Menganga tepat di atas ubun-ubun Meradiasi mata yang kini semakin meredup Dia mulai meringkih, terbakar sengatan surya Mata itu tak ingin menyiratkan sejuta peluhnya sorotnya hanya berusaha meyakinkan tanpa mematahkan dan membebankan Sekedar satu pintanya, jatuhnya air dipelupuk mata atas sebab kebahagiaan, bukan kekecewaan Kau menemaniku menyelusuri gelap terangnya dunia Kaulah mata itu, yang akan senantiasa merasakan pedih Saat kaki melemah merasakan sakit Tetapi apa? Aku hanyalah ibarat sebuah kaki Tak pernah sekalipun merasakan pedih Saat mata mulai bercucuran air menahan sakit Sekalipun keras usahaku membalas, tidak jua tuk jadi tandingan Kerena kau tempat ku meraih kejujuran, keteduhan, dan ketulusan yang sesungguhnya Membedakan dunia yang dipenuhi tatap muka dua Dan merekahkan bulir kerinduan yang belum sempat tersampaikan