Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTYROID

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Yang dibimbing oleh : Ns. Made Martini,S.Kep.M.Kep

Disusun Oleh :

Ni Made Sri Kesari (18089014050)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2020
ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTYROID

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik yang ditandai dengan
adanya takikardia, adanya goiter, penurunan berat badan dan eksoftalmus.
Hipertiroid merupakan penyakit metabolic yang menempati urutan kedua
terbesar setelah diabetes mellitus. Penyebab dari hipertiroid ini yang
pertama yaitu Struma diffusa toksik ( Graves Disease ) dan yang kedua
yaitu Plummer’s disease.(Ariani, 2016).
Hipertiroid yaitu suatu keadaan klinis karena diakibatkan terlalu
aktifnya kelenjar tiroid sehingga hormone pada tiroid yang beredar terlalu
banyak. Hipertiroid ditandai adanya penurunan berat badan akibat
peningkatan metabolisme basal tubuh. (Setiawan, 2015)
Hipertiroid atau Hipertiroidisme yaitu suatu keadaan atau gambaran
klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid
yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormone tiroksin dari
lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil yang dapat digunakan
untuk mengobatinya ( mengurangi intensitas fungsinya ). (Nanda, 2015,
Hal 107).

2. Epidemiologi
Hipertiroid di Indonesia sebesar 0,4% dapat melalui pengukuran pada
umur ≥ 15 tahun, di DKI Jakarta sebesar 0,7%, DI Yogyakarta 0,7%, Jawa
Timur 0,6% dan di Kalimantan Selatan sebesar 0,2%. Prevalensi hipertiroid
meningkat seiring bertambahnya umur dan menetap mulai umur ≥ 45
tahun, dengan 0,5% menyerang pada masyarakat perkotaan, 0,4% pada
masyarakat perdesaan.(“Depkes.Go.Id,” 2018)
Pada tahun 2013 dengan jumlah penduduk di Indonesia 176.689.337
jiwa maka terdapat ≥ 700.000 orang yang terdiagnosa hipertiroid dengan
rincian penduduk di Kalimantan selatan berusia ≥15 tahun sebanyak
2.722.366 dengan total 5.445 jiwa yang terkena hipertiroid, dengan
prevalensi penduduk yang terdiagnosa hipertiroid lebih tingga pada
perempuan dengan 0,6%.(“Depkes.Go.Id,” 2018)

3. Etiologi
Hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves yakni penyakit autoinum
yang tidak diketahui penyebabnya. (Maiti & Bidinger, 2002)
Faktor Pencetus :
a. Aktivitas hormon tiroid yang berlebihan
b. Adanya edenoma tiroid yang tumbuh didalam jaringan tiroid
Faktor Predisposisi :
a. Riwayat keluarga yang biasanya tinggal di daerah pegunungan yang
airnya kurang mengandung yodium
b. Penghambat sintesa hormone oleh zat kimia seperti obat-obatan

4. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika, dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar
tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai
dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih
besar daripada normal. Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma
menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan –
bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran
yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH
menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai
efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluarbatas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.(Anggraini et al., 2019)
Pathway :

Penyakit Graves (antibody TSH


Tiroiditis Nodul tiroid toksik
merangsang aktivitas tiroid)

Sekresi hormone tiroid berlebihan

Hipertiroidise

Hipermetabolisme meningkat Aktivitas simpatik Gerakan kelopak mata relative


berlebihan lambat terhadap bola mata

Ketidakseimbangan energy
Berat badan Perubahan konduksi Infiltrasi limfosit, sel
dg kebutuhan tubuh
listrik jantung mast ke jaringan
orbital dan otot mata

Kelelahan
Beban kerja jantung eksoftalmus
Kurang informasi meningkat
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Resiko kerusakan
Aritmia takikardia
jaringan
Kurang pengetahuan

Resiko penurunan
curah jantung

5. Klasifikasi

Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu :


a. Hipertiroid Primer yaitu terjadinya hipertiroid karena berasal dari
kelenjar tiroid itu sendiri, contohnya :
 Penyakit grave
 Functioning adenoma
 Toxic multinodular goiter
 Tiroiditis
b. Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar
kelenjar tiroid,contohnya :
 Tumor hipofisis
 Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
 Pemasukan iodium berlebihan

Klasifikasi struma Yaitu pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan)


menurut American Society for Study of Goiter :
1. Struma Non Toxic Diffusa
2. Struma Non Toxic Nodusa
3. Struma Toxic Diffusa
4. Struma Toxic Nodus

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana strumadiffusa toksik akan menyebar
luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa
akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih
benjolan (struma multinoduler toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme
karena jaringan Tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan
dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak
ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.Struma non toksik sama halnya
dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa nontoksik dan
struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan
yodiumyang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloidyang sering ditemukan di daerah yang air
minumya kurang sekali mengandung yodium dangoitrogen yang
menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.(Anggraini et al., 2019)

6. Gejala Klinis
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolism basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan tetapi akan ada peningkatan rasa lapar.
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok, yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reprosuksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat lelah
10. Mata melototo (exoptalmus). Hal ini bisa terjadi sebagai akibat
penimbunan zat dalam orbit mata.(Anggraini et al., 2019)

7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. TSH serum (biasanya menurun)
b. T3 danT4 serum : meningkat
c. Tiroglobulin : meningkat
d. Pemberian TRH
e. Ambilan tiroid 131 : meningkat
f. Ikatan protein sodium : meningkat
g. Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)
h. Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
i. Pemerksaan fungsi hepar : abnormal
j. Elektrolit : hiponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi terapi
cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI.
k. Kateklamin serum : menurun
l. kreatinin urin : meningkat
m. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
2. Radiologi
a. USG
3. Pemeriksaan canggih
a. MRI

8. Komplikasi
Kompilkasi yang ditimbulkan yaitu gangguan irama jantung atau
aritmia karena kontraksi jantung tidak teratur dan berakhir pada serangan
jantung dan krisis tirotoksik. (Maiti & Bidinger, 2002)

Menurut Tarwoto,dkk (2012)

1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol


keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga
orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan
penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung. 3.
Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami
demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas
ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga
penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan
dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak
infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4
menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh.
Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut
diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone,
dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan
efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

9. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk
membawa tingkat hormone tiroid keadaan normal, sehingga mencegah
komplikasi jangka panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga
pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan,
tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di
berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet
50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi
hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping
agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat
ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk
mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang pertama
kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari atau methimazole
40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan
melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan
menghentikan produksi hormon tiroid
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy).
Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek
samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara
dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan
metabolisme yang meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan
keluarga mengenai keadaan klien yang mudah tersinggung (irritabel)
dan peningkatan reaksi emosionalnya.
2) Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan
keluarga, sahabat dan teman sekerjanya.
3) Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres
dan kemampuan klie unruk mengatasinya.
4) Kaji status nutrisi 5. Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan
haluaran sistem saraf yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan
dan penampakkan mata.
5) Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan
darah, bunyi jantung, dan denyut nadi perifer.
6) Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid
biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan
terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga
didapatka gangguan tidur.
7) Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid
biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan
terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga
didapatka gangguan tidur.
8) Pemeriksaan fisik
a) Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat
terjadi empat kali dari ukuran normal.
b) Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata
mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c) Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan
pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti
penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena
kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan
pengkajian.
d) Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan
jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya
pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah,
takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e) Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan gangguan metabolik
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy
dengan kebutuhan tubuh
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas
meningkat
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan gangguan metabolism
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam keseimbangan nutrisi kembali normal
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan
metabolism terpehuni.

Intervensi Rasional
1. Hindari makanan yang dapat 1. Peningkatan multilits saluran
meningkatkan peristaltic usus. cerna dapat mengakibatkan
diare dan gangguan absorpsi
nutris yang diperlukan
2. Auskultasi bising usus 2. Bisisng usus hiperaktif
mencerminkan peningkatan
motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah
fungsi absorpsi
3. Pantau masukan makanan setiap 3. Penurunan berat badan terus
hari dan timbang berat badan tiap menerus dalam keadaan
hari. masuk kalori yang cukup
merupakan indikasi
kegagalan terhadap terapi
antitiriod
4. Mendorong klien makan dan 4. Membantu menjaga
meningkatkan jumlah makan pemasukan kalori cukup
tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi
5. Konsultasi dengan ahli gizi untuk 5. Mungkin memerlukan
memberikan diet kalori tinggi. bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat makanan
pengganti yang paling sesuai

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak


terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam
curah jantung menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal,
pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada distritnea.

Intervensi Rasional
1. Catat atau perhatian kecepatan 1. Takirkardi mungkin
irama jantung dan adanya disritmia. merupakan cerminan
langsung stimulasi otot
jantung oleh hormone tiroid
distritnea sering kali terjadi
dan dapat membahayakan
fungsi jantung atau curah
jantung.
2. Auskultasi suara jantung, 2. S1 dan mumur yang
perhatikan adanya bunyi jantung menonjol yang berhubungan
tambahan, adanya orama gallop dan dengan curah jantung
mumur sistolik. meningkat pada keadaan
metabolic. Adanya S3
sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung.
3. Observasi tanda dan gejala haus 3. Hidrasi yang cepat dapat
yang hebat, mukosa membran terjadi yang akan
kering yang lemah menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan
curah jantung

4. Observasi nadi atau denyut jantung 4. Memberikan hasil pengkajian


pada pada pasien saat tidur. yang lebih akurat untuk
menentukan takikardi.
5. Berikan cairan IV sesuai indikasi 5. pemberian cauiran melalui IV
dengan Cepat untuk
memperbaiki volume
sirkulasi.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi


dengan kebutuhan tubuh.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
3x24 jam klien dapat beraktivitas.
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartipasi dalam melakukan aktivitas.

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda vital dan catat nadi 1. Nadi meningkat dan bahkan
baik pada istirahat dan melakukan pada istirahat(Takikardi).
aktivitas.
2. Berikan sentuhan atau message, 2. Dapat menurunkan energy
bedak yang sejuk. dalam saraf yangselanjutnya
meningkatkan relaksasi.

3. Catat perkembangan takipneu, 3. Kebutuhan dan konsumsi


dispneu, pucat dan sianosis. oksigen akan ditingkatkan
pada keadaanhipemetabolik.
4. Sarankan klien untuk mengurangi 4. Membantu melawan
aktivitas dan meningkatkan pengaruh dari peningkatan
istirahat. metabolisme.
5. Berikan obat sesuai indikas 5. Untuk mengurangi kelelahan
dan meningkatkan energi

4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi


panas meningkat
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam tidak ada resiko kerusakan integritas kulit.
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk
membrikanperlindungan pada matadan pencegahan komplikasi.

Intervensi Rasional
1. Bagian kepala tempat tidur 1. Menurunkan edema jaringan
ditinggikandan batasi pemasukan bila ada komplikasi seperti
garam jika adaindikasi. gagal jantung kronis yang
mana dapat memperberat
esoftalmu.

2. Evaluasi ketajaman mata. 2. Oftalmolpati infiltraftif akibat


dari penigkatan jaringan
retroorbits yang menciptakan
eksoftalmus.
3. Observasi edemaperiobital, 3. Manifestasi umum dari
gangguanPenutupan kelopak mata. stimulasi aderenergik yang
berlebihan dengan.
4. Berikan obat sesuai indikasi. 4. Untuk tindakan pengobatan
medis.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.

Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang proses penyakit dan 1. Memberikan pengetahuan
harapan masa depan. dasar dimana pasien dapat
menentukan pilihan
berdasarkan inflamasi.
2. Berikan informasi yang tepat. 2. Berat ringannya keadaan,
penyebab, usia, dan
komplikasi yang muncul
akan menentukan tindakan
pengobatan.
3. Indentifikasi sumber stress. 3. Faktor psikogenik seringkali
sangat penting dalam
memunculkan / eksaserbasi
dari penyakit ini.
4. Tekankan pentingnya perencanaan 4. Mencegah munculnya
waktu istirahat. kelelahan.
5. Mencegah munculnya kelelahan. 5. Pasien yangmendapat
pengobatan hipertiroid besar
kemungkinan mengalami
hipotiroid yang dapat terjadi
setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam
prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memahami tingkat perkembangan pasien.Pelaksanaan mencakup
melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik
dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2004).Evaluasi yang
digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi
yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga
evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik
rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).

Daftar Pustaka

Anggraini, N. Y., Kep, S., Kep, M., Leniwita, N. H., & Kep,
M. (2019). Penyusun :

Depkes.go.id. (2018). 2018, April, 121.

Maiti, & Bidinger. (2002). (Smeltzer.Suzanne


C.2002.hal:1307. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.

Setiawan, B. (2015). Primigravida dengan Riwayat Hipertiroid


Terkontrol dan Hipertensi Gestasional. Jurnal Medula, 4(2), 53–
58.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/
786

Anda mungkin juga menyukai