gunakan untuk keperluan
sumber minum warga sekitar dan perusahaan air minum yang mengelolah air untuk
kebutuhan warga perkotaan, fungsi utama saluran irigasi adalah untuk mengairi sawah
di kawasan sekitarnya. Kontaminasi diduga berasal dari air limbah PT. Sejahtera.
PT. Sejahtera merupakan industry yang bergerak di bidang penyamakan kulit dengan
menggunakan dedaunan.

Informasi Tambahan:
1. Kontaminasi terjadi di kota Surabaya, Jawa Timur.
2. Lokasi Pabrik di Kota Surabaya, Jawa Timur.
3. Kantor pusat PT. Sejahtera di Jalan Pahlawan, Bandung, Jawa Barat.

Hasil pemeriksaan kualitas air limbah adalah sebagai berikut:


NO BAHAN KADAR
1. BOD2 40 mg/l
2. COD 90 mg/l
3. TSS 30 mg/l
4. KROM TOTAL 0,20 mg/l
5. MINYAK DAN LEMAK 5,0 mg/l
6. NITROGEN TOTAL 20 mg/l
7. AMONIA TOTAL 0,7 mg/l
8. SULFIDA 0,6 mg/l
9. Ph 7
10. DEBIT LIMBAH 40 m2/ton bahan baku
BAB 2
PEMBAHASAN

Case 1

1. Apakah dapat di katakana bahwa PT. Sejahtera telah melanggar baku mutu air
limbah?
 Iya, karena limbah yang di hasilkan oleh pabrik PT. Sejahtera sudah
mengkontaminasi sungai irigasi warga yang menjadi sumber air minum. Seperti
yang ditulis di UU tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 1 ayat (13)

2. Apakah PT. Sejahtera menggunakan Bahan Berbahaya dan Beracun dalam proses
produksinya?
 Bisa dikatakan bahwa PT. Sejahtera menggunakan bahan berbahaya pada
proses produksinya, dikarenakan adanya bahan-bahan berbahaya dan beracun
di hasil pemeriksaan kualitas air limbah. Yang di tulis juga di UU tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (21), (22).

Case 2

Jika kemudian warga pemilik sawah mengalami kerugian berupa kegagalan panen
sebagai dampak pencemaran tersebut:

1. Apakah warga dapat mengajukan gugatan ganti rugi?

 bisa, yaitu berdasarkan pada pasal 91 UU no. 32 tahun 2009 ayat (1):
“Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila
mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.”
Sesuai dengan Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa “Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
manusia”. Warga dapat mengajukan gugatan ganti rugi, karena PT. Sejahtera
terbukti melanggar Baku Mutu Air Limbah dan sesuai pasal 87 ayat (1) Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, mengatur bahwa “Setiap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu.”

2. Apasaja yang harus dibuktikan warga pemilik lahan untuk melengkapi gugatannya?

 Warga pemilik lahan tidak perlu membuktikan sesuai dengan prinsip Strict
Liability. Prinsip Strict Liability atau “bertanggung jawab mutlak” diatur dalam
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Penjelasan Pasal 88 UUPPLH
dinyatakan yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability
adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai
dasar pembayaran ganti rugi. Dalam kasus ini digunakan prinsip Strict Liability
karena air limbah PT. Sejahtera telah terbukti mengandung B3. Apabila tidak
terbukti mengandung B3 maka yang harus dibuktikan warga pemilik lahan untuk
melengkapi gugatannya sesuai prinsip Liability based on Fault adalah warga
pemilik lahan harus membuktikan unsur kesalahan dari pelaku/PT. Sejahtera.
Pada kasus ini diketahui warga pemilik sawah mengalami kerugian berupa
kegagalan panen sebagai dampak pencemaran dari Industri Penyamakan Kulit
milik PT. Sejahtera yang diatas telah terbukti melanggar Baku Mutu Air Limbah.

3. Apakah warga dapat mengajukan gugatan class action? Jelaskan beserta dasar
hukumnya

 Dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor. 36/KMA/SK/II/2013 tentang


Pemberlakuan Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan Hidup dijelaskan
bahwa warga dapat mengajukan gugatan class action dengan Prosedur Gugatan
Perwakilan Kelompok (Class Action) mengacu pada Pasal 91 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
jo PERMA No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok.
Dalam Pasal 91 ayat (1) UUPPLH menegaskan bahwa “Masyarakat berhak
mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri
dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”.

4. Ke pengadilan mana gugatan tersebut diajukan?

 Gugatan tersebut diajukan ke Peradilan Umum, Karena gugatan tersebut terkait


perdata secara umum (Sesuai Pasal 87 ayat 1 UUPPLH dan Pasal 1365
KUHPerdata). Badan yang menjalankannya terdiri dari Pengadilan Negeri
sebagai pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi sebagai pengadilan
tingkat banding. Peradilan ini diatur dengan UU No.2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum jo. UU No.8 Tahun 2004 jo. UU No.49 Tahun 2009 jo. Putusan
MK Nomor 37/PUU-X/2012. Pada kasus tersebut yang merupakan kasus perdata
maka gugatan tersebut sesuai Pasal 118 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement
(“HIR”) diajukan sesuai domisilinya ke Pengadilan Negeri Bandung karena
alamat kantor pusat PT. Sejahtera di Jalan Pahlawan Bandung, Jawa Barat.

5. Apakah warga dapat mengajukan gugatan dalam bentuk class action?

 Bisa, Class action adalah suatu cara yang diberikan kepada sekelompok orang
yang mempunyai kepentingan dalam suatu masalah, baik seorang atau lebih
anggotanya menggugat atau digugat sebagai perwakilan kelompok tanpa harus
turut serta dari setiap anggota kelompok. dimana pengadilan akan
menilai/memperhatikan:
a. Class action merupakan tindakan yang paling baik untuk mengajukan gugatan;
b. mempunyai kesamaan tipe tuntutan yang sama;
c. penggugatnya sangat banyak; dan
d. perwakilannya layak atau patut..

6. Apakah dalam kasus tersebut PT Sejahtera Bertanggung jawab secara mutlak?


Jelaskan
 Iya, sebagaimana diatur dalam pasal 88 UU No. 32 tahun 2009 yang berbunyi
setiap orang yang tindakannya, usahanya dan/atau kegiatannya menggunakan
B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas
kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.

Pada kasus tersebut PT. Sejahtera sesuai LAMPIRAN I Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dalam Tabel.3 Daftar Limbah B3 dari Sumber Spesifik
Umum Kode Industri/Kegiatan No. 34, Industri PT. Sejahtera mengandung B3,
maka sesuai Pasal 88 UUPPLH, PT. Sejahtera bertanggung jawab secara mutlak
Case 3

1. Siapakah yang berpotensi terkena sanski pidana?

 Yang berpotensi terkena sanski pidana, menurut pasal 116 ayat (1)”Apabila
tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan
usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. badan usaha;
dan/atau b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana
tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut.” Pada kasus ini yang terkena sanski ialah tuan Asmi karena
berdasarkan pasal 116 ayat (1) huruf b.

116 Ayat (2) ”Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau
berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha,
sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak
pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara
sendiri atau bersamasama”.
Pada kasus 3 yang berpotensi terkena sanksi pidana adalah :
1. badan hukum itu sendiri (Pasal 116 (1) huruf a dan Pasal 119 UUPPLH)
2. Pemimpin badan usaha (Pasal 117 dan Pasal 118 UUPPLH) dan
3. Tn. Asmi (Pasal 116 (1) huruf b dan Pasal 117 UUPPLH, karena
diketahui bahwa kegiatan dilakukan berdasarkan perintah dan pengawasan
manager unit produksi pabrik yakni Tn. Asmi .
Ketiga operator mesin pencampuran Polan, Fulan dan Mulan bebas sanksi
pidana karena sesuai pasal 116 ayat (2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan
hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup
kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana
tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama.

2. Apa saja bentuk sanski pidana yang dapat dikenakan?


 Yaitu sanski pidana yang berupa hukuman penjara dan denda , Menurut pasal
104 UUPLH “Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke
media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”
3. Apakah PT Sejahtera dapat dikenai sanski pidana?
 Dapat, karena pt sejahtera termasuk badan usaha hukum berdasarkan pasal 114
UUPLH “Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak
melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
” dan pasal 119 UUPLH “Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau
tindakan tata tertib berupa: a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
pidana; b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan; c.
perbaikan akibat tindak pidana; d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan
tanpa hak; dan/atau e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling
lama 3 (tiga) tahun. ”

4. Apakah jajaran direksi PT sejahtera dapat dikenai sanski pidana?


 Tidak bisa, karena menurut pasal 118 “Terhadap tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana dijatuhkan kepada
badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan
di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku
fungsional.”

Case 4

1. Siapa yang berwenang melakukan ijin?jelaskan jawaban!


 Menurut pasal 76 ayat (1) yang berhak melakukan pencabutan ijin adalah
menteri,gubernur,atau/ walikota. Dalam kasus tersebut, maka yang berhak
mencabut ijin adalah walikota Surabaya atau gubernur jawa timur

2. Bagaimana prosedur pencabutan ijin berdasarkan UUPPLH?


 Prosedur pencabutan izin tidak terdapat di UU PPLH tetapi terdapat di Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penerapan Sanski Administratif di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengenai prosedur dijelaskan pada Pasal 5 ayat
(1) “Penerapan sanski administatif harus memperhatikan legilitas kewenangan,
prosedur yang tepat, ketepatan penerapan sanski, kepastian tiada cacat yuridis
dan asas kelestarian dan keberlanutan.” Sedangkan penerapan sanski
administatif dilakukan melalui mekanisme, bertahap, bebas dan kumulatif hal
tersebut tertera pada Pasal 5 ayat (2). Kemudian pada Pasal 8 ayat (2) dalam
melaksanakan kewenangan penerapan sanski administratif sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1). Pertama, menteri dapat menugaskan/melimpahkan
sebagai kewenangannya pada pejabat eslon 1 yang bertanggung jawab di
bidang penataan hukum lingkungan. Kedua, gubernur dapat
menugaskan/melimpahkan sebagian kewenangannya pada kepala

3. Apakah kegiatan tersebut wajib dilengkapi amdal? Jelaskan jawaban saudara beserta
dasar hukumnya
 Kegiatan Industri Penyamakan Kulit PT. Sejahtera itu karena tidak diketahui
luasnya maka kegiatan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti apakah wajib
dilengkapi AMDAL atau tidak. Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Hehutanan Republik Indonesia Nomor: p.38/menlhk/setjen/kum.1/7/2019 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup pada lampiran I no.8 jika lebih dari 20 ha luasnya di
kota, kegiatan tersebut wajib AMDAL dan jika lebih dari 30 ha jika di kabupaten
kegiatan tersebut wajib AMDAL.
BAB 3
PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Pembuangan air limbah perusahaan industri pabrik yang terjadi di Kota Surabaya, Jawa
Timur. Merupakan air limbah yang dibuang dari saluran outlet IPAL yang belum
memenuhi baku mutu lingkungan yang menyebabkan pencemaran air di lingkungan
sekitar. Air limbah yang masuk ke Sungai irigasi tanpa melalui proses
pengolahan belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan, sehingga hal ini
tidak sesuai dengan Pasal 68 huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menyatakan: “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban: c. Mentaati tentang ketentuan tentang baku mutu
lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”

Dampak negatif dari pencemaran Sungai Irigasi akibat pembuangan


limbah industri oleh PT Sejahtera terhadap masyarakat adalah tidak ada lagi warga yang
mengkonsumsi / menggunakan / memakai air sungai irigasi tersebut karena air sungai
tersebut berbau tidak sedap, kotor, sarana penularan penyakit/gudang penyakit
(seperti: diare, gatal-gatal, alergi, dan penyakit kulit lainnya), adanya biota-biota tertentu
yang mati di dalam sungai tersebut, bahkan jika dibiarkan terus menerus tercemar akan
memperburuk tingkat kesehatan, irigasi yang tidak memenuhi standar akan membuat
kehidupan disekitar 125 sungai semakin kumuh. Menurut Pasal 65 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, lingkungan harus dijaga dan diperlihara dengan sebaik-baiknya supaya
diperoleh keadaan yang seimbang antar manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5560/tanggung-jawab-
kerusakan--bencana/
2. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt57ff10d6bb0af/hukuman-
bagi-perusahaan-pelaku-pencemaran-lingkungan/
3. https://www.academia.edu/5253472/HUKUM_LINGKUNGAN_-
_Pengajuan_Gugatan_Ganti_Rugi_dengan_Menggunakan_SIstem_Class_Action
4. https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-pemerintah-nomor-
101-tahun-2014-tentang-pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun.pdf
5. https://bangazul.com/limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3/

Anda mungkin juga menyukai