Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM VII

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI


MENGHITUUNG LUAS WILAYAH

Oleh

Nama : Winda Destrilia


NPM : 1713034013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang cukup penting dan
merupakan bagian dari daur hidrologi yang tidak terpisahkan.  Distribusi hujan
akan berbeda-beda menurut ruang dan waktu sebagai akibat dari pengaruh faktor
cuaca lainnya seperti suhu, angin, radiasi surya dan kelembaban serta kondisi
topografi. Hujan merupakan satu bentuk presitipasi yang berwujud cairan.
Presipitasi sendiri dapat berwujud padat. Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh ke bumi dari awan.
Data hujan merupakan data yang mempunyai sifat fundamental dan sangat
diperlukan untuk keperluan perencanaan ataupun  pekerjaan-pekerjaan yang
terkait dengan hidrologi seperti erosi tanah, pengendalian banjir, irigasi dan
cadangan/ketersediaan air. Data curah hujan diukur dengan satuan tinggi (mm) di
atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan
CH adalah mm, inch.
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan
sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu
penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini
diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam/atau disekitar kawasan tesebut.
Curah hujan setiap hari yang direkam dari stasiun curah hujan digunakan sebagai
masukan untuk pemodelan konsep periode pertumbuhan yang dihitung
berdasarkan curah hujan dengan metode interpolasi spasial. Interpolasi adalah
suatu metode atau fungsi matematika yang menduga nilai pada lokasi-lokasi yang
datanya tidak tersedia. Interpolasi spasial mengasumsikan bahwa attribut data
bersifat kontinu di dalam ruang (space) dan attribut ini saling berhubungan
(dependence) secara spasial (Anderson,2001). Kedua asumsi tersebut
mengindikasikan bahwa pendugaan attribut data dapat dilakukan berdasarkan
lokasi-lokasi di sekitarnya dan nilai pada titik-titik yang berdekatan akan lebih
mirip daripada nilai pada titik-titik yang terpisah lebih jauh. suatu areal terdapat
beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-
rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal.
Pengujian metode untuk meramalkan sebaran curah hujan menggunakan
aplikasi berbasis system infromasi geografi yang bisa ditampilkan sebagai peta
rata-rata curah hujan dalam setiap bulannya. Dan hujan setiap hari di setiap
bulannya. Zone curah hujan dalam bentuk poligon melingkupi permukaan curah
hujan yang dibuat berdasarkan metode thiessen., serta statistik curah hujan untuk
setiap zone diestimasikan menggunakan fungsi-fungsi matematika.
Penerapan analisa curah hujan dengan metode Thiessien Poligon pada data
curah hujan di wilayah studi, dan pengujian dengan program aplikasi ArcGIS
untuk analisa sebaran permukaan hujan yang bisa memberikan pola sebaran titik-
titik lokasi yang memuat informasi dalam bentuk layout peta.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam laporan
ini adalah sebagai berikut
1.2.1. Bagaimana mengubah data curah hujan titik menjadi data curah hujan
wilayah?
1.2.2. Bagaimana menghitung luas masing-masing wilayah menggunakan
perhitangan cara aritmatik, theisen, isohiyet dengan curah hujan daerah
yang telah ditentukan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam
laporan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui cara mengubah data curah hujan titik menjadi data
curah hujan wilayah.
1.3.2. Untuk mengetahui menghitung luas masing-masing wilayah dengan
menggunakan cara aritmatik, theisen, isohiyet dengan curah hujan daerah
yang telah ditentukan.

1.4 Tempat dan waktu praktikum


Tempat : Lab Pendidikan Geografi Univeritas Lampug
Waktu : 03 Mei 2018 pukul 02:00 s/d

1.5 Alat dan bahan


Alat yang digunakan sebagai berikut.
1.5.1. Milimeter Blok
1.5.2. Penggaris
1.5.3. Pena
1.5.4. Buku tulis
1.5.5. Handphone
1.5.6. Koneksi Internet

1.6 Prosedur Percobaan

1.6.1 Cara Aritmatik

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menghitung jumlah total curah hujan di Kabupaten Trenggalek

3. Menghitung curah hujan rata-rata dengan rumus Aritmatik yang sudah


ada.
1.6.2 Cara Poligon Thiesen

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menghubungkan titik-titik tempat stasiun terdekat berada pada peta


dengan garis lurus

3. Membentuk garis-garis yang menghubungkan titik-titik stasiun menjadi


bentuk segitiga.

4. Membagi garis lurus antara dua stasiun (garis 1) yang berdekatan sama
panjang

5. Menarik garis tegak lurus dari garis 1 pada titik pembagi garis
tersebut(garis 2)

6. Membagi luasan wilayah tiap stasiun berdasarkan garis 2

7. Menghitung luasan wilayah tiap stasiun

8. Menghitung cura hujan rata-rata dengan rumus Poligon Thiesen yang


sudah ada.

1.6.3 Cara Isohyet

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Menghubungkan titik stasiun dengan curah hujan terbesar dengan titik-
titik stasiun yang lain dengan garis lurus.
3. Membagi garis lurus tersebut menjadi beberapa bagian dengan interval
yang sama.
4. Menghubungkan titik-titik dengan curah hujan sama menjadi garis
isohyet
5. Menghitung luas wilayah tiap stasiun berdasarkan garis-garis isohyet
tersebut
6. Menghitung besar rata-rata curah hujan dengan rumus Isohyet yang sudah
ada.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil
Dari hasil gambar yang telah saya lakukan , diperoleh hasil sebagai
berikut.
2.1.1 Cara Aritmatik
2.1.2 Cara Theisen
2.1.3 Cara Isohiyet
2.2 Pembahasan

2.2.1 Metode Aritmatika

Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa


stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah
stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
• Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
• Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

R = 1/n(S1+S2+...........Sn)

Keterangan :
R = curah hujan titik (mm)
N = jumlah titik pengamatan

Penyelesaian:
Diketahui : R1: 175 mm R2: 250 mm R3: 250 mm R4: 250 mm R5: 350 mm R6:
200 mm R7: 250 mm R8: 300 mm R9: 350 mm
Ditanya : Berapakah rerata curah hujan wilayah ?
Jawab :

R = 1/n (S1 +S2+.....Sn)

R = 1/8 (175+250+250+250+350+200+250+300+350) mm

R = 1/8 ( 2375 ) mm

R = 296, 875 mm

Jadi, berdasarkan data curah hujan pada kedelapan titik di wilayah tersebut
menghasilkan rerata curah hujan wilayah yaitu 296, 875 mm.
2.2.2 Metode Polygon Thiesen

Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang


mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata, pada
metode ini stasium hujan minimal yang digunakan untuk perhitungan adalah tiga
stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan
untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk
suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun
hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi
poligon yang baru.

R = A1R1 + A2R2 + .......AnRn

A1 + A2 +...................An

Penyelesaian:
Diketahui: Dengan skala 1: 20.000
Titik stasiun (R) Jumlah CH (mm) Luas Wilayah (A)
R1 175 57 mm
R2 250 72 mm
R3 250 99 mm
R4 250 288 mm
R5 350 131 mm
R6 200 94 mm
R7 250 98 mm
R8 300 123 mm

R9 350 196 mm

Ditanya : a. Berapakah luas wilayah daerah tersebut ?

b. Berapakah rerata curah hujan pada wilayah tersebut?

Jawab :
a. Tentukan luas A berdasarkan skala 1:10.000
A1 = 57 mm
= 5,7 cm x 20.000 cm
= 114.000 cm
= 1,14 km

A2 = 72 mm
= 7,2 cm x 20.000 cm
= 144.000 cm
= 1,44 km

A3 = 99 mm
= 9,9 cm x 20.000 cm
= 198.000 cm
= 1,98 km

A4 = 288 mm
= 2,88 cm x 20.000 cm
= 576..000 cm
= 5,76 km

A5 = 131 mm
= 1,31 cm x 20.000 cm
= 262.000 cm
= 2,62 km

A6 = 94 mm
= 9,4 cm x 20.000 cm
= 188.000 cm
= 1,88 km
A7 = 98 mm
= 9,8 cm x 20.000 cm
= 196.000 cm
= 1,96 km

A8 = 123 mm
= 1,23 cm x 20.000 cm
= 246.000 cm
= 2,46 km

A9 = 196 mm
= 1,96 cm x 20.000 cm
= 392.000 cm
= 3,92 km

A total = 1,14+1,44+1,98+5,76+2,62+1,88+1,96+2,46+3,92
= 23, 16 km

b. Kalikan luas wilayah (A) dengan masing-masing R


 A1 175 x 1,14 = 199.5
 A2 250 x 1,44 = 360
 A3 250 x 1,98 = 495
 A4 250 x 5,76 = 1440
 A5 350 x 2,62 = 917
 A6 200 x 1,88 = 376
 A7 250 x 1,96 = 490
 A8 300 x 3.46 = 738
 A9 350 x 3,92 = 1372
Total = 6387,5

c. Masukkan kedalam rumus (persamaan) metode Polygon Thiesen


R = A1R1 + A2R2 + A3R3 + A4R4 + A5R5 + A6R6 + A7R7 + A8R8

A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8

= 6387,5
23,16
= 275,798791 km

= 275.798.791 mm

Jadi, rerata curah hujan pada wilayah tersebut menggunakan metode polygon
thiesen adalah 275.798.791 mm .

2.2 Metode Isohyet

Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman


hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah
di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari
kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk
menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun
hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan
dan perhatian yang lebih banyak dibandingkan dua metode lainnya.
R = A1R1 + A2R2 + .......AnRn

A1 + A2 +...................An

Penyelesaian:

Diketahui:

Dengan skala 1: 20.000

Titik stasiun (R) Jumlah CH (mm) Luas Wilayah (A)


R1 175 76 mm
R2 250 489 mm
R3 250 489 mm
R4 250 489 mm
R5 350 249 mm
R6 200 131 mm
R7 250 489 mm
R8 300 182 mm

R9 350 249 mm
Ditanya : a. Berapakah luas wilayah daerah tersebut ?
b. Berapakah rerata curah hujan pada wilayah tersebut?
Jawab :
a. Tentukan luas A berdasarkan skala 1:20.000
A1 = 76 mm
= 7,6 cm x 20.000 cm
= 152.000 cm
= 1,52 km

A2 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km

A3 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km

A4 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km

A5 = 249 mm
= 2,49 cm x 20.000 cm
= 498.000 cm
= 4,98 km

A6 = 131 mm
= 1,31 cm x 20.000 cm
= 262.000 cm
= 2,62 km

A7 = 489 mm
= 48,9 cm x 20.000 cm
= 978.000 cm
= 9,78 km

A8 = 183 mm
= 18,3 cm x 20.000 cm
= 366.000 cm
= 3,66 km

A9 = 249 mm
= 2,49 cm x 20.000 cm
= 498.000 cm
= 4,98 km

A total = 1,52+9,78+9,78+9,78+4,98+2,62+9,78+3,66+4,98

= 56,88 km

b. Kalikan luas wilayah (A) dengan masing-masing R


 A1 175 x 1,52 = 266
 A2 250 x 9,78 = 2445
 A3 250 x 9,78 = 2445
 A4 250 x 9,78 = 2445
 A5 350 x 4,98 = 1743
 A6 200 x 2,62 = 524
 A7 250 x 9,78 = 2445
 A8 300 x 3,66 = 1098
 A9 350 x 4,98 = 1743
Total = 15.154

c. Masukkan kedalam rumus (persamaan) metode Polygon Thiesen

R = A1R1 + A2R2 + A3R3 + A4R4 + A5R5 + A6R6 + A7R7 + A8R8

A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8

= 15.154
56,88
= 266,420534 km
= 266.420.534 mm

Jadi, rerata curah hujan pada wilayah tersebut menggunakan metode ishoyet
adalah 266.420.534 mm.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dari analisis yang telah saya lakukan dengan menggunakan 3 metode


pengubah curah hujan titik ke curah hujan wilayah dapat disimpulkan curah hujan
wilayah, dengan curah hujan wilayah dan skala yang sama besar menggunakan
cara aritmatik, cara theiisen, cara isohiyet. Menghasilkan curah hujan wilayah
yaitu metode aritmatik memiliki rata-rata 296, 875 mm, sedangkan menggunakan
metode poligon taisen rata-rata curah hujannya 275.798.791 mm dan
menggunakan metode isohyet rata-rata curah hujannya 266.420.534 mm
DAFTAR PUSTAKA

http://christinmori.blogspot.co.id/2013/06/penakar-hujan-type-hellman.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41256/Chapter?sequence4

Anda mungkin juga menyukai