Oleh
1. 1 Latar Belakang
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang cukup penting dan
merupakan bagian dari daur hidrologi yang tidak terpisahkan. Distribusi hujan
akan berbeda-beda menurut ruang dan waktu sebagai akibat dari pengaruh faktor
cuaca lainnya seperti suhu, angin, radiasi surya dan kelembaban serta kondisi
topografi. Hujan merupakan satu bentuk presitipasi yang berwujud cairan.
Presipitasi sendiri dapat berwujud padat. Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh ke bumi dari awan.
Data hujan merupakan data yang mempunyai sifat fundamental dan sangat
diperlukan untuk keperluan perencanaan ataupun pekerjaan-pekerjaan yang
terkait dengan hidrologi seperti erosi tanah, pengendalian banjir, irigasi dan
cadangan/ketersediaan air. Data curah hujan diukur dengan satuan tinggi (mm) di
atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan
CH adalah mm, inch.
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan
sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu
penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini
diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam/atau disekitar kawasan tesebut.
Curah hujan setiap hari yang direkam dari stasiun curah hujan digunakan sebagai
masukan untuk pemodelan konsep periode pertumbuhan yang dihitung
berdasarkan curah hujan dengan metode interpolasi spasial. Interpolasi adalah
suatu metode atau fungsi matematika yang menduga nilai pada lokasi-lokasi yang
datanya tidak tersedia. Interpolasi spasial mengasumsikan bahwa attribut data
bersifat kontinu di dalam ruang (space) dan attribut ini saling berhubungan
(dependence) secara spasial (Anderson,2001). Kedua asumsi tersebut
mengindikasikan bahwa pendugaan attribut data dapat dilakukan berdasarkan
lokasi-lokasi di sekitarnya dan nilai pada titik-titik yang berdekatan akan lebih
mirip daripada nilai pada titik-titik yang terpisah lebih jauh. suatu areal terdapat
beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-
rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal.
Pengujian metode untuk meramalkan sebaran curah hujan menggunakan
aplikasi berbasis system infromasi geografi yang bisa ditampilkan sebagai peta
rata-rata curah hujan dalam setiap bulannya. Dan hujan setiap hari di setiap
bulannya. Zone curah hujan dalam bentuk poligon melingkupi permukaan curah
hujan yang dibuat berdasarkan metode thiessen., serta statistik curah hujan untuk
setiap zone diestimasikan menggunakan fungsi-fungsi matematika.
Penerapan analisa curah hujan dengan metode Thiessien Poligon pada data
curah hujan di wilayah studi, dan pengujian dengan program aplikasi ArcGIS
untuk analisa sebaran permukaan hujan yang bisa memberikan pola sebaran titik-
titik lokasi yang memuat informasi dalam bentuk layout peta.
4. Membagi garis lurus antara dua stasiun (garis 1) yang berdekatan sama
panjang
5. Menarik garis tegak lurus dari garis 1 pada titik pembagi garis
tersebut(garis 2)
2.1 Hasil
Dari hasil gambar yang telah saya lakukan , diperoleh hasil sebagai
berikut.
2.1.1 Cara Aritmatik
2.1.2 Cara Theisen
2.1.3 Cara Isohiyet
2.2 Pembahasan
R = 1/n(S1+S2+...........Sn)
Keterangan :
R = curah hujan titik (mm)
N = jumlah titik pengamatan
Penyelesaian:
Diketahui : R1: 175 mm R2: 250 mm R3: 250 mm R4: 250 mm R5: 350 mm R6:
200 mm R7: 250 mm R8: 300 mm R9: 350 mm
Ditanya : Berapakah rerata curah hujan wilayah ?
Jawab :
R = 1/8 (175+250+250+250+350+200+250+300+350) mm
R = 1/8 ( 2375 ) mm
R = 296, 875 mm
Jadi, berdasarkan data curah hujan pada kedelapan titik di wilayah tersebut
menghasilkan rerata curah hujan wilayah yaitu 296, 875 mm.
2.2.2 Metode Polygon Thiesen
A1 + A2 +...................An
Penyelesaian:
Diketahui: Dengan skala 1: 20.000
Titik stasiun (R) Jumlah CH (mm) Luas Wilayah (A)
R1 175 57 mm
R2 250 72 mm
R3 250 99 mm
R4 250 288 mm
R5 350 131 mm
R6 200 94 mm
R7 250 98 mm
R8 300 123 mm
R9 350 196 mm
Jawab :
a. Tentukan luas A berdasarkan skala 1:10.000
A1 = 57 mm
= 5,7 cm x 20.000 cm
= 114.000 cm
= 1,14 km
A2 = 72 mm
= 7,2 cm x 20.000 cm
= 144.000 cm
= 1,44 km
A3 = 99 mm
= 9,9 cm x 20.000 cm
= 198.000 cm
= 1,98 km
A4 = 288 mm
= 2,88 cm x 20.000 cm
= 576..000 cm
= 5,76 km
A5 = 131 mm
= 1,31 cm x 20.000 cm
= 262.000 cm
= 2,62 km
A6 = 94 mm
= 9,4 cm x 20.000 cm
= 188.000 cm
= 1,88 km
A7 = 98 mm
= 9,8 cm x 20.000 cm
= 196.000 cm
= 1,96 km
A8 = 123 mm
= 1,23 cm x 20.000 cm
= 246.000 cm
= 2,46 km
A9 = 196 mm
= 1,96 cm x 20.000 cm
= 392.000 cm
= 3,92 km
A total = 1,14+1,44+1,98+5,76+2,62+1,88+1,96+2,46+3,92
= 23, 16 km
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8
= 6387,5
23,16
= 275,798791 km
= 275.798.791 mm
Jadi, rerata curah hujan pada wilayah tersebut menggunakan metode polygon
thiesen adalah 275.798.791 mm .
A1 + A2 +...................An
Penyelesaian:
Diketahui:
R9 350 249 mm
Ditanya : a. Berapakah luas wilayah daerah tersebut ?
b. Berapakah rerata curah hujan pada wilayah tersebut?
Jawab :
a. Tentukan luas A berdasarkan skala 1:20.000
A1 = 76 mm
= 7,6 cm x 20.000 cm
= 152.000 cm
= 1,52 km
A2 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km
A3 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km
A4 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km
A5 = 249 mm
= 2,49 cm x 20.000 cm
= 498.000 cm
= 4,98 km
A6 = 131 mm
= 1,31 cm x 20.000 cm
= 262.000 cm
= 2,62 km
A7 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km
A8 = 183 mm
= 18,3 cm x 20.000 cm
= 366.000 cm
= 3,66 km
A9 = 249 mm
= 2,49 cm x 20.000 cm
= 498.000 cm
= 4,98 km
A total = 1,52+9,78+9,78+9,78+4,98+2,62+9,78+3,66+4,98
= 56,88 km
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8
= 15.154
56,88
= 266,420534 km
= 266.420.534 mm
Jadi, rerata curah hujan pada wilayah tersebut menggunakan metode ishoyet
adalah 266.420.534 mm.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
http://christinmori.blogspot.co.id/2013/06/penakar-hujan-type-hellman.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41256/Chapter?sequence4