Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

“MIOMA UTERI’’

Disusun Oleh : Mahdalena

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE TANGERANG


Tahun ajaran 2018/2019

Jl.Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810

Telpon/Fax : 021-5462852, Website : www.akperisvill.ac.id

2020
MATERI MIOMA UTERI

1.1 Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. (Prawirohardjo,S. Ilmu Kandungan. 1999: 338)
Mioma uteri sering juga disebut Fibroid walaupun asalnya dari jaringan otot, dapat bersifat
tunggal atau ganda, dan mencapai ukuran besar. (Buku Ginekologi FK Universitas
Padjakaran Bandung: 154)
1.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor
mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
1.3 Manifestasi Klinis
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering ditemukan tanpa
disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat
tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi
yang terjadi ( Sarwono, 1999 ).
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
1. Tumor massa, dibawah perut
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
2. Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorragi, dan dapat
juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjdi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
3. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
a. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica
(7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%),
merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak
merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan
gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan
kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat
(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
3. Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah
terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak
berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
1.5 Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause.
2. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus
mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini
dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar
terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause.
3. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi.
4. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis
jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut, mual, muntah dan shock
5. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
6. Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis
tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh
karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.
1.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun.
2. USG :  terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
1.7 Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak disbanding miometrium normal.
Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah.
Pemeriksaan humanual akan mengungkapkan tumor pada uterus, yang umumnya terletak
digaris tengah ataupun agak kesamping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Menurut letaknya
mioma terdiri dari :
1. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus
2. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan
pemeriksaan dengan uterus sonde
3. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis
servikalis dan tersanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, factor keturunan juga berperan.
Mioma uteri terdiri dari otot [olos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi
pseudokapsul. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif
karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi : atrofi,
degenerasi membatu, degenari merah, degenerasi kestik, dan degenerasi lemak.
1.8 Penatalaksanaan
Rawat inap darurat diindikaikan apabila perdarahan mengancam jiwa atau nyeri akut
abdomen. Perencanaan tata laksana harus disesuaikan dan spesifik atas pertimbangan :
keparahan gejala, keinginan mempunyai anak di kemudian hari, dan ukuran tumor.
1. Kuretagge endometrium
Dapat mengidentifikasi kelainan pada endometrium dan menyingkirkan
kemungkinan keganasan endometrium. Apabila leiomioma ukurannya kecil, tidak
mengubah rongga endometrium dan apabila endometrium menunjukkan perdarhan
anvoluntair maka dapat dipertimbangkan untuk menekanovarium dengan tablet
kombinasi estrogen-progestrin. Hormon – _ystem_ tersebut harus digunakan dengan hati-
hati, karena dapat membangkitkan leiomioma yang sudah ada.
2. Pengobatan operatif ( Miomektomi dan Histerektomi
Miomektomi dianjurkan apbila pasien hendak mempertahankan atau meninkatkan
potensinya untuk hamil.
Histerektomi merupakan pengobatan definitive untuk gejala yang persisten.
Namun, hiterektomi dianjurkan bagi pasien-pasien simptomatik yang tidak lagi
menghendaki anak di kemudian hari.
3. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra
indikasi untuk tindakan operatif.
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer, Identitas Klien, data fokus:
 Ketidak teraturan menstruasi (perdarahan abnormal)
 Infertilitas, anovulasi
 Nulipara
 Keterlambatan menopause
 Penggunaan jangka panjang obat estrogen setelah menopause.
 Riwayat : Obesitas, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperplasi adenomatosa.
  Ada benjolan di perut bagian bawah dan rasa berat.
2. Pengkajian sekunder
 Pemeriksaan USG : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis banding dengan
kehamilan.
Laparaskopi : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan.
2. Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik
3. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.
C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
1.  Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan peradangan.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
 Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
 Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
 Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C, N : 80-100 x/m, RR : 16-24x/m,
TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
1. Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.
Rasional : membantu meringankan rasa nyeri
2. Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis : dengan teknik
relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien
3. Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.
Rasional : lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman
4. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : melihat perkembangan KU klien dimana rangsang nyeri dapat meningkatkan
TTV
5. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional : Memudahkan tindakan keperawatan
6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : membantu dalam mengurangi rasa nyeri, dengan memblokade pusat hantaran
nyeri
2. Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
Tujuan : Pola eliminasi urine ibu kembali normal
kriteria hasil : ibu memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk
mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
Intervensi :
1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional : Melihat perubahan pola eliminasi klien
2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Rasional : Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi,
mengalirkan air keran.
Rasional : Mencegah terjadinya retensi urine
3. Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan
haemoglobin (anemia).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam.
Kriteria Hasil :
 Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor dan fungsiolesia.
 Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%
 Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 C
Intervensi :
1. Pantau adanya tanda-tanda infeksi.
Rasional : membantu menentukan intervensi selanjutnya
2. Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.
Rasional : mencegah masuknya mikroorganisme
4. Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
Rasional : untuk mendeteksi terhadap adanya tanda – tanda infeksi
5. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta Batasi pengunjung
Rasional : untuk menghindari pemajanan bakteri.
6. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi

Anda mungkin juga menyukai