Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

“CA.SERVIKS”

MATA KULIAH : Keperawatan Maternitas

KELAS / SEMESTER : TINGKAT 2B / semester 4

Disusun olah :

MEGA AMELIA (18.036)

AKADEMI KEPERAWATAN ISLAMIC VILLAGE

TANGERANG

Tahun Ajaran2019/2020

Jl.Islamic Raya, Kelapa Dua, Tangerang, Banten 15810

Tlp/Fax : (021) 546 2852

Website :www.akperisvill.ac.id Email : info@akperisvill.ac.id,


akperislamicvillage@yahoo.com
LAPORAN PENDAHULUAN CA SERVIKS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat
dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci.
Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal
sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membuka
untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,
adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton,
dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut
zona transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau
kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan
kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar
digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan
prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel
rendah (Rahayu, 2015)
2. DEFINISI

Kanker rahim (CA.SERVIKS) adalah penyakit kanker yang menyerang rahim


dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang
jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila,
2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012).
3. KLASIFIKASI
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).

Makroskopik

1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa

2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

3. Stadium setengah lanjut


Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).

Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Stage 0: Ca. Pre invasive


2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).
4. ETIOLOGI (PENYEBAB)

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual


Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksusal
semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.

2. Jumlah Kehamilan dan Partus


Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi sebagai
pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya penggunaan tes Pap
untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang karena kurangnya program
skrining (Rubina Mukhtar, 2015).

5. MANIFESTASI KLINIS (TANDA GEJALA)

a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru
terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.

b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada


stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan
yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:

a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang
bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan
semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri
di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan
di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain

a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)

Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks
adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak
teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan
abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair,
bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit
regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup berdampingan

6. PATOFISIOLOGI

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi.
Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7
tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 –
20 tahun.

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan


displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada
aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi,
infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 –
10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif
pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain
mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap,
dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
(Brunner & Sudart, 2010)

Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis
serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel
skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek
selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada
wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di
atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ
yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen
yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ
terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang
tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan
antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini
disebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat
virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan
terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia
ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai
tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).
Penggunaan Alat
Free Sex Merokok Defisit
Kontrasepsi
7. PATHWAY perawatan diri
Cedera serviks saat Kekebalan (vulva higiene)
pemasangan tubuh
menurun

Invasi HPV

Hubungan seksual (<


Jumlah kelahiran dan
20 tahun). Infeksi HPV
partus

Pertumbuhan sel
Efek anastesi abnormal di labia
Proses Metaplasy
mayora dan minora
Anastesi Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks

Intoleransi Aktivitas Mual,


Histerektomi total Metaplasia skuamosa
muntah,
Non Kemoterapi anoreksi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks
Pembedahan
Histerektomi Radikal Penurunan BB
Vaskularisasi Menembus sel epitel Merusak struktur
Luka perdarahan jaringan terganggu jaringan serviks Risiko
Struma serviks ketidakseimbangan
Jaringan terbuka Peradangan endoserviks dan Menginvasi organ lain nutrisi kurang dari
eksoserviks kebutuhan tubuh
Risiko Infeksi Nekrosis jaringan Meluas ke jaringan,
pembukuh limfe Rektum Fistula Uretra Vagina
dan vena
Keputihan dan bau
Fistula Fistula rekto Fistula
busuk
Rektum vagina vagina

Dinding pembuluh
Gangguan konsep diri:
terdesak Infiltrasi Infiltrasi ke
HDR
ke syaraf Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Akut Gangguan
Eliminasi Urin
Gangguan Perfusi
Anemia Trombositopenia
Jaringan
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sitologi/Pap Smear

Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.

Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.

2. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal yodium.
Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3. Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.

Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.

1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel gepeng
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
9. KOMPLIKASI
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price, 2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit oleh
pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu dikaitkan dengan
keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan tumor yang sangat canggih
mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang
disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari
rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).

10. PENATALAKSANAAN
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran
kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari karsinoma
serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar, 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. PENGKAJIAN

a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dan riwayat penyakit terdahulu.

b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


d. Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit
dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.

g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus

1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis),
Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat
lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah

3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah
abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi

b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi

Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal

6. Ekstremitas dan Kulit


Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.


2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
3 Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.
4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
6 Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan bau.
7 Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
8 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.
9 Gangguan citra tubuh

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.


Tujuan : mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit Hb serta jumlah trombosit.
2. Berikan cairan secara cepat.
3. Pantau dan atur kecepatan infus.
4. Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
Tujuan : masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.

Intervensi :

1. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.


2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
3. Pantau masukan makalan oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan sesuai dengan
diet.
5. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree bakteri.
Tujuan :

Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda–tanda infeksi.

Intervensi :

1. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotic.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
Tujuan:

Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.

Intervensi :

1. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.


2. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktivitas.
3. Bantu pasien merencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
4. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
5. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

4. EVALUASI

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya


komplikasi pendarahan.
b. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh.
c. Melaporkan nyeri berkurang.
d. Tidak ada tanda-tanda vital infeksi.
e. Pasien bebas dari pendarahan dan hipoksis jaringan.
f. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

1.Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta:


EGC.
2.Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
3.Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country:
Pakistan. US: Global Journal.

4.Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.

5. Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
6. Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.

7.Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.
8. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
9.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2481/11.%20LAMPIRAN.pdf?
sequence=11&isAllowed=y
Lampiran I

LEMBAR OBSERVASi PENGKAJIAN NYERI (OPQRSTUV)

Nama Pasien :

Usia :

Jenis Kelamin :

Suku Bangsa :

Pendidikan :

Jawablah Pertanyaan di Bawah ini:

O (Onset) : Kapan nyeri


muncul?
Berapa lama
nyeri?

Berapa sering nyeri muncul?

P (Proviking) : Apa yang menyebabkan nyeri?

Apa yang membuatnya berkurang?

Apa yang membuat nyeri bertambah parah?

Q (Quality) : Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan?


Bisakah di gambarkan?

R (Region) : Dimanakah lokasinya?

Apakah menyebar?

S (Severity) : Berapa skala nyerinya? (dari 0-10)


Gambar 3.2 Skala Nyeri NRS (Potter & Perry)

Intensitas nyeri dikategorikan sebagai berikut :


0 = Tidak ada nyeri
1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri sedang

7-10 = Nyeri berat

T (Treatment): Pengobatan atau terapi apa yang digunakan?

U (Understanding): Apa yang anda percayai tentang penyebab nyeri ini?

Apakah anda pernah merasakan nyeri sebelumnya?

Jika iya apa masalahnya?

V (Values) : Apa tujuan dan harapan untuk nyeri yang anda derita?
Lampiran II

Kuisioner Intervensi Keperawatan Mandiri


Pada Pasien Yang Mengalami Nyeri
Isilah kuesioner dibawah ini dengan menggunakan tanda (V) pada salah satu kolom disetiap
pertanyaan.

Keterangan :
Ya= Dilakukan
Tidak= Tidak Dilakukan
NO INTERVENSI / TINDAKAN YA TIDAK
Efflurage Massage
1 Perawat mengurangi rasa sakit dengan memberikan
pijatan di daerah tubuh anda seperti perut atau punggung
dengan menggunakan kedua telapak tangan yaitu dengan
cara mengusap telapak tangan secara ringan, tegas dan
konstan dengan pola gerakan seperti kupu-kupu
Teknik Relaksasi Nafas Dalam
2 Perawat mengurangi rasa sakit dengan membimbing anda
untuk santai dan tenang kemudian anda di minta untuk
menarik nafas yang dalam melalui hidung dan ditahan
sekitar 5-10 detik kemudian nafas dihembuskan secara
berlahan-lahan melalui mulut
Imajinasi Terbimbing
3 Perawat mengurangi rasa sakit anda dengan
membimbing anda untuk memejamkan mata secara
berlahan kemudian diikuti dengan menarik nafas lewat
hidung dan mengeluarkan lewat mulut setelah itu anda
diminta untuk tenang atau santai dan anda diminta untuk
membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau
membayangkan sesuatu yang membuat anda bahagia
supaya anda teralih dari rasa sakit anda.
Distraksi
4 Perawat membimbing anda untuk memfokuskan
perhatian pada sesuatu selain pada rasa sakit seperti
menonton tv, bermain game, membaca buku,
mendengarkan musik dan lain-lain sesuai kesukaan anda.
Terapi Musik
5 Perawat mengurangi rasa sakit yang anda rasakan dengan
memutarkan musik yang lembut dan menenangkan untuk
anda perdengarkan.
Aromaterapi
6 Perawat memberikan minyak aroma tumbuh-tumbuhan
untuk anda hirup seperti minyak aroma bunga lavender
atau minyak aroma jeruk atau aroma lain yang anda sukai
untuk mengurangi rasa sakit
Kompres Dingin
7 Perawat mengurangi rasa sakit anda dengan memberikan
anda kompres dingin di sekitar daerah tubuh anda yang
sakit
Kompres Hangat
8 Perawat mengurangi rasa sakit anda dengan memberikan
anda kompres hangat di sekitar daerah tubuh anda yang
sakit
Tehnik Akupresur
9 Perawat memberikan tekanan pada titik tertentu dibagian
tubuh anda seperti telapak kaki anda, telapak tangan anda
atau daerah tubuh anda lainnya menggunakan jari tangan
perawat (jempol, telunjuk atau jari lainnya) untuk
mengurangi rasa sakit
Dzikir Khafi
10 Perawat membimbing anda untuk melakukan dzikir
(mengucapkan kalimat-kalimat pujian untuk Allah SWT
di dalam hati) untuk mengurangi rasa sakit. Contoh
kalimat pujian yang diucapkan seperti “Allahu akbar” ,
“Astaghfirullah”, “Lailahailla Allah” , “La hawlawala
quwata illa bilah”.
Terapi Al-Qur’an
11 Perawat memperdengarkan bacaan Al-Qur’an lewat tape
recorder kepada anda untuk mengurangi rasa sakit
Berilah nilai dengan menggunakan tanda (Ѵ) pada salah satu kolom disetiap pertanyaan.

Keterangan
:
1 = Tidak Relevan
2 = Cukup Relevan
3 = Relevan
4 = Sangat Relevan
NO INTERVENSI / TINDAKAN 1 2 3 4 SARAN
Masase & Stimulasi Kutaneus
1 Perawat memberikan pijatan di
area punggung dan bahu anda
untuk mengurangi rasa sakit
Efflurage Massage
2 Perawat mengurangi rasa sakit
dengan memberikan pijatan di
daerah tubuh anda
menggunakan kedua telapak
tangan yaitu dengan cara
mengusap telapak tangan
secara ringan, tegas dan
konstan dengan pola gerakan
seperti kupu-kupu
Teknik Relaksasi Nafas Dalam
3 Perawat mengurangi rasa sakit
dengan membimbing anda
untuk santai dan tenang
kemudian anda di minta untuk
menarik nafas yang dalam
melalui hidung dan ditahan
sekitar 5-10 detik kemudian
nafas dihembuskan secara
berlahan-lahan melalui
mulut
Imajinasi Terbimbing
4 Perawat mengurangi rasa sakit
anda dengan membimbing anda
untuk memejamkan mata
secara berlahan kemudian
diikuti dengan menarik nafas
lewat hidung dan
mengeluarkan lewat mulut
setelah itu anda diminta untuk
tenang atau santai dan anda
diminta untuk membayangkan
hal-hal yang menyenangkan
atau membayangkan sesuatu
yang membuat anda bahagia
supaya anda teralih dari rasa
sakit anda.
Distraksi
5 Perawat membimbing anda
untuk memfokuskan perhatian
pada sesuatu selain pada rasa
sakit seperti menonton tv,
bermain game, membaca buku,
mendengarkan musik dan lain-
Lain
GIM (Guided Imagery Music)
6 Perawat mengurangi rasa sakit
yang anda rasakan dengan
memberikan musik serta
membimbing anda untuk
memfokuskan fikiran pada hal-
hal yang menyenangkan
Terapi Musik
7 Perawat mengurangi rasa sakit
yang anda rasakan dengan
memutarkan musik sesuai
yang anda sukai untuk
mengurangi rasa sakit
Terapi Mozart
8 Perawat memutarkan musik
klasik kepada anda untuk
mengurangi rasa sakit
Aromaterapi
9 Perawat memberikan minyak
aroma tumbuh-tumbuhan
untuk anda hirup seperti
minyak aroma bunga lavender
atau minyak aroma jeruk untuk
mengurangi rasa sakit
Kompres Dingin
10 Perawat mengurangi rasa sakit
anda dengan memberikan
anda kompres dingin di sekitar
daerah tubuh anda yang sakit
Kompres Hangat
11 Perawat mengurangi rasa sakit
anda dengan memberikan
anda kompres hangat di
sekitar
daerah tubuh anda yang sakit
Hidroterapi Rendam Kaki Air
Hangat
12 Perawat merendam kaki anda
ke dalam air hangat untuk
mengurangi rasa sakit
Tehnik Akupresur
13 Perawat memberikan pijatan
dengan menekan-nekan atau
memutar-mutar pada bagian
tubuh anda seperti telapak
kaki anda, telapak tangan anda
atau daerah tubuh anda
lainnya menggunakan jari
tangan perawat (jempol,
telunjuk atau jari lainnya)
untuk mengurangi
rasa sakit
Dzikir Khafi
14 Perawat membimbing anda
untuk melakukan dzikir
(mengucapkan kalimat-kalimat
pujian untuk Allah SWT di
dalam hati) untuk mengurangi
rasa sakit. Contoh kalimat
pujian yang diucapkan seperti
“Allahu akbar” ,
“Astaghfirullah”, “Lailahailla
Allah” , “La
hawlawalaquwata illa bilah”.

Terapi Al-Qur’an
15 Perawat meperdengarkan
bacaan Al-Qur’an lewat tape
recorder kepada anda untuk
mengurangi rasa sakit

Tangerang, 2020

( )

Anda mungkin juga menyukai